Rabu, 25 Maret 2015

SEMANGAT SAHABAT MENGAMALKAN AL QUR-AN



SEMANGAT SAHABAT MENGAMALKAN AL QUR AN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Pada masa Rasulullah berada di Madinah, ayat ayat al Qur an masih terus turun. Memang ayat al Qur an diturunkan Allah secara berangsur angsur sesuai yang Allah kehendaki. Allah berfirman : Inna nahnu nazzalnaa ‘alaikal qur-aana  tanziilaa” Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al Qur an kepadamu (Muhammad) secara berangsur angsur. (Q.S al Insaan 23).

Setiap ayat yang turun langsung disampaikan Rasulullah kepada para sahabat. Lalu para sahabat mempelajarinya, menghafalkan dan berusaha memahami maknanya. Jika ada yang mereka kurang paham maka mereka segera meminta penjelasan kepada Rasulullah. Selanjutnya, jika ayat itu berupa perintah maka tanpa menunggu sesuatupun mereka langsung mengamalkannya dengan sebaik mungkin. Jika ayat tersebut merupakan larangan maka para sahabat segera saat itu juga berhenti pada batas larangan tersebut.  Kesimpulannya adalah bahwa  setiap ada  ayat yang turun, maka para sahabat selalu pada posisi sami’naa wa atha’naa, kami dengar dan kami taati. 

Diantara semangat para sahabat dalam mengamalkan ayat ayat al Qur an  adalah terlihat dengan jelas pada saat turun Firman Allah : Lan tanaalul birra hattaa tunfiquu mimmaa tuhibbuun, wa maa tunfiquu min syai-in fa innallaha bihii ‘aliim” Benar benar kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh Allah Mahamengetahui. (Q.S Ali Imran 92).

Syaikh as Sa’idi berkata : Maksudnya kamu sekali kali tidak sampai dan tidak akan mendapatkan kebajikan artinya sebuah kata yang menyeluruh tentang kebajikan yaitu jalan yang menyampaikan ke surga “sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai”  dari harta kalian yang terbaik dan paling istimewa. Karena berinfak dengan hal yang baik lagi disayangi oleh jiwa merupakan tanda paling besar dari kelapangan jiwa dan sifatnya yang mulia, kasih sayangnya dan kelembutannya. Dan juga merupakan tanda paling jelas tentang kecintaannya kepada Allah dan sikap mendahulukan Allah atas kecintaan terhadap harta yang sangat dicintai oleh jiwa. (Kitab Tafsir Karimir Rahman)   
   
Dalam Kitab Tafsir al Azhar, Prof. DR Hamka berkata : Setelah ayat ini turun bukan main besar pengaruhnya kepada para sahabat. Diantaranya adalah kepada Zaid bin Haritsah. Setelah mengetahui ayat ini turun (dan memahami maknanya) Zaid datang kepada Rasulullah dengan membawa kuda tunggangan miliknya dan kuda itu sangat disenanginya. Lalu Zaid berkata : Ya Rasulullah aku ingin mengamalkan ayat ini. Inilah kuda tungganganku yang sebagai engkau ketahui kuda ini adalah tunggangan yang sangat aku senangi. Terimalah kuda ini sebagai sedekahku dan sudilah engkau memberikannya kepada yang patut menerimanya. 

Imam Ibnu Katsir berkata :  Imam Ahmad meriwayatkan dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah, ia pernah mendengar Anas bin Malik berkata : Abu Thalhah adalah orang yang paling kaya diantara orang orang Anshar di Madinah. Harta yang paling dia senangi adalah Bairuha’ (yaitu suatu kebun) yang berhadapan dengan masjid (Nabawi). Dan Rasulullah (pernah) memasukinya dan meminum air yang segar darinya. Kata Anas ketika ayat ini turun Abu Thalhah berkata : Ya Rasulullah sesungguhnya Allah berfirman : Kamu sekali kali tidak tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” Sesungguhnya harta kekayaan yang paling aku sukai adalah Bairuha’ dan aku bermaksud untuk menyedekahkannya yang dengannya aku berharap mendapat kebaikan dan simpanan disisi Allah. Maka manfaatkanlah kebun itu ya Rasulullah seperti apa yang ditunjukkan Allah kepada engkau. 

Maka Nabi bersabda : Bagus, bagus, yang demikian itu adalah harta yang menguntungkan, harta yang menguntungkan. Dan aku telah mendengar apa yang engkau katakan. Aku berpendapat hendaklah kebun itu engkau berikan kepada kaum kerabatmu. Abu Thalhahpun berkata : Aku akan laksanakan ya Rasulullah. Kemudian Abu Thalhah membagi bagikannya kepada sanak kerabatnya dan anak anak pamannya. Catatan : hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Imam Ibnu Katsir juga berkata : Dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Umar pernah berkata : Ya Rasulullah aku belum pernah sama sekali mendapatkan harta yang lebih berharga bagiku daripada bagian yang aku peroleh ada di Khaibar. Lalu apa yang engkau perintahkan kepadaku terhadap harta tersebut. Maka beliau bersabda : “Habbisil ashla wa sabbilits tsamarah” Pertahankan pokoknya dan dermakan buahnya (di jalan Allah).

Demikianlah sebagian kisah tentang bagaimana besarnya semangat para sahabat dalam mengamalkan ayat ayat al Qur an. Kalau demikian keadaan sahabat dalam mengamalkan al Qur an maka sungguh sangatlah pantas mereka menjadi pendamping Rasulullah dalam menegakkan kalimat Allah Ta’ala.

Wallahu A’lam.    (247)        


Tidak ada komentar:

Posting Komentar