Rabu, 21 Februari 2024

HAMBA ALLAH SENANTIASA MELAKUKAN MUHASABAH

 


HAMBA ALLAH SENANTIASA MELAKUKAN MUHASABAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Allah Subhanahu wa Ta’ala  telah mengingatkan agar orang orang beriman senantiasa melakukan  muhasabah atau introspeksi terhadap dirinya, sebagaimana firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman !. Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S al Hasyr 18).

Syaikh as Sa’di berkata : Ayat ini adalah PANGKAL DALAM MUHASABAH DIRI. Setiap orang HARUS SELALU mengintrospeksi diri. Jika melihat adanya kekeliruan SEGERA menyelesaikannya dengan cara melpaskan diri darinya, bertaubat dengan sungguh sungguh dan berpaling dari hal hal yang menghantarkan kepada kekeliruan itu.  

Jika menilai dirinya bersikap sekenanya saja dalam menunaikan perintah perintah Allah Ta’ala maka dia akan mengerahkan segala kemampuannya dengan memohon pertolongan pada Rabb-nya untuk mengembangkan dan menyempurnakannya. Serta membandingkan antara karunia dan kebaikan Allah Ta’ala yang diberikan kepadanya dengan kemalasannya. Karena hal itu mengharuskannya merasa malu. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)   

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga mengingatkan tentang muhasabah, sebagaimana sabda beliau :

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ والعَاجِرُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنِّى عَلَى اللهِ

Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala. (H.R at Tirmidzi, Hadits ini Hasan).

Dalam satu atsar yang diriwayatkan oleh Imam at Tirmidzi  dari Umar bin Khaththab, dia berkata : Hisablah (amal perbuatan) diri kalian sebelum kalian dihisab !. Timbanglah (amal pebuatan) diri kalian sebelum kalian ditimbang !. Perhitungan kalian kelak (di akhirat) akan lebih ringan di karenakan telah kalian perhitungkan diri kalian pada hari ini (di dunia).

Berhiaslah (persiapkanlah) diri kalian demi menghadapi hari ditampakkannya perbuatan. Pada hari itu  kalian dihadapkan (kepada Rabb kalian). Tiada sesuatupun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi Allah).  Demikian nasehat Umar

Tentang tahapan dalam muhasabah dijelaskan oleh Imam Ibnul Qayyim. Beliau  berkata : Kesimpulannya adalah bahwa langkah atau tahapan yang sebaiknya dilakukan oleh seseorang dalam muhasabah adalah :

(1) Muhasabah terhadap ibadah ibadah wajib. Jika dia mendapati dirinya lalai dalam melakukan kewajiban maka ia SEGERA MEMPERBAIKINYA dengan mengqadha atau memperbaikinya.

(2) Setelah itu ia melakukan muhasabah terhadap larangan. Jika ia mendapati dirinya melakukan salah satu larangan tersebut maka ia SEGERA BERTAUBAT, beristighfar dan mengerjakan kebaikan kebaikan yang dapat menghapus dosa tersebut.

(3) Setelah itu mengadakan muhasabah terhadap kelalaian dirinya. Jika ditemukan bahwa ia telah lalai dengan tujuan penciptaannya, maka hendaknya ia segera memperbaikinya dengan dzikir kepada Allah Ta'ala dan mengharap kepada-Nya.

(4) Kemudian ia mengadakan muhasabah terhadap apa yang telah diucapkan atau langkah kedua kakinya atau pergerakan kedua tangannya atau yang didengar oleh kedua telinganya. Apa yang ia inginkan dengan itu semua ?. Untuk siapa ia mengerjakannya ?. Seperti apa ia mengerjakannya ?. (Dinukil dari Kumpulan Tulisan Ibnul Qayyim).

Wallahu A'lam. (3.236).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar