Minggu, 15 Maret 2015

SIAPA YANG BOLEH BERDAKWAH



SIAPA YANG  BOLEH BERDAKWAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Makna dakwah.
Dakwah adalah ajakan beriman kepada Allah dan kepada segala hal yang dibawa oleh para Rasul-Nya serta ajakan kepada mentaatinya dengan sesuatu yang mereka perintahkan (Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah)

Dakwah adalah mengajak orang lain agar melakukan segala perintah Allah baik berupa ucapan atau amalan dan meninggalkan segala larangan Allah baik berupa ucapan atau perbuatan (Usus Manhaj as Salaf fi ad Da’wah, Syaikh Fawwaz as Suhaimi).

Keutamaan Dakwah
Dakwah memiliki kedudukan yang sangat agung karena dakwah adalah tugas yang diperintahkan Allah kepada para Nabi dan Rasul. Dakwah adalah sesuatu yang sangat mulia dan karenanya Rasul diutus dan pengikutnya diberikan tugas untuk melakukan dakwah.

Allah memuji orang yang berdakwah. Allah   berfirman:  “Waman ahsanu qaulan mimman da’a ilallah”. Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang-orang yang menyeru (orang lain) kepada (mentaati) Allah. Q.S Fussilat 33.

Rasulullah bersabda: “Khairukum man ta’alamal  qur’ana, wa ‘allahmahu” Sebaik-baik kalian  adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.(H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Rasulullah bersabda: “Man dalla ‘ala khairin falahu misylu ajri failaihi”. Barang siapa yang menunjukkan (manusia) kepada kebaikan maka ia memperoleh pahala seperti orang yang melakukannya. (H.R.Imam Muslim)

Semua orang boleh berdakwah ?.
Syaikh Utsaimin dalam Kitabud Da’wah berkata : Jika seseorang mengetahui betul dan memahami dengan yakin apa yang akan didakwahkan, maka tidak ada bedanya, apakah ia seorang ulama besar yang diakui kredibilitas dan kapabilitasnya atau seorang thalibul ‘ilmi yang serius atau hanya seorang awam.

Rasulullah bersabda : “Ballighuu ‘annii walau ayatan”  . Sampaikanlah apa yang dariku walaupun hanya satu ayat. (H.R Imam Bukhari)

Selanjutnya Syaikh menjelaskan bahwa tidak disyariatkan bagi seorang juru dakwah untuk mencapai tingkat tinggi dari segi keilmuan. Yang disyariatkan adalah menguasai topik yang diserukannya. Adapun melakukan dakwah tanpa ilmu atau hanya berdasarkan keinginan saja, maka itu tidak boleh.  

Berdakwah dengan akhlak  yang mulia.
Disebutkan dalam suatu riwayat bahwa : Ibnu Mas’ud pernah menjadi pemimpin sebuah madrasah  dan sekaligus sebagai ulama di Irak. Pada suatu kali dalam perjalanan pulang kerumahnya beliau melewati sekelompok anak muda yang sedang berhura-hura. Menyanyikan lagu-lagu diiringi  alat musik tunbur (sejenis rebab) sambil minum khamar.  Salah seorang  yang sedang bernyanyi dan suaranya sangat bagus bernama Dazhan.

Melihat anak-anak remaja ini  Ibnu Mas’ud menghampiri dan berkata dengan lemah lembut : Andaikata suaramu yang bagus itu digunakan untuk membaca al Qur an tentu akan bermanfaat bagimu. Lalu Ibnu Mas’ud pergi tak menoleh lagi. Dazhan langsung tersentak dan tersentuh hatinya. Dia bertanya kepada teman-temannya siapa orang itu tadi. Dijawab bahwa orang itu adalah Imam Ibnu Mas’ud pemimpin madrasah, seorang ulama besar.

Seketika itu juga Dazhan mengejar dan mengikuti sampai kerumah Ibnu Mas’ud. Begitu mau masuk ke rumah, Ibnu Mas’ud menyambut dengan senyum,  muka yang  berseri-seri dan memeluk Dazhan yang saat itu menangis. Ibnu Mas’ud berkata : Masuklah wahai anak muda yang diberi rakhmat oleh Allah. Dazhan dipersilahkan duduk dan disuguhi sepiring kurma dan Ibnu Mas’ud berkata : Makanlah, hanya ini yang aku punyai untuk disuguhkan kepada engkau.  Seandainya aku punya yang selain ini pasti akan aku hidangkan semua untukmu.

Perhatikanlah, sikap dan perkataan Ibnu Mas’ud yang menunjukkan akhlak yang sangat terpuji. Dalam kasus ini tidak ada ayat al Qur an ataupun Hadits Nabi yang diucapkan untuk mendakwahi Dazhan.

Semenjak itu Dazhan bertaubat kepada Allah. Dia segera meninggalkan majelis hura-hura dan beralih kemajelis-majelis ilmu. Akhirnya dia menjadi ulama. Imam adz Dzahabi berkata : Dazhan adalah ulama besar di zamannya.  Subhanallah.

Dari uraian diatas dapat diambil faedah bahwa untuk berdakwah tidaklah harus lebih dahulu  menunggu menjadi ulama besar. Yang perlu adalah seseorang harus paham betul dan yakin bahwa apa yang akan disampaikannya adalah kebenaran dalam timbangan syari’at. Yang disyaratkan dalam berdakwah adalah menguasai topik yang akan didakwahkan.

Bahkan seseorang bisa berdakwah tanpa membawakan ayat ayat al Qur an ataupun as Sunnah. Sungguh akhlak yang mulia dan senyum seorang muslim bisa menjadi sarana baginya untuk berdakwah. 
   
Wallahu A’lam.  (235)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar