Minggu, 22 Maret 2015

TAUBAT KA''AB DITERIMA



TAUBAT KA’AB DITERIMA KARENA JUJUR

Oleh : Azwir B. Chaniago

Diriwayatkan bahwa sekembalinya Rasulullah dari perang Tabuk, banyak sekali orang orang  yang umumnya  munafik, mendatangi beliau untuk menyampaikan alasan alasan palsu, bohong dan dibuat buat kenapa mereka tidak ikut perang. Rasulullah menerima alasan mereka. Beliau menghukumi seseorang berdasarkan apa yang tampak dan menyerahkan urusannya kepada Allah.

Adapun Ka’ab bin Malik beserta dua sahabat lainnya yaitu Murarah bin Rabi’ dan Hilal bin Umayyah datang menghadap Rasulullah tidak sanggup berbohong dan mencari cari alasan. Mereka berlaku jujur kepada Rasulullah bahwa ketidak ikutan mereka dalam perang Tabuk hanya disebabkan karena kelalaian mereka saja. Tidak ada alasan lain. 

Ka’ab bin Malik berkata ketika ditanya Rasulullah tentang alasannya tidak ikut berperang. “Demi Allah ! Sungguh seandainya aku berhadapan dengan penduduk dunia selain engkau, niscaya aku bisa terhindar dari kemurkaannya dengan mengemukakan alasan alasan karena aku adalah orang yang pandai berdebat. Akan tetapi, demi Allah. Sungguh aku sudah tahu, jika hari ini aku bisa menyampaikan alasan dusta yang membuat engkau tidak marah kepadaku, niscaya nanti Allah akan menjadikan engkau murka kepadaku. Jika aku berkata jujur maka engkau pasti akan menyikapi kesalahanku itu. Aku berharap Allah Ta’ala memberikan ampunannya kepadaku dalam masalah ini. Demi Allah, saya tidak mempunyai alasan (untuk tidak ikut perang). H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim). 
   
Lalu Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk memboikot Ka’ab dan kedua sahabat yang tidak ikut perang tersebut. Selama diboikot maka mereka bertiga mendapat hukuman dan mereka merasa tersiksa, diantaranya :

Pertama : Para sahabat tidak boleh mendekati dan dilarang berbicara dengan Ka’ab dan kedua sahabatnya.    

Kedua : Ka’ab shalat di masjid bersama sahabat dan berharap ada yang menyapanya tetapi ternyata tidak ada yang menyapa.

Ketiga : Ka’ab sengaja mendatangi Rasulullah dan mengucapkan salam. Tapi Ka’ab mengatakan bahwa dia tidak tahu apakah Rasulullah menjawabnya atau tidak.

Keempat : Terkadang Ka’ab pergi ke pasar tapi di pasar tidak ada seorangpun yang menyapa dan menjawab salamnya.  

Kelima : Ka’ab datang kepada Abu Qatadah sepupu yang sangat dicintainya, lalu berkata : Wahai Abu Qatadah, aku memohon atas nama Allah. Apakah engkau tahu bahwa aku mencintai Allah dan Rasul-Nya. Tapi Abu Qatadah diam dan hanya mengatakan : Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.  

Keenam : Kemudian datang lagi ujian yang lebih berat yaitu perintah dari Rasulullah kepada Ka’ab dan kedua sahabatnya untuk menjauhi istri istri mereka dan membiarkannya pulang ke rumah keluarganya masing masing. Tetapi Ka’ab tetap tegar dan taat terhadap perintah Rasulullah. Bahkan Ka’ab berkata : Seandainya Rasulullah memerintahkan aku untuk mentalak istriku niscaya akan aku lakukan. Akan tetapi beliau hanya memerintahkan untuk menjauhinya.

Pada saat Ka’ab merasa sangat kesusahan dan menderita karena diboikot oleh Rasulullah dan para sahabat,  muncul  lagi ujian lain yaitu Ka’ab dan dua sahabat itu didatangi oleh utusan Raja Ghassan yang merupakan musuh Islam. Bahkan Raja Ghassan ini pernah membunuh utusan Rasulullah yaitu Harits bin Amr sehingga terjadi perang Mut’ah. Kerajaan Ghassan ini berada dibawah kendali atau semacam jajahan Kerajaan Romawi.

Utusan Raja Ghassan ini membawa surat dari Raja yang menawarkan kepada Ka’ab agar bergabung bersamanya. Keluarlah dari kota Madinah dan tinggallah bersama kami di kerajaan Ghassan. Mereka berjanji akan memuliakan Ka’ab dan memberi perlindungan. 
 
Bagaimana tanggapan Ka’ab. Meskipun dalam keadaan susah karena di boikot tapi Ka’ab tetap tegar dan tidak bergeming dengan tawaran itu. Bahkan surat Raja Ghassan itu dibakar oleh Ka’ab. Inilah sebuah sikap beragama yang kokoh dan kejujurannya kepada Allah dan Rasul-Nya yang luar biasa kuat.

Kejujuran Ka’ab dan dua sahabat ini akhirnya mendatangkan hasil yang luar biasa dan tidak terduga yaitu turunnya berita gembira dari langit. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ampunan dan menerima taubat mereka bertiga. Sebagaimana firman-Nya : “Dan terhadap tiga orang yang ditinggalkan, hingga ketika bumi terasa sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah (pula terasa) sempit bagi mereka, serta mereka mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksaan) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat, Maha penyayang.  (Q.S at Taubah 118)

Setelah mengetahui turunnya ayat ini para sahabat bergegas menuju rumah Ka’ab dan dua sahabat yang diboikot itu untuk menyampaikan berita gembira tersebut. Mereka mengucapkan selamat atas turunnya ampunan Allah bagi ketiga sahabat ini. Ka’ab langsung melakukan sujud syukur atas berita gembira ini.Rasulullah juga sangat berbahagia sehingga wajah beliau terlihat berseri seri. Ka’ab yang mendatangi Rasulullah setelah mendengar kabar gembira itu di masjid mengatakan : Seakan akan wajah beliau seperti rembulan.

Tentang surat at Taubah ayat 118 ini, Syaikh as Sa’di dalam Kitab Tafsir Karimir Rahman antara lain menyebutkan : 

Pertama : Bahwa penerimaan taubat  oleh Allah kepada hambaNya adalah berdasarkan penyesalannya yang mendalam. Sedangkan orang yang tidak peduli dengan dosa dan tidak merasa bersalah jika melakukannya maka taubatnya pasti gagal meski dia menyangka taubatnya diterima.

Kedua : Bahwa tanda kebaikan dan lenyapnya kesulitan adalah jika hati seorang hamba hanya bergantung kepada Allah Ta’ala secara sempurna dan terputus dari (mengharap kepada) makhluk. 
 
Ketiga : Bahwa Allah yang memberi nikmat kejujuran kepada mereka (Ka’ab dan dua sahabatnya). Oleh karena itu Allah memerintahkan agar mereka diteladani (kejujurannya). Dan Allah berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuut taqullah wa kuunuu ma’ash shaadiqiin. Wahai orang orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang orang yang benar. (Q.S at Taubah 119).

Kejujuran dalam segala keadaan pastilah membawa kebaikan, apalagi jujur dalam beragama. Ka’ab bersama dua sahabat tersebut terselamatkan dari siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendapatkan keutamaan dengan turun surat at Taubah  ayat 118 dan 119  yang senantiasa dibaca kaum muslimin,  karena kejujuran mereka.

Bahkan setelah mendapat ampunan dari Allah karena kejujurannya maka Ka’ab bin Malik mengatakan : ” Wahai Rasulullah. Sesungguhnya Allah tidak menyelamatkanku kecuali dengan sebab kejujuran dan termasuk bagian taubatku adalah (aku berjanji) untuk tidak berbicara kecuali dengan jujur selama hidupku” (H.R Imam Bukhari). 
  
Oleh karena itu mari kita senantiasa menjaga agar sifat  jujur   selalu ada pada diri kita dalam setiap keadaan. Sungguh kejujuran terkadang berat bahkan bisa jadi  mendatangkan kesulitan.  Ingatlah pesan Rasulullah dalam sabda beliau : “Alaikum bishshadqi, fainna shadqa yahdi ilal birri. Wa innal birra yahdi ilal jannati. Wamaa yazaalu rajulu yashduqu wa yataharaash shidqa hatta yuktaba ‘indallahi shiddiqan” Kalian haruslah berlaku jujur karena sesungguhnya kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran maka ia akan dicatatat sebagai orang yang jujur disisi Allah (Mutafaq ‘alaihi).

Sungguh alangkah bahagianya seseorang yang selalu berlaku jujur karena membawanya kepada kebaikan yang berujung kepada mendapatkan surga. Dan yang juga sangat mengembirakan  bagi orang jujur adalah dia akan tercatat sebagai orang jujur disisi Allah Rabbil ‘Alamin.

Wallahu A’lam.   (244)

 
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar