Senin, 23 November 2015

HILANG NIKMAT TERSEBAB MAKSIAT



HILANG NIKMAT TERSEBAB MAKSIAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Di zaman ini kita mengetahui banyak nikmat yang hilang sedangkan musibah terjadi boleh dikatakan tanpa henti. Penyebabnya yang paling utama  adalah kelalaian dari kebanyakan manusia untuk mentaati perintah Allah Ta’ala. Kita menyaksikan bagaimana saat ini sebagian manusia dengan mudahnya meninggalkan dan melalaikan  perintah Allah yang diwajibkan seperti shalat, puasa di bulan Ramadhan, zakat dan yang lainnya.  

Selain itu, kita melihat betapa banyak manusia yang melanggar dan mengabaikan larangan larangan Allah Ta’ala. Saat ini kesyirikan terjadi dibanyak tempat dalam masyarakat. Diantaranya adalah dengan mendatangi dukun, para normal. Minta berkah ke tempat tempat yang mereka sebut keramat bahkan minta berkah kepada orang yang sudah mati.

Sekali lagi perlu dipahami bahwa semua kemaksitan itu akan menghilangkan berbagai nikmat dan keberkahan serta mendatangkan musibah berupa adzab di dunia.  Adzab di akhirat pasti lebih berat lagi. Sungguh selagi manusia belum betul betul bertaubat dari segala macam maksiat, maka tidaklah berkah akan turun kepada manusia.

Allah berfirman : “Walau anna ahlal quraa aamanuu wattaqau lafatahnaa ‘alaihim barakaatin minas samaa-i wal ardhi, wa laakin kadzdzabuu fa akhadznaa hum bimaa kaanu yaksibuun”. Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi. Tetapi ternyata (mereka) mendustakan (ayat ayat Kami) maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S al A’raaf 96).  

Dan juga selagi manusia belum beriman dengan benar dan melakukan amal shalih maka baginya akan selalu ada musibah berupa kehidupan yang sempit. Allah berfirman :  “Waman a’radha ‘an dzikrii fa inna lahuu ma’iisyatan dhankaa, wa nahsyuruhuu yaumal qiyaamati a’maa”. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit dan pada hari Kiamat (dibangkitkan) dalam keadaan buta.  (Q.S Thaha 124)

Imam Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini : Barangsiapa yang menyelisihi perintah-Ku dan ketentuan syariat yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku (dengan) berpaling darinya, melupakannya, dan mengambil selain petunjuknya  maka baginya penghidupan yang sempit dan sengsara, yaitu di dunia, dan tidak ada kelapangan dalam hatinya. Bahkan hatinya sempit dan sesak karena penyimpangannya, meskipun (terlihat) secara zhahir (hidupnya) senang. Berpakaian , makan dan bertempat tinggal sesukanya. Akan tetapi hatinya selalu diliputi kegundahan, keguncangan dan keraguan karena jauhnya dari kebenaran dan petunjuk-Nya. (Kitab Tafsir Ibnu Katsir).

Imam Ibnu Qayyim berkata : Diantara dampak maksiat adalah menghilangkan nikmat yang ada serta memutuskan nikmat yang berkesinambungan. Ia menghilangkan apa yang telah didapatkan dan memutuskan apa yang bersambung. (Kitab ad Daa’ wa ad Dawaa’).

Lalu apa yang bisa dilakukan agar nikmat, berkah dan segala kebaikan itu bisa datang  kembali bahkan lebih banyak lagi ?. Satu yang paling utama yang bisa dilakukan adalah  minta ampun  dan bertaubat kepada Allah Ta’ala dengan sebenar benarnya taubat. 

Allah berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu tuubuu ilallahi taubatan nashuuha”. Wahai orang orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nashuha (sebenar benar taubat) Q.S at Tahrim 8.

Allah berfirman : “Watuubuu ilallahi jamii’an aiyuhal mu’minuuna la’allakum tuflihuun”. Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, hai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung (Q.S an Nuur 31).

Dari Abu Musa ‘Abdillah bin Qais al Asy’ari, dari Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda : Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat pelaku maksiat pada siang hari. Dan Dia  membenatangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat pelaku maksiat pada malam hari, sampai matahari terbit dari tempat terbenamnya. (H.R Imam Muslim). 

Jadi segeralah memohon ampun dan bertaubat wahai hamba hamba Allah yang telah melampaui batas. Sungguh Allah Ta’ala Maha Pengampun dan  Maha Penyayang kepada hamba hamba-Nya.

Wallahu A’lam (471)

  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar