Senin, 26 Februari 2024

MAKSIAT MEMILIKI KORELASI YANG KUAT DENGAN MUSIBAH

 

MAKSIAT MEMILIKI KORELASI YANG KUAT DENGAN MUSIBAH

Disusun oleh : Azwir B.Chaniago

Banyak orang berilmu  yang menjelaskan bahwa maksiat dan musibah mempunyai hubungan yang sangat kuat. Perhatikanlah apa yang diingatkan oleh orang orang yang berilmu :

Pertama : Imam Ibnul Qayyim al Jauziah.

Diantara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan juga mendatangkan bencana atau musibah. Oleh karena itu hilangnya nikmat dari seseorang adalah akibat dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah adalah juga disebabkan dosa (al Jawabul Kafi) 

Kedua : Ibnu Rajab al Hambali.

Tidak disandarkan suatu keburukan  atau kerusakan melainkan pada dosa, karena semua  musibah itu disebabkan dosa. (Latha’if al Ma’arif).

Ketahuilah bahwa  maksiat menghilangkan nikmat dan  mendatangkan kesempitan. Kalau di zaman ini kita merasakan banyak nikmat yang hilang sedangkan musibah terjadi berkepanjangan maka penyebabnya adalah kelalaian dari kebanyakan manusia untuk taat kepada perintah Allah.

Kita menyaksikan bagaimana saat ini ada manusia dengan mudahnya meninggalkan perintah perintah Allah yang wajib seperti shalat, puasa di bulan Ramadhan, berzakat dan yang lainnya. 

Selain itu, kita melihat betapa banyak manusia yang melanggar dan mengabaikan larangan larangan Allah Ta’ala. Saat ini kesyirikan terjadi dibanyak tempat dalam masyarakat. Diantaranya adalah dengan mendatangi dukun, para normal. Minta berkah ke tempat tempat yang mereka sebut keramat bahkan minta berkah kepada orang yang sudah mati. 

Sekali lagi perlu dipahami bahwa semua kemaksitan itu akan menghilangkan berbagai nikmat dan mendatangkan musibah berupa adzab di dunia.  Adzab di akhirat pasti lebih berat lagi. Sungguh selagi manusia belum betul betul bertaubat dari segala macam maksiat apalagi perbuatan syirik, maka tidaklah berkah akan turun kepada manusia.

Dan juga selagi manusia belum beriman dengan benar dan belum melakukan amal shalih yang diperintahkan Allah Ta'ala  maka baginya akan selalu ada musibah, diantaranya adalah berupa kehidupan yang sempit. Allah Ta'ala berfirman :  

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ

Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit dan pada hari Kiamat (dibangkitkan) dalam keadaan buta.  (Q.S Thaha 124)

Imam Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini : Barangsiapa yang menyelisihi perintah-Ku dan ketentuan syariat yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku (dengan) berpaling darinya, melupakannya, dan mengambil selain petunjuknya  maka baginya penghidupan yang sempit dan sengsara, yaitu di dunia, dan tidak ada kelapangan dalam hatinya.

Bahkan hatinya sempit dan sesak karena penyimpangannya, meskipun (terlihat) secara zhahir (hidupnya) senang. Berpakaian , makan dan bertempat tinggal sesukanya. Akan tetapi hatinya selalu diliputi kegundahan, keguncangan dan keraguan karena jauhnya dari kebenaran dan petunjuk-Nya. (Kitab Tafsir Ibnu Katsir).

Diantara ulama tafsir juga menjelaskan bahwa orang yang berpaling dari mengingat Allah termasuk adalah yang enggan beribadah kepada-Nya maka kehidupannya akan senantiasa dirundung kesedihan dan duka (Adhawaul Bayan, dinukil oleh Syaikh asy Syinqiti).

Wallahu A'lam. (3.245).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar