Senin, 16 November 2015

ORANG BERIMAN BERDIRI DIATAS KEBENARAN



ORANG BERIMAN BERDIRI DIATAS KEBENARAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah.
Sungguh kebenaran itu adalah  dari Allah Ta’ala. Allah berfirman : “Al haqqu min rabbika, falaa takun  minal mumtariin” Kebenaran itu dari Rabbmu, maka janganlah engkau menjadi orang-orang yang ragu. (Q.S  Ali Imran 60).

Allah berfirman : “Laqad jaa-akal haqqu min rabbika falaa takuunana minal mumtariin”. Sungguh telah datang kebenaran kepadamu dari Rabb-mu maka janganlah sekali kali engkau termasuk orang yang ragu. (Q.S Yuunus 94)

Jadi sangatlah jelas bahwa kebenaran  adalah sesuatu yang  disandarkan kepada apa yang diturunkan Allah melalui Rasul-Nya. Oleh karena itu seorang hamba yang beriman, tiada pilihan baginya,   bagaimanapun keadaannya dia akan tetap berdiri pada kebenaran. Dia berpegang dengan kuat pada kebenaran meskipun terkadang dibutuhkan kesabaran yang luar biasa.   

Kebenaran bukan ditentukan orang banyak.
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz berkata : Orang yang berakal sehat jangan tertipu dengan kebanyakan manusia. Kebenaran tidak ditentukan karena banyak orang yang melakukannya. Akan tetapi kebenaran adalah syari’at yang diturunkan  Allah kepada Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah berfirman : “Wain tuthi’ aktsara man fil ardhi, yudhilluka ‘an sabilillah. In yattabi’una illazh zhanna wain hum illa yakhrushuun.” Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di muka bumi niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan (kebenaran)  Allah. Mereka hanyalah mengikuti sangkaan belaka. Dan mereka hanyalah berkata bohong. (Q.S al An’am 116).

Sikap orang beriman terhadap kebenaran.
Seorang beriman sangatlah memahami bahwa kebenaran yang diturunkan Allah melalui Rasul-Nya adalah bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan manusia didunia dan diakhirat. Dan mereka meyakini  pula bahwa  kebenaran adalah merupakan nikmat yang agung dari Allah Ta’ala.  Oleh karena itu, andaikata suatu waktu dia merasa tergelincir dari kebenaran maka pastilah dia  berusaha untuk kembali kepada kebenaran. Dia akan terus berusaha untuk berdiri kokoh dan berpegang teguh diatas kebenaran. 

Syaikh Abu Bakar Jabir al Jazairi, Kitab Minhaj al Muslim, menyebutkan dua sikap yang penting orang beriman terhadap kebenaran, yaitu :  

Pertama : Senantiasa melazimkan kebenaran
Rasulullah bersabda: “Hendaklah kamu berbuat benar, karena     kebenaran itu menunjukkan kapada kebaikan. Dan kebaikan itu menunjukkan jalan ke surga. Seseorang  membiasakan dirinya berkata benar dan menuntut  kebenaran sehingga tercatat disisi Allah sebagai orang  yang benar.” (H.R Muslim)

Kedua : Mencintai kebenaran
Hendaklah seorang muslim mencintai dan melaksanakan kebenaran lahir batin, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Kebenaran itu menunjukkan kepada jalan ke surga. Sedangkan surga adalah merupakan cita-cita dan harapan tertinggi seorang muslim.

Aplikasi seorang beriman terhadap kebenaran.

Pertama : Benar dalam berbicara dan berjanji
Seorang muslim bila berbicara selalu mengucapkan yang benar tidak berbohong. Bila berjanji selalu memenuhinya, tidak mau mengingkarinya. Sungguh berbicara bohong dan mengingkari janji bukanlah ciri orang muslim tapi ciri orang munafik.

Rasulullah bersada: “Ayatal munaafiqi tsalatsun, idzaa haddatsa kadzaba wa idzaa wa ‘ada akhlafa, wa idzaa tumina khaana”. Tanda tanda orang munafik itu ada tiga, jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar dan jika dipercaya ia berkhianat (Mutafaq ‘alaihi)

Kedua :Benar dalam pergaulan.
Seorang muslim bila bergaul selalu berpijak kepada kebenaran dan kejujuran. Tidak pernah menipu, berdusta ataupun menzhalimi dalam segala bentuknya.

Ketiga : Benar dalam tekad
Seorang muslim bila bertekad untuk melakukan sesuatu yang pantas dia lakukan, ia tidak ragu-ragu dalam melaksanakannya. Dia bersungguh-sungguh (mujahadah). Tidak mengerjakan sesuatu dengan asal-asalan, tapi tuntas dan berkualitas.
 
Keempat : Benar dalam menunjukkan keadaan dirinya.
Seorang Muslim (benar) dan jujur dalam mengatakan keadaan dirinya. Tidak memaksakan diri melebihi kemampuannya. Penampilannya seperti apa adanya tidak mengada-ada serta tidak dibuat-buat.

Rasulullah bersabda: “Orang yang pura-pura kaya, padahal tidak berpunya adalah seperti orang yang memakai dua pakaian kebohongan”.   (H.R Imam Muslim).
(Dari Kitab Minhaj al Muslim)

Mudah mudahan bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam (464) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar