Sabtu, 14 November 2015

BOLEHKAH BERDOA MINTA KEMATIAN ?



BOLEHKAH BERDOA MINTA KEMATIAN ?

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh manusia banyak kebutuhan, banyak keinginan. Bahkan terkadang ingin sesuatu yang melebihi kebutuhannya. Sementara itu, manusia adalah fakir, tidak memiliki apa apa. Oleh karena itu mereka selalu berdoa memohon kepada Allah Ta’ala untuk mendapatkan segala sesuatu yang terbaik baginya. Banyak berdoa atau memohon kepada Allah memang suatu yang baik dan sangat dianjurkan. Ketahuilah bahwa doa itu sendiri adalah bernilai ibadah. Rasulullah bersabda :  “Ad du’aa huwal ‘ibadah” Do’a adalah ibadah.(H.R at Tirmizi)

Bahkan dengan kasih sayangnya, Allah Ta’ala menyuruh hamba-hamba-Nya senantiasa berdoa dan Allah berjanji akan mengabulkannya. Allah berfirman : Wa qaala rabbukum ud’unii astajiblakum.” Dan Rabbmu berfirman : Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu. (Q.S al Mu’min 60). 

Rasulullah juga mengajarkan umatnya  agar banyak berdoa dan  beliau sangat menganjurkan untuk berdoa minta keselamatan. Dan minta keselamatan adalah doa  paling utama sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam.

Dari Anas, bahwa seseorang datang kepada Nabi lalu berkata : Ya Rasulullah, doa apa yang paling utama. Beliau menjawab : Mintalah keselamatan dan kebaikan di dunia dan di akhirat kepada Rabbmu. Lalu orang itu datang lagi pada hari kedua dan berkata : Ya Rasulullah, doa apa yang paling utama. Maka Rasulullah memberi jawaban yang sama dengan yang sebelumnya. Lalu orang itu datang kembali pada hari ketiga dengan pertanyaan yang sama. Kemudian beliau menjawab seperti sebelumnya. Beliau bersabda : Apabila diberi keselamatan di dunia dan di akhirat, sungguh beruntunglah kamu. (H.R Imam at Tirmidzi). 

Perhatikanlah saudaraku, bagaimana Rasulullah, dalam hadits ini, menyuruh seorang sahabat untuk berdoa dengan  permohonan  yang paling utama yaitu minta keselamatan dan kebaikan di dunia dan di akhirat. Demikian utamanya doa ini, sampai sampai Rasulullah memberi jawaban kepada sahabat yang bertanya dengan mengulanginya tiga kali. 

Ibnu Umar meriwayatkan Rasulullah bersabda : “Maa su-ilallahu syai-an ahabbu ilaihi min an-yus-alal ‘aaqiyah” Tak ada yang membuat Allah senang untuk dimintai, melebihi saat Dia dimintai keselamatan. (H.R Imam at Tirmidzi).

Diantara doa yang sangat sering dibaca oleh Rasulullah,  untuk memohon keselamatan dan kebaikan adalah sebagaimana kalimat doa yang disebut dalam surat al Baqarah ayat 201 yakni : Rabbanaa aatinaa fid dun-yaa hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaban naar”. Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari adzab neraka.

Lalu ada sementara orang yang bertanya : Bolehkan berdoa minta kematian. ?. Pertanyaan ini mungkin muncul dengan beberapa alasan, diantaranya adalah mengalami sakit yang berat, kemiskinan ataupun ketakutan dan yang lainnya.

Syariat Islam melarang seorang hamba untuk berdoa atau mengharapkan kematian. Rasulullah bersabda :  “Janganlah salah seorang dari kamu berangan angan untuk mati. Jika ia seorang yang baik mudah mudahan kebaikannya bertambah, jika ia orang berbuat kesalahan mudah mudahan ia bertaubat.  (H.R Imam Bukhari).

“Janganlah salah seorang di antara kamu berangan angan untuk mati. Jangan berdoa untuk mati sebelum kematian itu sendiri datang. Jika salah seorang dari kamu mati maka terputuslah segala amal perbuatannya. Seorang mukmin mestilah mengisi usiannya dengan kebaikan. (H.R Imam Muslim).

Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda : “Janganlah salah seorang kamu menginginkan kematian disebabkan dia tertimpa bencana. Andaipun ia tetap berkeinginan maka hendaklah ia mengucapkan :  Ya Allah, hidupkanlah aku andai kehidupan itu baik bagiku dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku. (H.R Imam Muslim).

Syaikh as Sa’di, menjelaskan hadits dari Anas bin Malik : Ini adalah larangan terhadap keinginan seseorang untuk mati disebabkan tertimpa bencana seperti penyakit, kemiskinan, rasa takut, terjerumus dalam kesulitan dan yang lainnya, karena dalam keinginan untuk mati itu terkandung beberapa keburukan, diantaranya adalah :  

Pertama : Ia telah mengizinkan sikap marah dan keluh kesah menguasai dirinya. Padahal ia diperintahkan untuk bersabar dan melaksanakan segala kewajibannya. Sebagaimana telah diketahui bahwa dengan keinginan untuk mati itu ia telah menghapus sikap sabarnya.

Kedua : Menyebabkan lemahnya jiwa, menjadi malas dan jatuh ke dalam keputus asaan. Manusia dituntut untu melawan segala masalah ini bahkan ia mesti berusaha untuk menguasai segala permasalahannya sesuai dengan kemampuannya. Ia mesti memiliki ketabahan hati dan semangat yang kuat untuk mengatasi segala hal yang sedang ia hadapi. Hal itu menuntut dua hal :  (1) Kelembutan Illahi yang diberikan kepada orang yang melaksanakan segala sebab dan usaha yang diperintahkan (2) Usaha yang bermanfaat yang dapat menimbulkan ketabahan hati dan pengharapan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketiga : Keinginan untuk mati adalah sikap bodoh dan konyol. Ia tidak mengetahui apa yang terjadi setelah kematian. Justru ia berpindah dari suatu kemudharatan menuju keburukan yang jauh lebih parah, seperti adzab dan siksa alam kubur.

Keempat : Sesungguhnya kematian akan memutuskan segala perbuatan baik seorang hamba karena hanya dengan hiduplah ia dapat melakukan kebaikan. Sisa usia seorang mukmin tidak aka nada nilainya jika ia menginginkan terputusnya perbuatan baik, pada hal perbuatan baik yang sebesar biji sawi jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya. Intinya adalahia mesti sabar terhadap musibah yang menimpanya karena sesungguhnya Allah melimpahkan balasan yang tidak terhitung kepada orang orang yang sabar.

Oleh sebab itulah disebutkan pada akhir hadits dari Anas diatas : “Andaipun seorang itu tetap berkeinginan mengharapkan kematian maka hendaklah ia mengucapkan : Ya Allah, hidupkanlah aku andai kehidupan baik bagiku dan matikanlah aku jika kebaikan itu lebih baik untukku.

Jadi seorang hamba melimpahkan segala urusannya kepada Allah Ta’ala yang mengetahui segala apa yang terbaik untuk hamba-Nya, sedangkan hamba itu tidak mengetahuinya. Allah menginginkan suatu kebaikan untuk hamba-Nya  sedangkan hamba itu tidak menginginkannya. Sungguh Allah Ta’ala bersikap Mahalembut dengan segala ujian dan cobaan-Nya sebagaimana Dia Mahalembut dengan segala nikmat-Nya. (Bahjat Qulub al Abrar)  
  
Syaikh Mahmud al Mishri, dalam Kitab Rihlah ilad Darul Aakhirah, menukil sebuah kisah  dari Abu Salamah, dari Thalhah bin Ubaidillah : Sesungguhnya dua orang laki laki dari kabilah Baliy (suatu kabilah besar yang dinisbatkan kepada Baliy bin Amr) menghadap Rasulullah dan menyatakan keislamannya. Satu dari kedua laki laki ini lebih giat dari yang lainnya. Lalu yang lebih giat ini pergi berperang dan mati syahid. Laki laki yang satunya lagi diberi umur setahun lagi dan wafat dalam keadaan wajar di rumahnya.

Thalhah berkata : Saya bermimpi, saya berada di pintu surga, ternyata saya bersama dua orang laki laki yang sudah meninggal ini. Lalu dari surga ada suara memanggil orang yang meninggal lebih akhir dari keduanya. Kemudian datang lagi suara dari dalam surga memanggil orang yang mati syahid. Selanjutnya suara itu datang kepadaku dan terdengar : Kembalilah, karena belum waktunya kamu masuk surga.

Lalu pagi harinya, Thalhah bercerita kepada orang orang dan mereka heran akan hal itu. Kenapa orang yang mati belakangan di rumahnya itu,  dipanggil lebih dahulu masuk surga sedangkan yang mati syahid dipanggil masuk surga belakangan. Cerita mimpi Thalhah ini disampaikan kepada Rasulullah, maka Rasulullah bertanya kepada orang orang : “Apa yang kalian herankan dari hal itu” Mereka menjawab : Wahai Rasulullah orang ini adalah yang paling giat dari keduanya kemudian mati syahid tapi yang lainnya dipanggil masuk surga lebih dahulu darinya.

Kemudian Rasulullah bersabda : “Bukankah dia telah hidup setahun lagi setelahnya”? Mereka menjawab : Benar ya Rasulullah : Rasulullah bersabda : “Dengan begitu (laki laki yang meninggal belakangan itu) ia mendapati bulan Ramadhan, lalu berpuasa, shalat ini dan shalat itu, sujud sepanjang tahun” ? Mereka mejawab : Benar. Lalu Rasulullah bersabda : “Karena itulah jarak di antara keduanya lebih jauh dari jarak antara langit dan bumi” (H.R Imam Ahmad dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam shahih Sunan Ibnu Majah).

Sangatlah banyak faedah yang bisa diambil dari kisah ini. Yang terutama adalah bahwa seorang yang beriman jika mendapat umur yang panjang maka dia akan menggunakan untuk taat beribadah sehingga bisa jadi mengalahkan pahala orang yang mati syahid. Allahu Akbar.

Oleh karena itu sangatlah tidak bermanfaat sedikitpun meminta kematian dipercepat meskipun mengalami berbagai ujian dan cobaan yang berat. Kalau seseorang diberi umur panjang maka masih ada kesempatan baginya untuk melakukan ketaatan dengan beramal shalih. Jadi jangan pernah berputus  asa. Sungguh Allah Ta’ala Maha Pengasih dan Maha Penyayang terhadap hamba hamba-Nya.

Wallahu A’lam.  (463)

8 komentar:

  1. Bagaimana
    Jika seorang hamba yang berdoa tentang kematiannya dan berdoa pula agar masuk surga dan berdoa juga untuk mati dalam keadaan khusnul khatimah juga
    Apakah boleh ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. boleh, sesungguhnya Allah maha pendengar lagi maha pengampun

      Hapus
    2. jangan meminta mati, mintalah panjang umur berkah dan jika mati dalam khusnul khotimah

      Hapus
  2. Apakah dengan berdoa meminta kematian bisa mendatangkan kematian

    BalasHapus
  3. Saya sering berdoa meminta kematian karena hidup yg sulit apakah saya berdosa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita sama🙁🙁🙁
      Aku hanya takut jika aku terus hidup aku kan selalu kufur atas nikmatnya

      Hapus