Sabtu, 28 Maret 2015

REBUTAN UNTUK MATI SYAHID



REBUTAN UNTUK MATI SYAHID

Oleh : Azwir B. Chaniago

Para sahabat adalah orang orang pilihan Allah dan mendapat kesempatan yang sangat mulia yaitu mendampingi RasulNya dalam menegakkan kalimat Allah di muka bumi. Mereka adalah orang orang  yang ridha kepada Allah dan sungguh Allah juga ridha kepada mereka.

Allah berfirman : “Dan orang orang terdahulu lagi yang pertama tama (masuk Islam) yaitu orang orang Muhajjirin dan Anshar dan orang orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga surga yang mengalir dibawahnya sungai sungai. Mereka kekal didalamnya selama lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (Q.S at Taubah 100)

Dan juga para sahabat adalah  orang orang yang paling bersegera untuk mengamalkan perintah Allah,  paling takut dan selalu menjaga diri terhadap apa yang dilarang Allah. Secara khusus, para sahabat adalah orang orang paling bersemangat dalam melaksanakan perintah jihad meskipun harta dan nyawa mereka menjadi taruhannya.
Jika pada suatu waktu datang perintah untuk bejihad maka mereka segera bersiap dengan sungguh sungguh. Mereka berebut untuk dapat kesempatan mati dalam membela agama Allah. Mati syahid, itulah yang sangat mereka inginkan. 

Dalam Kitab Tafsir al Azhar, Prof. DR. Hamka menyebutkankan beberapa kisah tentang sahabat yang bukan hanya bercita cita tapi mengejar bahkan rebutan untuk bisa mati syahid. Diantaranya adalah :

Pertama :  Khaizamah yang ingin ikut dalam perang Uhud.
Ada seorang tua Khaizamah namanya. Pada waktu perang Badar beberapa waktu yang lalu dia berebut dengan seorang anak laki lakinya sama sama ingin ikut perang Badar. Khaizamah dan anaknya membuat undian. Ternyata yang menang undian adalah anaknya. Anaknya ikut perang Badar dan syahid di perang Badar.

Malam sebelum perang Uhud Khaizamah bermimpi melihat anaknya yang syahid di perang Badar itu lagi bersukaria di sebuah taman yang indah di surga. Memetik buah buahan dan menikmati air jernih yang mengalir. Setelah anaknya melihat ayahnya diapun memanggil : Ayah, aku disini sekarang. Rupanya janji Allah telah berlaku dengan sebenar benarnya pada diriku. Mari ayah, ikutilah aku. 

Pada waktu terbangun pagi hari, hatinya gelisah. Dia datang menghadap Rasulullah minta agar dimasukkan dalam daftar untuk berperang ke Uhud. Dia berkata : Ya Rasulullah, aku sudah tua, tulangku sudah mulai melemah. Aku ingin sekali menemui Rabbku. Bawa aku ikut serta ya Rasulullah dan doakan moga moga akupun mendapat syahadah sebagaimana anakku dan aku ingin hidup bersama anakku di surga.
Dengan rasa haru Rasulullah mendoakan Khaizamah agar keinginannya terkabul. Diapun ikut dalam perang Uhud dengan gagah berani. Doa Rasulullah diijabah. Khaizamah memperoleh syahid di perang Uhud sebagaimana yang dia inginkan. 

Kedua : Nu’aim bin Malik yang bersemangat.  
Dia datang kepada Rasulullah beberapa saat sebelum perang Uhud berlangsung. Dia berkata kepada Rasulullah dengan penuh haru : Ya Rasulullah aku ingin masuk surga, ya Rasulullah, demi Allah izinkan aku masuk surga. Bekalku ialah cinta kepada Allah dan Rasul. Aku sekali kali tidak akan mundur bila berhadapan dengan musuh. Mendengar itu Rasulullah bersabda : Engkau benar. 

Lalu Nu’aim bin Malik ikut dalam perang dan tidak kenal mundur setapakpun. Keinginannya untuk meneruskan perjalanan ke surga pun terkabul. Dia mati syahid dalam perang Uhud.

Ketiga :  Amir bin Juwanah yang pincang.
Amir bin Juwanah memiliki empat orang anak laki laki yang pergi berperang mengikuti Rasulullah ke Uhud. Baru saja orang orang berangkat ke Uhud, Amir bin Juwanah mengikuti dari belakang dan ingin ikut perang. Anak anaknya menyuruhnya pulang karena merasa mereka empat orang sudah cukup. Apalagi Amir ini pincang. Dia tidak terkena kewajiban jihad. Tetapi Amir tidak merasa puas dengan penolakan anak anaknya itu. Dia langsung menemui Rasulullah dan berkata : Anak anakku melarangku ikut berperang, ya Rasulullah, pada hal aku ingin sekali mati syahid, supaya dengan kaki pincangku ini akupun dapat menginjak  surga. 

Rasulullah menjawab : Tetapi sebenarnya engkau tidak wajib berjihad, karena cacat fisikmu. Air mata Amir berlinang mendengar jawaban Rasulullah dan berkata : Walaupun kakiku pincang ya Rasulullah, tanganku masih kokoh untuk menetak leher musuh. 

Mendengar permintaan yang sungguh sungguh dari Amir maka Rasulullah menoleh kepada anak anaknya yang empat orang itu lalu beliau berkata : Biarkanlah ayahmu (ikut perang) moga moga Allah mengabulkan keinginannya. Lalu keempat anak Amir mengizinkannya untuk perang. Dan dengan pincangnya dia menyerbu kearah musuh. Keinginannya dikabulkan Allah. Dia mati syahid di perang Uhud.

Begitulah sebagian kisah sahabat yang berebut untuk mendapatkan syahid.
Wallahu A’lam.   (250)
      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar