Kamis, 25 April 2019

MAKANAN HALAL PEMBANGKIT AMAL SHALIH


MAKANAN HALAL PEMBANGKIT AMAL SHALIH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Ketahuilah  bahwa rizki berupa makanan  halal adalah bekal untuk menjalani kehidupan  dan sekaligus pengobar semangat untuk beramal shalih. Diantara dalilnya adalah firman Allah Ta’ala :

يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ

Wahai para rasul !.  Makanlah dari (makanan) yang baik baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S al Mu’minun 51).

Sa’id bin Jubair dan adh Dhahak mengatakan bahwa yang dimaksud makanan yang thayyib adalah makanan yang halal (Tafsir Ibnu Katsir).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata : Allah Ta’ala pada ayat ini memerintahkan para rasul ‘alaihimush shalaatu was salaam untuk memakan makanan yang halal dan melakukan amal shalih.

Penyandingan dua perintah ini adalah isyarat bahwa makanan halal adalah pembangkit amal shalih. Oleh karena itu, para Nabi benar-benar memperhatikan bagaimana memperoleh yang halal. Para Nabi mencontohkan pada kita kebaikan dengan perkataan, amalan, teladan dan nasehat. Semoga Allah memberi pada mereka balasan karena telah memberi contoh yang baik pada para hamba.  (Tafsir Ibnu Katsir).

Oleh karena itu ketika  seseorang sering didatangi rasa malas dan berat untuk beramal maka sangatlah baik jika dia  mengoreksi kembali makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Jangan-jangan ada yang perlu ditinjau ulang dan diperbaiki.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ الْخَيْرَ لاَ يَأْتِى إِلاَّ بِخَيْرٍ أَوَ خَيْرٌ هُوَ

Sesungguhnya yang baik tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan. Namun benarkah harta benda itu kebaikan yang sejati ?  (H.R Imam  Bukhari  dan Imam Muslim).

Oleh karena itu berhati hatilah dan menjauhlah dari makanan haram, baik dzatnya maupun cara mendapatkannya. Bisa jadi dzatnya halal tetapi cara mendapatkannya tidak halal.  
Sungguh di akhir zaman banyak orang yang tak peduli dengan apa yang dimakannya apakah dari harta yang halal atau haram. 
 
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, sebagaimana tersebut dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu :

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ

Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Ada baiknya kita ketahui bagaimana  Abu Bakar as Shiddiq menjaga diri agar tetap memakan makanan halal dan menghindari yang haram.   Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Kitab Shahihnya.

Diriwayatkan dari putri Abu Bakar ash Shiddiq radliallahu ‘anhu yaitu ‘Aisyah radhiallahu’anha, menceritakan bahwa Abu Bakar ash Shiddiq memiliki seorang budak yang setiap hari memberi setoran berupa harta atau makanan. Setoran tersebut beliau gunakan untuk makan sehari-harinya. Suatu hari, budak tersebut membawa makanan dan Abu Bakar  memakannya seperti biasa.

Berkatalah si budak : Apakah anda mengetahui apa yang anda makan ini ?. Beliaupun balik bertanya : Makanan ini  dari mana ?. Lalu budak itu menceritakan bahwa makanan itu ia dapatkan sebagai hadiah dari seseorang yang dia tipu saat melakukan praktik perdukunan di zaman Jahiliyah. Setelah mendengar pengakuan budaknya itu Abu Bakar segera memasukkan jari tangan beliau ke dalam mulut, lalu beliau memuntahkan semua makanan dalam perut beliau.
 
Begitulah keadaan Abu Bakar ash Shiddiq ketika berhadapan dengan makanan haram. Sungguh beliau sangat takut jika makanan  haram masuk kedalam tubuhnya dan pasti akan mendatangkan berbagai keburukan.

Oleh karena orang orang beriman akan senantiasa menjauh dari makanan  haram  agar tidak jatuh kepada keburukan. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.606).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar