Rabu, 11 Maret 2015

SAHABAT TIDAK MENCINTAI HARTA



SAHABAT TIDAK MENCINTAI HARTA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Para sahabat adalah orang orang yang dipilih Allah untuk mendampingi beliau dalam menegakkan  agama-Nya. Allah dan RasulNya  telah memuliakan dan ridha kepada para sahabat.

Allah berfirman : “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah” (Q.S Ali Imran 110).

Ketahuilah bahwa ayat ini turun pada masa sahabat. Dan paling utama yang dimaksud dengan umat terbaik tentulah seluruh sahabat pada. Selanjutnya adalah orang orang yang mengikuti manhaj para sahabat. 

Allah berfirman : “Dan orang orang terdahulu lagi yang pertama tama (masuk Islam) yaitu orang orang Muhajjirin dan Anshar dan orang orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga surga yang mengalir dibawahnya sungai sungai. Mereka kekal didalamnya selama lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (Q.S at Taubah 100)   

Rasulullah bersabda : “Laa tasubbu ashhabi, laa tasubbu ashhabi, fawalladzi nafsi biyadihi, lau anna anfaqa mitsla uhudin dzahaba maa adraka mudda ahadihim walaa nashiifahu” Jangan kalian mencela sahabatku, jangan kalian mencela sahabatku, demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, andaikan salah seorang dari kalian menyedekahkan emas sebesar gunung Uhud niscaya tidak akan menyamai satu mud mereka dan tidak pula setengahnya (H.R. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Rasulullah bersabda : “Khairunnasi qarni, tsummal ladzina yalunahum, tsummal ladzina yalunahum” Manusia terbaik adalah masaku, kemudian yang sesudahnya, kemudian yang sesudahnya. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Diantara sebab yang menjadikan para sahabat itu mulia disisi Allah karena tidak ada diantara mereka yang mencintai harta. Mereka mencintai amal kebajikan.

Pertama : Banyak sahabat yang kaya  seperti Abu Bakar ash Siddik, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin “Auf dan yang lainnya. Tapi mereka tidak menjadikan harta sebagai tujuan. Sahabat tidak pernah menempatkan harta dalam hatinya. Harta ditempatkan di tangan saja. Harta mereka gunakan untuk sebagai  sarana mendekatkan diri kepada Allah dan membela serta  menegakkan kalimat Allah. 

Kedua : Banyak sahabat yang miskin bahkan sangat miskin seperti Abu Hurairah tapi tidak menghalanginya untuk mendampingi Rasulullah. Dia menjadi sahabat nomor satu dalam menghafal,  mempelajari dan meriwayatkan hadits  Rasulullah. Dia tidak pernah memikirkan bagaimana jika dapat banyak harta.

Pada satu kali beberapa orang sahabat yang miskin datang kepada Rasulullah mengadu tentang kemiskinannya. Apakah dia minta didoakan Rasulullah supaya menjadi kaya seperti sebagian sahabat  yang lain. Ternyata tidak. Mereka mengadu kepada Rasulullah karena tidak bisa menyamai orang orang kaya dalam beramal. Dan mereka mengharapkan agar Rasulullah memberi petunjuk kepada mereka agar bisa beramal mengimbangi  orang kaya yang banyak bersedekah dan berinfak di jalan Allah. Perhatikanlah hadits berikut ini yang menunjukkan bahwa sahabat bukan mencintai harta tapi mencintai amal. Mereka berlomba dalam melakukan amal shalih.  
  
Abu Hurairah  berkata bahwa orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin mendatangi Rasulullah  dan berkata  : Orang-orang yang memiliki harta berlomba-lomba menggapai derajat yang tinggi dan nikmat yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa.  Dan mereka memiliki kelebihan harta hingga mereka (bisa) berhaji, umrah, jihad dan bersedekah. 

Rasulullah SAW bersabda : Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu untuk mengejar orang-orang yang telah mendahului kalian dalam beramal dan meninggalkan orang-orang yang ada di belakang kalian.  Dan tidak ada orang yang lebih baik dari kalian kecuali jika ia melakukan seperti yang kalian lakukan?, Para sahabat menjawab : Mau, wahai Rasulullah!, Maka Rasulullah bersabda : Kalian ber-tasbih, ber-tahmid, ber-takbir setiap selesai shalat sebanyak 33 kali.

Abu Sholeh yang meriwayatkan dari Abu Hurairah  berkata : Ketika Rasulullah ditanya tentang bagaimana cara menyebutkannya, maka beliau  bersabda : Mengatakan subhaanallaah wal hamdulillaah wallaahu akbar, hingga setiap kalimat diucapkan sebanyak 33 kali. (Muttafaq ‘alaih)

Imam Muslim menambahkan dalam riwayatnya : Maka orang-orang yang fakir dari kalangan muhajirin kembali menemui Rasulullah dan berkata : Saudara saudara kami yang memiliki kelebihan harta telah mendengar perbuatan kami (mengucapkan tasbih, tahmid dan takbir sehabis shalat 33 kali), sehingga merekapun berbuat seperti yang kami lakukakan!. Rasulullah  bersabda : Itulah karunia Allah yang DiIa berikan kepada siapa yang Ia kehendaki.

Akhirnya para sahabat yang fakir ini tetap ridha dengan keadaannya dan mereka gembira karena telah mendapat pelajaran yang sangat berharga dari Rasulullah yaitu bisa mendapatkan cara  menambah  amal yaitu dengan dzikir setelah shalat. 

Ketahuilah bahwa amalan dzikir setelah shalat ini diajarkan oleh Rasulullah kepada sahabat yang fakir dan kemudia diikuti oleh sahabat yang lainnya. Semoga kita sebagai umat beliau juga melazimkan dzikir ini setiap selesai  shalat shalat fardhu. 

Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam.  (233)



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar