Jumat, 13 November 2015

UJIAN ADALAH ANUGERAH ALLAH TA'ALA



UJIAN ATAU COBAAN ADALAH ANUGERAH ALLAH TA’ALA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah

Ketahuilah bahwa apapun ujian dan cobaan yang menimpa seorang hamba maka itu adalah merupakan ketetapan Allah dan telah tertulis di Lauh Mahfudz. Ini sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya dan juga dalam sabda Rasul-Nya.

Allah berfirman :  “Maa ashaaba min mushibatin fil ardhi wa laa fii anfusikum  illa fii kitaabin  min qabli an nabra-ahaa, inna dzaalika ‘alallahi yasiiraa”. Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah. (Q.S al Hadid 22)

Allah berfirman : “Qul, lan yushiibanaa, illa maa kataballahu lanaa, huwa maulaanaa  wa ‘alallahi  fal yatawakalil mu’minuun” Katakanlah (Muhammad), Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakkal orang orang yang beriman.  (Q.S at Taubah 51).

Sebuah hadits dari Abdullah bin Amr, beliau berkata,  Aku mendengar Rasulullah bersabda : Kataballahu maqaadiiral khalaa-iqi qabla an yakhluqas samaawaati wal ardha bi khamsiina alfa sanah”. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menulis takdir setiap makhluk-Nya, lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. (H.R Imam Muslim).

Anugerah dan karunia Allah bagi yang diberi ujian atau cobaan.

Lihatlah betapa besar anugerah dan karunia Allah yang akan diturunkan kepada orang orang yang diberi-Nya  ujian atau cobaan, diantaranya adalah :

Pertama : Allah ingin menghapus  kesalahannya.
Sungguh tidak ada manusia yang yang terbebas dari dosa, termasuk orang orang yang shalih dan taat. Dengan kasih sayang-Nya Allah turunkan musibah kepadanya sehingga terhapus sebagian dosa dosanya.  

Rasulullah bersabda : “Tidaklah seorang Muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesedihan, gangguan, kegundah gulanaan hingga duri yang menusuknya melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan kesalahannya”  (H.R Imam Bukhari dari Abu Hurairah).

Rasulullah bersabda : “Maa min muslimin yushiibuhu adzdza min maradhin illaa haththallahu bihi sai-yiaatihi kamaa tahaththusy syajaratu waraqahaa”.   Tidaklah seorang muslim itu tertimpa suatu bencana berupa penyakit dan yang lainnya  melainkan dengannya Allah akan menggugurkan kesalahan kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daun daunnya. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim). 

Kedua : Allah menghendaki kebaikan baginya.
Sungguh Allah Ta’ala melalui Rasulul-Nya  memberikan kabar gembira bahwa orang orang yang diberikan musibah sebagai ujian adalah merupakan salah satu tanda bahwa Allah Ta’ala  menghendaki kebaikan baginya. Rasulullah bersabda : “Man yuridillahu bihi khairan yusib minhu”. Barang siapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan, Allah akan menimpakan kepadanya musibah. (H.R Imam  Bukhari). 

Abu ‘Ubaid berkata : Makna dari hadits diatas adalah bahwa Allah Ta’ala akan mengujinya dengan berbagai musibah untuk melimpahkan pahala kepadanya (Lihat Fathul Baari)

Ketiga : Supaya mendapatkan kedudukan yang tinggi.
Seorang hamba bisa jadi memiliki kedudukan yang tinggi disisi Allah Ta’ala. Akan tetapi dia tidak memiliki amal shalih yang cukup untuk dapat membuatnya mencapai kedudukan yang tinggi tersebut. Lalu Allah Ta’ala memberinya cobaan dengan sesuatu yang dia benci. Akhirnya dengan cobaan yang menimpanya maka  dia berhak dan dapat mencapai kedudukan  tinggi tersebut.

Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya seseorang itu untuk memperoleh kedudukan (tinggi) di sisi Allah, ia tidak akan dapat mencapainya dengan amal perbuatannya. Allah akan memberikannya ujian berupa sesuatu yang dibencinya, hingga ia dapat mencapai kedudukan (yang tinggi) tersebut. (H.R Ibnu Hibban dan Abu Ya’la, dihasankan oleh Syaikh al Albani) 
   
Diantara anugerah dan hikmah juga bagi seorang hamba yang didatangi ujian atau cobaan  adalah untuk mensucikan dirinya dari berbagai penyakit hati.  Imam Ibnul Qayyim berkata : Jika saja Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menimpakan (kepada) hamba hamba-Nya berbagai ujian dan cobaan maka niscaya mereka akan bersikap sombong, angkuh dan zhalim.

Perkataan Ulama ulama salaf tentang ujian dan musibah.
Selanjutnya, mari kita simak apa yang dikatakan oleh ulama ulama terdahulu tentang ujian dan cobaan yang menimpa seorang hamba, diantaranya adalah :

Pertama : Sufyan ats Tsauri berkata : Tidaklah dikatakan sebagai orang faqih (ahli fikih) jika tidak menjadikan bala sebagai nikmat dan kemewahan sebagai bala (Hilyatu al Auliya’) 

Kedua : Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : Segala sesuatu yang menimpa manusia dan menjadikannya senang adalah nikmat nyata yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya. Sedangkan segala sesuatu yang menimpa manusia dan menjadikannya susah adalah nikmat yang dapat melebur dosa dosanya jika ia sabar atas kesusahan itu. Sebab di dalam segala sesuatu terdapat hikmat dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak diketahui manusia, lalu beliau membaca firman Allah :
“Wa’asaa   an takrahuu syai-an wa huwa khairul lakum, wa’asaa an tuhibbuu syai-an  wa huwa syarrul lakum , wallahu ya’lamu wa antum laa ta’lamuun”. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S  al Baqarah 216).  

Ketiga : Imam Ibnul Qayyim berkata : Seandainya manusia mengetahui bahwa nikmat Allah yang ada di dalam bala’ itu tidak lain seperti halnya nikmat Allah yang ada didalam kesenangan maka niscaya hati dan lisannya akan selalu sibuk untuk mensyukurinya. (Lihat Syifaa’ul ‘Alil) 

Beliau juga mengatakan : Sesungguhnya Allah tidak memberi suatu keputusan (qadha’) bagi hamba-Nya yang mukmin kecuali keputusan itu baik baginya. Apakah keputusan itu menyakitkannya maupun menyenangkannya. Keputusan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya yang mukmin adalah pemberian, walaupun itu dalam bentuk tidak mengabulkan apa yang diminta hamba-Nya. Ia juga merupakan suatu nikmat meskipun dalam bentuk ujian dan bala’ (cobaan) yang diberikan-Nya adalah keselamatan bagi hamba-Nya walaupun itu dalam bentuk yang menyakitkan. (Madarijus Salikin). 

Keempat : Wahab bin Munabih berkata : Sesunguhnya umat sebelum kamu, apabila salah seorang diantara mereka tertimpa bala, ia menganggapnya sebagai kemewahan dan apabila ia mendapat kemewahan ia menganggapnya sebagai bala. (Sairu al A’laam an Nubala’)

Beliau juga berkata :  Tidaklah seseorang itu dikatakan sebagai ahli fikih yang sempurna sehingga ia memahami bahwa cobaan adalah nikmat dan kesenangan adalah musibah. Hal itu karena setiap orang yang ditimpa bala pada hakikatnya sedang  menantikan (datangnya) kesenangan  dan setiap orang yang senang pada hakikatnya sedang menantikan (datangnya) musibah. (“Uddatu ash Shabirin). 

Mudah mudahan ada manfaatnya bagi kita semua. 

Wallahu A’lam (461)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar