Jumat, 26 Juli 2019

WASIAT RASULULLAH TAK PERNAH DIABAIKAN ABU HURAIRAH


WASIAT RASULULLAH TAK PERNAH DIABAIKAN
ABU HURAIRAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Abdurrahman bin Shakhr ad Dausi al Yamani lebih dikenal dengan nama Abu Hurairah. Beliau begitu dekat dengan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Hampir setiap waktu beliau bersama Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Beliau selalu menghafalkan dan meneruskan banyak hadits sehingga beliau dikenal sebagai sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits yaitu 5.374.

Suatu hari Rasulullah  berwasiat tiga hal kepada Abu Hurairah, yaitu : 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لَا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

Dari Abu Hurairah, dia  berkata : Telah berwasiat kepadaku, kekasihku (Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam) untuk melakukan tiga hal yang tak akan aku tinggalkan hingga meninggal dunia, yaitu : puasa tiga hari setiap bulan, shalat dhuha dan tidur dalam keadaan telah melakukan shalat witir.  (H.R Imam Bukhari)

Pada saat bercerita terkait wasiat yang diberikan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam tersebut, Abu Hurairah mengaku TIDAK AKAN PERNAH MENINGGALKAN WASIAT TERSEBUT SAMPAI MENINGGAL DUNIA.

Ketika Rasululah berwasiat secara khusus kepada Abu Hurairah, hakikatnya adalah nasehat untuk kita semua umat beliau. Dari hadis tersebut,   dapat pula kita memahami tentang beberapa keutamaan nasehat tersebut, yaitu :

Pertama : Puasa tiga hari setiap bulan.

Sangatlah dianjurkan untuk melaksanakan puasa tiga hari setiap bulan. Lebih utamanya dilakukan pada tanggal 13,14 dan 15 bulan hijriyah yaitu puasa yaumul bidh.

Dari Ibnu Milhan al Qaisi, dari ayahnya, ia berkata :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْمُرُنَا أَنْ نَصُومَ الْبِيضَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ . وَقَالَ هُنَّ كَهَيْئَةِ الدَّهْرِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada ayyamul bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan Hijriyah). Dan beliau bersabda : PUASA YAUMUL BIDH ITU SEPERTI PUASA SETAHUN. (H.R Abu Daud  dan an Nasa’i, dishahihkan oleh  Syaikh al Albani).

Kalau melihat kepada zhahir hadits diatas maka puasa tiga hari setiap bulan lebih utama dilakukan pada 13, 14 dan 15 bulan Hijriyah, yaitu puasa yaumul bidh. Tetapi tidak mengapa dilakukan pada hari selain itu sebagaimana penjelasan Aisyah berikut ini :

Aisyah, radiyallahu ‘anha pernah ditanya Mu’adzzah :

أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَتْ نَعَمْ. قُلْتُ مِنْ أَيِّهِ كَانَ يَصُومُ قَالَتْ كَانَ لاَ يُبَالِى مِنْ أَيِّهِ صَامَ.

Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa (sunnah) tiga hari setiap bulannya ?. Aisyah menjawab : Iya. Mu’adzah lalu bertanya : Pada hari apa beliau melakukan puasa tersebut ?. Aisyah menjawab :  Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya di hari mana saja). H.R at Tirmidzi  dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Tentang keutamaan puasa tiga hari setiap bulan mendapat pahala seperti puasa sepanjang tahun telah dijelaskan dalam hadits dari Ibnu Milhan al Quaisi diatas. Selain itu dijelaskan pula dalam hadits   Abdullah bin Amr bin al ‘Ash, berikut ini :

صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah SEPERTI PUASA SEPANJANG TAHUN.  (H.R Imam  Bukhari).

Kedua : Melaksanakan shalat dhuha.

Shalat dhuha  atau shalatul Awwabiin adalah shalat sunnah mu’akkadah. Waktunya, dimulai sejak terbitnya matahari setinggi tombak, sampai menjelang tergelincirnya matahari, minimal dua rakaat dan tak terbatas jumlah maksimalnya (Fataawaa Syaikh Abdul Aziz ibn Baaz, www.binbaz.org.sa)

Diantara keutamaannya adalah mendapat penjagaan dari Allah Ta’ala. Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah bersabda bahwa Allah Ta’ala berfirman :

Dari Nu’aim bin Hammar al Ghathafani, dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ

Allah Ta’ala berfirman : Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang. (H.R Imam  Ahmad, Abu Daud, at Tirmidzi dan ad Darimi di shahihkan oleh  Syaikh al Albani)

Al Imam al ‘Azhim Abadi menyebutkan : Hadits ini bisa mengandung pengertian bahwa shalat Dhuha akan menyelematkan pelakunya dari berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa shalat Dhuha dapat menjaga diri yang mengamalkannya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari itu.” (‘Aunul Ma’bud).

Selain itu, shalat dhuha bisa menjadi pengganti sedekah bagi  360 persendian. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  bersabda :

“Pada diri manusia terdapat 360 persendian, wajib baginya bersedekah untuk (persendian itu). Mereka bertanya : Siapa, wahai Rasulullah, yang sanggup akan hal itu ?. Beliau menjawab : Membersihkan kotoran yang terlihat adalah sedekah, menyingkirkan gangguan dari jalan juga sedekah, dan shalat dua rakaat pada waktu dhuha mencukupinya” (H.R Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Dari Abu Dzar, Rasulullah bersabda : “Wajib sedekah untuk setiap persendian di pagi hari,  setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar makruf adalah sedekah, nahi mungkar adalah sedekah, dan shalat dua rakaat pada waktu dhuha, mencukupi itu semua” (H.R Imam Bukhari).  

Ketiga : Shalat sunnah witir.

Shalat witir memang tidak wajib tapi sunnah muakkadah yaitu sangat ditekankan. Waktu pelaksaannya juga sangat longgar dan panjang yaitu mulai setelah shalat isya sampai sebelum shubuh. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

Dari Abu Tamim al Jaisyani, dia berkata : Aku mendengar Amr bin al Ash berkata : Seorang laki laki dari sahabat Nabi (Abu Bashrah al Ghifari)  memberitahukan kepadaku bahwa Nabi Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : 

إِنَّ اللهَ زَادَكُمْ صَلاَةً، وَهِيَ الْوِتْرُ، فَصَلُّوْهَا فِيْمَا بَيْنَ صَلاَةِ الْعِشَاءِ إِلَى صَلاَةِ الْفَجْرِ

Sesungguhnya Allah menambahkan satu shalat kepada kalian, maka lakukanlah shalat tersebut di antara shalat Isya dan Shubuh, yaitu shalat Witir, shalat Witir. (H.R Imam Ahmad dan Imam ath Thabrani).

Diantara keutamaannya adalah mendatangkan kecintaan Allah Ta’ala. Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, dia berkata  bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ، فَأَوْتِرُوْا يَاأَهْلَ الْقُرْآنِ.

Sesungguhnya Allah itu ganjil dan menyukai orang-orang yang melakukan shalat Witir, maka shalat Witirlah, wahai para ahli al-Qur-an. (H.R Imam Ahmad, at Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan an Nasa’i dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (1.698)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar