Senin, 22 Juli 2019

IMAM SYAFI'I WAKTU KECIL MEMBUAT SEKAWANAN PERAMPOK BERTAUBAT


IMAM SYAFI’I WAKTU KECIL MEMBUAT SEKAWANAN
PERAMPOK BERTAUBAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Imam asy Sayafi’i adalah salah satu  diantara empat imam madzhab yang masyhur yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, beliau Imam as Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal.

Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Idris bin Al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syaafi’ bin As-Saaib bin ‘Ubaid bin Abd Yaziid bin Haasyim bin Al-Muthallib bin ‘Abdi Manaaf, sehingga nasab beliau sampai kepada Abdu Manaf kakek buyut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Al-Muthallib adalah saudaranya Hasyim ayahnya Abdul Muthhalib kakek Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Siyar A’laam An-Nubalaa).

Meskipun  beliau adalah asli dari  suku Quraisy  Mekah akan tetapi beliau tidak lahir di Mekah, karena ayah beliau Idris merantau ke Palestina. Beliau dilahirkan di Ghazza, Palestina. Ada yang mengatakan bahwa beliau lahir di Asqalan. Beliau lahir  pada tahun 150 Hijriah dan wafat tahun 204 Hijriah.

Ayah beliau Idris meninggal dalam keadaan masih muda. Lalu ibunya membawanya ke Mekah pulang ke kampung halamanya pada usia dua tahun.  Beliau tumbuh berkembang di Mekah dalam kondisi yatim. Beliau memiliki kecerdasan yang sangat hebat. Pada usia 7 tahun beliau telah hafal Al-Qur an  dan tatkala berumur 10 tahun beliau menghafal kitab al Muwattha’ yaitu Kitab Hadits yang ditulis oleh Imam Malik yang memuat 1.594 hadits.

Pada usia sekitar 13 tahun beliau dilepas ibunya berangkat ke Madinah untuk belajar kepada ulama Besar Madinah yaitu Imam Malik bin Anas. Sebelum berangkat dia berkata kepada ibunya : Wahai ibu, berilah aku nasehat !.
Ibunya berkata : Wahai anakku, berjanjilah kepadaku untuk tidak berdusta. Imam asy-Syafi'i rahimahullah berkata : Aku berjanji kepada Allah, lalu kepadamu untuk tidak berdusta.

Asy Syafi’i kecil dibekali oleh ibunya uang 400 dirham. Beliau menaiki hewan tunggangannya dan berangkat bersama rombongan atau kafilah  menuju Madinah, Imam asy-Syafi menyimpan uang itu didalam sebuah kantong yang ia jahit di sela-sela bajunya.

Ditengah perjalanan, ada perampok yang merampas seluruh harta rombongan tersebut. Tatkala sampai di hadapan Imam asy-Syafi'i yang masih kecil, diantara perampok itu bertanya : Apakah kamu membawa uang ?. Imam asy-Syafi'i yang masih kecil ini menjawab : Iya ada.

Perampok : Berapa uangmu ? Asy-Syafi'i kecil menjawab : Aku membawa uang 400 dirham. Para perampok tersebut tertawa, sambil mengejek asy Syafi'i kecil dan mereka berkata : Pergilah, apakah kamu mau mengolok-olok kami ?. Apakah orang seperti kamu membawa uang sebanyak empat ratus dirham ?., kata para perampok dengan nada tak percaya.

Kemudian pemimpin perampok berkata kepada anak buahnya : Apakah kalian telah mengambil harta semuanya ?. Para anggota perampok  menjawab : Ya, sudah semua. Pemimpin perampok berkata lagi : Apakah kalian tidak meninggalkan seorang pun ?.Salah seorang anak buah perampok  menjawab : Tidak, kecuali seorang anak kecil yang mengaku telah membawa uang sebanyak 400 dirham, namun anak tersebut gila atau hanya ingin mengolok-olok kita, sehingga kami pun menyuruhnya pergi.

Lalu pemimpin perampok  berkata : Bawa anak itu kemari. Mereka pun membawa asy-Syafi'i kecil kehadapannya. Kemudian pemimpin rampok itu bertanya kepada asy-Syafi'i : Apakah kamu membawa uang, wahai anak kecil ?. Syafi'i kecil menjawab : Iya, ada.

Pemimpin rampok berkata : Berapa uang yang kamu bawa ?. Asy Syafi'i kecil menjawab : Empat ratus dirham. Pemimpin perampok itu bertanya lagi : Dimana uang itu ?. Lalu asy Syafi'i kecil mengeluarkan uang tersebut dari balik bajunya dan menyerahkannya kepada pemimpin kawanan perampok tersebut.

Pemimpin rampok itu menuangkan uang-uang tersebut ke pangkuannya, lalu ia memandangi asy Syafi'i kecil dengan keheranan dan berkata : Kenapa kamu jujur kepada ku ketika aku tadi bertanya kepada mu, dan kamu tidak berdusta kepadaku, padahal kamu tahu bahwa uangmu akan hilang ?.

Asy Syafi'i kecilpun menjawab: Aku jujur kepada engkau karena aku telah berjanji kepada ibuku untuk tidak berdusta kepada siapa pun. Mendengar  penuturan asy Syafi'i kecil itu, tiba tiba tangan pemimpin rampok itu berhenti memain-mainkan uang 400 dirham tersebut, karena hatinya telah tergetar, karena saat itu datang hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Lalu pemimpin perampok itu berkata : Sambil mengembalikan uang tersebut kepada asy Syafi'i kecil : Ambillah uang mu, kamu takut akan mengkhianati janjimu kepada ibumu, sedangkan aku tidak takut berkhianat kepada janji Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pergilah wahai anak kecil dalam keadaan aman dan tenang, karena aku telah bertaubat kepada Dzat yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang, melalui kedua tangan mu dengan taubat ini dan aku tidak akan pernah mendurhakai-Nya lagi selamanya.

Kemudian pemimpin kawanan perampok itu memandang anak buahnya dan berkata :

إنّ الله يامركم أن تؤدّوا الأمانات إلى أهلها

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya. (Q.S an Nisa ayat 58).

Lalu anak buahnya berkata sambil membawa harta  rombongan kafilah yang telah mereka rampok tadi dan mereka mengembalikannya. Mereka para anak buah perampok berkata kepada pemimpin perampok : Wahai tuan, engkau telah bertaubat dengan Dzat Yang Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang, sedangkan engkau adalah pemimpin kami. Oleh karena itu kami lebih pantas untuk bertaubat daripada engkau. Akhirnya mereka semua bertaubat kepada Allah, tersebab  kejujuran Imam asy Syafi'i kecil. (Diringkas dari Biografi Imam Syafi’i, Syaikh Aziz asy Syinawi).

Begitulah kisahnya, Imam Syafi’i waktu kecil telah membuat bertaubat sekawanan perampok KARENA KEJUJURANNYA. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.693).
  
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar