Jumat, 20 November 2015

TIDAK BOLEH GHULUW DALAM BERAGAMA



TIDAK BOLEH GHULUW DALAM BERAGAMA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Makna ghuluw.
Secara bahasa , ghuluw berasal dari kata ghala, yaghlu yang maknanya adalah berlebih lebihan atau melampaui batas. (Lisanul Arab)
Ghuluw dalam arti syari’at adalah bermakna melakukan sesuatu dengan  melampaui batas, baik dalam keyakinan maupun amalan yang justru membuatnya menyimpang dari apa yang telah ditetapkan oleh syari’at.

Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ghuluw dalam agama berarti melampaui batas dengan menambah-nambah dalam memuji sesuatu atau mencela sesuatu sehingga menyimpang jauh dari apa yang menjadi haknya

Imam Ibnu Hajar mengatakan : Ghuluw adalah berlebihan terhadap sesuatu dan menekan hingga melampaui batas (Fathul Bari). 

Ghuluw itu tercela.
Ketahuilah bahwa sikap ghuluw adalah sesuatu yang tercela dan dilarang dalam syariat Islam. Sikap ghuluw tidak akan mendatangkan kebaikan dan tidak memberikan sesuatu yang bermanfaat dalam segala urusan terutama dalam menjalankan agama yang lurus.
Sikap ghuluw adalah merupakan penyebab munculnya berbagai penyimpangan dalam agama kita ini. Kita melihat bagaimana orang yang ghuluw dalam menjalankan agama  akan berbicara tentang agama tanpa ilmu, tanpa hak sehingga mereka akan sesat dan bahkan membuat orang lain yang mengikutinya juga sesat. Na’udzubillah.

Beberapa dalil tentang larangan ghuluw
Sungguh sikap ghuluw akan mendatangkan keburukan yang banyak. Oleh karena itu Allah Ta’ala dan Rasul-Nya telah melarang untuk berbuat ghuluw dan  diantara dalilnya adalah :

(1) Allah berfirman : “Katakanlah : Wahai ahli Kitab. Janganlah kamu berlebih lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang orang yang telah sesat dahulu (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia). Dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. (Q.S al Maa-idah 77). 

(2) Allah berfirman : Perangilah di jalan Allah orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang melampaui batas. (Q.S al Baqarah 190) 

(3) Kemudian Rasulullah bersabda : “Wahai sekalian manusia jauhilah sikap ghuluw dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasakan umat sebelum kalian adalah sikap ghuluw mereka dalam agama” (H.R Imam Ahmad, an Nasa’i dan Ibnu Majah).  

(4) Dalam sebuah hadits  dari Mihzan bin al Adra,  Rasulullah bersabda : “Kalian tidak akan dapat melaksanakan agama ini dengan memaksakan diri. Sebaik baik urusan agamamu adalah yang mudah”. (H.R Imam Ahmad) 

Kisah tiga orang yang dinasehati Nabi agar tidak ghuluw.
Ada satu kisah tentang tiga orang laki laki yang ingin mengetahui kegiatan ibadah Nabi di rumah. Mereka tidak bertemu dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas mereka bertanya kepada Aisyah  tentang ibadah beliau. Setelah diberitahukan, mereka merasa ibadah beliau  itu hanya sedikit. Mereka berkata : Dimanakah kedudukan kami dibanding dengan Nabi!? Padahal telah diampuni dosa-dosa beliau yang lalu maupun yang akan datang.  

Maka salah seorang dari mereka berkata : Aku akan shalat malam terus menerus dan tidak akan tidur.

Yang lain berkata : Aku akan puasa terus menerus tanpa berbuka.

Dan yang lain berkata : Aku tidak akan menikah selama-lamanya.

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi mereka seraya mengatakan: "Kaliankah yang mengatakan begini dan begini?! Adapun diriku, demi Allah Azza wa Jalla , aku adalah orang yang paling takut dan paling takwa.  kepada-Nya, tetapi aku berpuasa aku juga berbuka, aku shalat dan aku juga tidur serta aku menikahi wanita! Barangsiapa membenci sunnahku maka ia bukan termasuk golonganku."  (Matafaqun ‘alaihi).

Penyebab datangnya ghuluw.
Pertama  : Tidak memiliki ilmu tentang syariat. Lalu beribadah dengan cara ikut ikutan saja tidak mau belajar ilmu yang shahih tentang agama ini. Jika seseorang ikut ikutan saja dalam beragama bahkan sampai taqlid buta maka ini berpotensi mendatangkan ghuluw. Kenapa bisa begitu. Iya karena seseorang yang taqlid dia hanyak mengikuti seseorang yang dipercayainya dalam beragama.  Kalau yang dikutinya adalah orang biasa ghuluw dan mengada ada dalam agama maka iapun mengikutinya. 

Kedua : Mengikuti akal dan perasaan dalam beribadah. Kalau dirasa baik lalu diamalkan. Diantara contohnya adalah tentang banyak bershalawat. Bershalawat  memang sesuatu yang sangat baik. Cuma kapan waktu melakukannya dan dengan lafazh seperti apa ini sudah ada tuntunannya. Tetapi diantara manusia dalam hal ini ada yang hanya mengikuti perasaan dan akalnya yang pendek maka tidak diragukan akan jatuh kepada sikap ghuluw. 

Ketiga : Bersandar kepada hadits hadits yang lemah bahkan palsu. Hadits hadits lemah dan palsu  itu sebagiannya diciptakan dan dibuat jadi masyhur oleh sebagian orang untuk menambah nambah ibadah yang tidak ada tuntunannya. Akhirnya mereka jatuh kepada ghuluw dalam beribadah.

Jangan salah dalam memaknai ghuluw.
Paling tidak ada dua kesalahan manusia dalam memaknai ghuluw, yaitu :
Pertama : Terjatuh kepada taqshir yaitu menggampangkan atau memudah mudahkan segala sesuatu dalam agama. Tujuannya baik yaitu menghindari ghuluw tapi ternyata akhirnya ghuluw juga yakni berlebihan dalam menghindari ghuluw, lalu terjebak kepada taqshir.

Kedua : Disebabkan kekurangan ilmu, lalu salah dalam menilai orang orang yang melaksanakan sunnah. Diantaranya adalah menganggap orang yang selalu menjaga waktu shalat dan setiap waktu shalat ke masjid dianggap ghuluw. Orang yang banyak berpuasa sunnah dianggap ghuluw. Banyak menghadiri majlis taklim dianggap ghuluw. Seorang muslimah pakai jilbab lebar yang syar’i dikatakan ghuluw.   Lalu mereka memberi komentar : Beragama ini jangan berlebihan, biasa biasa sajalah. Lalu kalau ditanya apa makna biasa biasa saja dalam beragama,   mereka juga tidak tahu.

Ketahuilah saudaraku bahwa untuk menangkal itu semua ada jalan yang sangat bermanfaat yaitu belajar ilmu syar’i dengan sungguh sungguh dan bersungguh sungguh pula mengamalkannya. 

Penutup
Dengan memohon pertolongan Allah kita berusaha menjauhi sikap yang buruk ini baik dalam keyakinan, ucapan maupun perbuatan terutama dalam beribadah. Selain itu kita juga harus berhati hati dalam menghindari ghuluw agar tidak jatuh kepada sikap taqshir yaitu memudah mudahkan sesuatu dalam agama ini tanpa memperhatukan dalil yang shahih.  

Wallahu A’lam (467)
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar