Kamis, 05 November 2015

MENGHITUNG KERUGIAN



MENGHITUNG KERUGIAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Secara tabiat, manusia tidak ada yang mau rugi, baik untuk urusan dunia apalagi untuk akhiratnya. Sungguhpun demikian   Allah Ta’ala telah mengingatkan bahwa manusia itu berada dalam kerugian .  Allah Ta’ala berfirman  : “Wal ‘asr. Innal insaana lafii khusrin. Illalladziina aamanuu wa ‘amilush shalihaati wa tawaa shaubil haqqi, watawaa shaubish shabri”. Demi masa. Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali  orang orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (Q.S al ‘Asr 2-3)

Surat al ‘Asr ini memberi petunjuk dengan sangat jelas dan  terang tentang empat sebab yang bisa menjauhkan manusia dari kerugian. Ini mencakup kerugian di dunia maupun kerugian di akhirat. Syaikh Muhammad bin Shalih memberikan beberapa penjelasan bagi kita : 

Pertama : Beriman dengan keimanan yang murni dan dicampuri sedikitpun dengan keraguan ataupun kebimbangan tentang enam rukun iman yang dijelaskan Rasulullah pada saat ditanya oleh Malaikat Jibril.

Kedua : Beramal shalih yakni melakukan amalan dan ibadah ibadah yang diperintahkan. Amal shalih ini haruslah dilandasi dengan ikhlas karena Allah Ta’ala dan mengikuti sunnah yaitu  beribadah dengan cara yang diajarkan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam.     
     
Ketiga : Saling menasehati agar mentaati kebenaran. Kebenaran yang dimaksud adalah syariat Islam. Setiap hamba hendaklah saling menasehati. Jika ia melihat ada seseorang yang melalaikan kewajiban maka ia  memberi nasehat : Wahai saudaraku, laksanakanlah kewajibanmu, jangan engkau lalaikan. Begitupun jika ada seseorang melakukan suatu perbuatan buruk maka yang lain memberi nasehat : Wahai saudaraku jauhilah perbuatan yang buruk ini. Dengan demikian maka orang dikecualikan dari kerugian akan bermanfaat bagi dirinya dan juga bermanfaat bagi orang lain.

Keempat : Saling menasehati satu sama lain agar tetap bersabar. (1) Bersabar  dalam mentaati perintah Allah. (2) Bersabar  dalam menjauhi larangan Allah dan (3) Bersabar dalam menerima takdir atau ketetapan Allah Ta’ala. 

Beliau menambahkan : Setiap manusia mengetahui bahwa ia berada dalam kerugian kecuali dengan memiliki empat hal tadi.  (Dari Kitab Tafsir Juz ‘Amma, Syaikh Utsaimin).

Untuk amal amal yang sifatnya fardhu sudah jelas bahwa seorang yang beriman tidak akan pernah melalaikannya sama sekali. Namun demikian mungkin  kita perlu merenungkan sejenak seberapa banyak kerugian atau pahala yang luput dari kita karena mengabaikan amalan amalan sunnah.

Diantara sedikit contoh dari kerugian kerugian itu adalah :

Pertama : Pada saat bangun tidur tadi pagi sebagian kita tidak membaca doa bangun tidur. Ini kerugian saudaraku.

Kedua : Setelah bangun lalu kita ke kamar mandi dan sebagian dari  kita tidak membaca doa masuk dan keluar dari kamar mandi. Ini kerugian saudaraku.

Ketiga : Pada saat keluar rumah menuju ke masjid untuk shalat, sebagian kita tidak membaca doa atau dzikir keluar rumah dan juga tidak membaca doa berangkat ke masjid. Ini kerugian saudaraku.

Keempat : Pada saat masuk masjid sebagian kita tidak  membaca doa masuk masjid dan begitu juga waktu keluar dari masjid. Ini juga kerugian saudaraku.

Apa yang disebutkan diatas hanyalah sekelumit saja dari amalan amalan sunnah dan sebagian saudara saudara kita ada yang belum terbiasa mengamalkannya. 

Lalu ada pula yang berkomentar, diantaranya :

Komentar pertama : Doa bangun tidur, doa masuk dan keluar kamar mandi, doa keluar rumah dan doa masuk serta keluar dari masjid itu hafalan anak anak TK dan PAUD. Benar saudaraku. Tapi bagi kita yang sudah baligh dan berakal, maka doa doa ini bukan  hafalan tapi amalan dan sangat baik jika dilazimkan.

Komentara kedua : Doa doa  itukan amalan amalan sunnah atau tidak wajib. Kalau dilakukan memang berpahala tapi kalau tidak dilakukan tidak ada dosa. Benar saudaraku, tapi Wallahu A’lam ini adalah sebagian yang termasuk dalam hitungan hitungan kerugian. Lalu adakah diantara kita yang mau rugi ?

Ketahuilah bahwa amalan amalan sunnah atau yang tidak diwajibkan adalah memiliki keutamaan yang sangat banyak. Satu diantaranya adalah  sebagai pendekatan diri kepada Allah Ta’ala sehingga mendatangkan kecintaan-Nya.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda : “Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.

Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku melindunginya.” (H.R Imam Bukhari).

Lalu kalau demikian maka datang pertanyaan. Apakah kita akan melalaikan amalan amalan sunnah yang kita mampu melakukannya ?. Jawabnya tentulah tidak. Insya Allah akan kita lazimkan agar tidak merugi.

Wallahu A’lam  (455)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar