Sabtu, 07 November 2015

JANGAN MERASA BERAT MENERIMA KETETAPAN ALLAH



JANGAN MERASA BERAT MENERIMA KETETAPAN ALLAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh manusia diciptakan tidak memiliki kemampuan dan kekuatan  kecuali sebatas yang Allah Ta’ala berikan kepada siapa yang dikehendakinya. Allah telah menetapkan takdir bagi semua makhluk-Nya. Oleh karena itu maka manusia betapapun keadaannya hendaklah tidak merasa berat menerima ketetapan dari Allah Ta’ala.

Rasulullah bersabda : “Seandainya para makhluk semuanya ingin mendatangkan suatu manfaat bagimu yang tidak Allah tetapkan, niscaya mereka tidak akan pernah mampu melakukannya. Dan jika mereka ingin menimpakan suatu mudharat kepadamu yang tidak Allah tetapkan bagimu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu melakukannya.  (H.R Imam at Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih)  

Maksudnya, apapun yang didapatkan oleh seorang hamba di dunia, baik yang mudharat ataupun yang bermanfaat baginya, semuanya telah ditetapkan. Semuanya telah ditakdirkan dan tidak ada sesuatupun yang menimpa seorang hamba kecuali apa yang telah ditetapkan dalam catatan lalu (Lauh Mahfudz), sekalipun semua mereka bersungguh sungguh untuk melakukannya.

Al Qur an telah menunjukkan kepada makna seperti ini sebagaimana disebut dalam firman-Nya : (Q.S at Taubah 51). “Qullan yushiibanaa illa maa kataballhu lanaa huwa maulaanaa , wa ‘alallahi fal yatawakkalil mu’minuun”.     Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.

Allah berfirman : “Maa ashaaba min mushiibatin fil ardhi wa laa dii anfusikum illa fii kitaabin man qabli an nabra-ahaa, inna dzaalika ‘alallahi yasiir”. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Q.S al Hadid 22)

Rasulullah bersabda : “Innallaha kataba maqadiiral khalaa-iqi  qabla an yakhluqas samaawaati wal ardha bi khasiina alfa sanah”. Sesungguhnya Allah telah menuliskan takdir takdir semua makhluk, lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi. (H.R Imam Muslim) 

Dari Jabir bin Abdillah : “Bahwasanya seorang laki laki pernah berkata : Wahai Rasulullah untuk apa kita beramal hari ini ?. Apakah untuk suatu hal yang mana pena pena telah kering dan takdir takdirpun telah terjadi terhadapnya atau untuk sesuatu yang akan datang ?.
Beliau bersabda : Tidak, tetapi untuk sesuatu yang mana pena pena telah mengering dan takdir takdirpun telah terjadi terhadapnya. Kata orang itu : Lalu untuk apa kita beramal ?. Beliau bersabda : Beramallah kalian karena setiap orang dimudahkan untuk tujuan dia diciptakan. (H.R Imam Muslim).

Barangsiapa yang diberi pertolongan oleh Allah maka dialah yang telah diberi kemenangan dan barangsiapa yang diabaikan oleh Allah maka dialah yang terhina. Inilah realisasi dari makna : ”Laa haula walaa quwaata illaa billahi”. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali karena (pertolongan) Allah.

Oleh sebab itu kata Imam Ibnu Rajab al Hanbali : Siapa yang meninggalkan (tidak) memohon kepada Allah Ta’ala dan justru meminta pertolongan kepada yang selain-Nya maka Allah akan menyerahkannya kepadanya, sehingga dia menjadi terabaikan dan terhina.    

Jadi  apabila :
(1) Seorang hamba telah mengetahui bahwasanya (dia) tidak akan menerima bagi dirinya kecuali apa yang telah ditetapkan baginya apakah kebaikan atau keburukan. Manfaat maupun mudharat.
(2) Seorang hamba telah mengetahui bahwasanya usaha keras makhluk untuk melakukan yang bertentangan dengan apa yang telah ditakdirkan Allah (baginya), sama sekali tidak ada gunanya.
Maka semua keadaan ini mengharuskan manusia untuk meng-Esakan  Allah Ta’ala dengan penuh rasa takut, harap, cinta, permohonan, ketundukan dan doa serta ketaatan kepada-Nya saja, meskipun mengakibatkan kemurkaan makhluk.  (Jami’ul Ulum wal Hikam)

Semoga Allah Ta’ala memberikan yang terbaik dan memudahkan jalan bagi kita semua untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat kelak.

Wallahu A’lam.   (456)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar