Selasa, 10 Januari 2023

KETIKA HAMBA ALLAH MEMILIKI HARTA YANG BANYAK

 

KETIKA HAMBA ALLAH  MEMILIKI HARTA YANG BANYAK

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Dalam syariat Islam tidak ada larangan memiliki harta yang banyak bahkan berlimpah sekalipun. Bukankah para sahabat dahulu juga ada yang memiliki banyak harta bahkan berlimpah. Lima  diantaranya adalah Usman bin Affan, Abdurrahman bin 'Auf, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah dan Saat bin Abi Waqqas.

Sungguh tentang rizki, Allah Ta'ala telah membagi sesuai kehendak-Nya semata. Allah Ta'ala berfirman :

ٱللَّهُ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ لَهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S al Ankabut 62)

Lalu ketika seorang hamba memiliki rizki berupa harta yang banyak maka ada beberapa perkara yang sangat dianjurkan untuk DIKETAHUI DAN DISADARI, diantaranya :

Pertama : Sungguh tentang harta ada dua hal  pasti akan ditanya kelak di negeri akhirat. (1) Dari mana didapat. (2) Kemana dibelanjakan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan hal ini dalam sabda beliau : 

لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ

Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba ketika hari Kiamat kelak hingga ia ditanya : (1) Tentang umurnya untuk apa ia habiskan. (2) Tentang ilmunya untuk apa dia amalkan. (3) TENTANG HARTANYA DARI MANA DIA DAPATKAN DAN UNTUK APA DIA BELANJAKAN. (4) Tentang badannya untuk apa dia letihkan(H.R Imam at Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah Hadits Shahih).

Kedua : Kewajiban memberi nafkah kepada keluarga yang menjadi tanggungan harus lebih dahulu dan diutamakan. Allah Ta'ala berfirman :

...وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ

"...Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut …(Q.S al Baqarah 233).

Allah Ta'ala berfirman :

لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ مِّن سَعَتِهِۦ ۖ

Hendaklah orang yang mempunyai keluasan (rizki) memberikan nafkah menurut kemampuannya. (Q.S ath Thalaq 7)

Ketiga : Jangan melalaikan kewajiban mengeluarkan zakat.  Ketika mendapat rizki lebih maka jangan lalai menunaikan kewajiban zakat harta. Allah Ta'ala berfirman :

خُذْ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَوٰتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Ambillah zakat dari harta mereka guna membersihkan dan mensucikan mereka  dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Q.S at Taubah 103).

Selain itu, juga sangat dianjurkan memberikan infak dan sedekah kepada yang membutuhkan meskipun tidak wajib. Allah Ta'ala berfirman :


وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (az Zaariyat 19).

Keempat : Jangan boros dan mubadzir. Al Imam Ibnu Abidin menjelaskan : Boros adalah menggunakan harta untuk sesuatu yang benar, namun melebihi batas yang dibenarkan. sedangkan mubadzir adalah menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak benar. (Hasyiyah Ibnu Abidin).

Ketika seseorang diberi harta yang lebih maka sangatlah dianjurkan untuk tetap menjauh dari sifat israf atau boros dan tabdzir atau mubadzir. Sungguh Allah Ta'ala telah mengingatkan dalam firman-Nya berikut ini :


وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا.إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

Jangan melakukan perbuatan tabdzir. Sesungguhnya para mubadzir itu temannya syaithan. Dan syaithan itu sangat ingkar kepada Rabb-nya. (Q.S al Isra: 26-27). Allah Ta'ala berfirman :

وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Dan jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih lebihan. (Q.S al A'raf 31).

Kelima : Kewajiban bersyukur dengan rizki yang diberikan Allah Ta'ala yaitu dengan menggunakan nikmat rizki itu sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah serta mencari ridha-Nya. Allah Ta'ala berfirman :  

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah)  ketika Rabbmu memaklumkan sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti  Kami menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmatKu) maka sesungguhnya adzab-Ku amat pedih. (Q.S Ibrahim 7)

Keenam : Ketahuilah bahwa orang miskin lebih dahulu masuk surga dibanding orang banyak harta. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُسْلِمِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَغْنِيَائِهِمْ بِنِصْفِ يَوْمٍ، وَهُوَ خَمْسُ مِائَةِ عَامٍ

 

Orang muslim yang miskin akan masuk surga sebelum orang muslim yang kaya dengan selisih setengah hari, yang itu setara dengan 500 tahun. (H.R Imam Ahmad at Tirmidzi).

 

Ketujuh : Kewajiban bersyukur dengan rizki yang diberikan Allah Ta'ala yaitu dengan menggunakan nikmat rizki itu sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah serta mencari ridha-Nya. Allah Ta'ala berfirman :  

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah)  ketika Rabbmu memaklumkan sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti  Kami menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku amat pedih. (Q.S Ibrahim 7)

Demikianlah beberapa perkara yang baik dan insya Allah bermanfaat untuk diketahui dan disadari oleh hamba hamba Allah yang mendapat kelebihan rizki berupa harta. Wallahu A'lam. (2.874).

 



 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar