Sabtu, 28 November 2015

MUSIBAH TERBESAR ADALAH PADA AGAMA SESEORANG



MUSIBAH TERBESAR ADALAH PADA AGAMA SESEORANG

Oleh : Azwir B. Chaniago

Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan sebuah doa  :Walaa taj’al mushiibatanaa fii diiniinaa”. Ya Allah janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami.

Apa makna musibah dalam agama. Maknanya  adalah semua perkara yang mengurangi ketaatan kita dalam beragama. Diantara contohnya adalah (1) Seorang yang biasa rajin beribadah lalu sekarang malas malasan. (2) Biasa sering ikut kajian lalu tanpa alasan yang jelas jadi jarang ikut kajian. (3)  Biasa sering membaca bahkan mentadaburi dan  menghafal al Qur-an lalu meninggalkannya. (4) Biasa shalat malam lalu menjadi jarang melakukannya. (5) Biasa selalu shalat berjamaah di masjid lalu sekarang banyak shalat fardhu di rumah. (6)  Biasa rajin berinfak dan bersedekah sekarang jadi pelit.

Ketahuilah saudaraku semua ini yakni musibah dalam agama adalah benar benar musibah besar dan paling buruk akibatnya. Janganlah beranggapan bahwa musibah itu hanya berkaitan dengan musibah dunia karena menghadapi sesuatu yang tidak enak  seperti sakit, kehilangan harta dan yang lainnya.

Sungguh musibah yang menimpa kehidupan dunia seseorang  belum seberapa jika dibanding dengan musibah yang menimpa agamanya karena ini berhadapan dengan kerugian di akhirat.   

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa pada suatu kali Umar bin Khaththab  keluar pergi ke kebun miliknya. Lalu dia pulang dan mendapati orang orang telah selesai melakukan shalat ‘ashar secara berjamaah. Beliau menganggap ini adalah musibah  besar bagi dirinya. Lalu beliau mengucapkan : “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, aku telah ketinggalan shalat ‘ashar berjamaah, maka aku meminta kalian jadi saksi bahwa kebunku tersebut aku sedekahkan kepada orang-orang miskin” Maksudnya adalah agar menjadi kafarah atas perbuatannya yang lalai terhadap shalat berjamaah pada hal hanya satu kali.  

Perhatikanlah apa yang dikatakan Umar bin Khaththab : Tidaklah aku ditimpa suatu musibah, kecuali Allah memberikan empat kenikmatan kepadaku : (1) Musibah itu tidak menimpa agamaku. (2) Musibah itu tidak lebih berat dari musibah orang lain. (3) Musibah itu tidak menghalangiku untuk ridha. (4). Musibah itu membuat aku masih mengharapkan pahala.

Dari kisah diatas dapat diambil faedah : Ternyata Umar bin Khaththab betul betul memahami bahwa musibah dalam agama seseorang  sangatlah besar dibanding musibah kehidupan dunia. Sungguh ini pelajaran berharga bagi kita semua. 

Lalu kenapa musibah besar itu bisa terjadi : Ketahuilah bahwa setiap musibah terjadi akibat perbuatan manusia itu sendiri. Allah berfirman : “Wa maa ashaabakum min mushibatin fa bimaa kasabat aidiikum wa ya’fuu ‘an katsiir” Dan musibah apapun yang menimpamu maka itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kesalahanmu)  Q.S asy Syuraa 30.

Para ulama menjelaskan bahwa kasabat aidiikum, perbuatan tanganmu dalam ayat ini maknanya adalah dosa dosa kalian. 

Imam Ibnul Qayyim berkata : Bahwa diantara akibat buruk dari dosa atau kemaksiatan adalah terhalangnya (seseorang) untuk melakukan ketaatan dan memalingkan hatinya dari istiqamah.

Jika seorang hamba ditimpa musibah besar ini yaitu musibah dalam agamanya maka  untuk obatnya butuh segera permohonan ampun kepada Allah dan bertaubat dengan sungguh sungguh. Banyak berdoa. Lalu timbulkan kembali semangat baru dengan cara banyak bergaul dengan orang orang yang berilmu dan taat dalam beribadah.

Semoga Allah Ta’ala melindungi kita semua dari musibah besar ini. 
Wallahu A’lam. (477)
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar