Sabtu, 28 Oktober 2017

PERBUATAN MAKSIAT MEMADAMKAN ILMU



PERBUATAN MAKSIAT MEMADAMKAN ILMU

Oleh : Azwir B. Chaniago

Dalam Kitab ad Daa’ wad Dawa’, Imam Ibnul Qayim menyebutkan lebih dari 50 akibat buruk yang akan menimpa manusia jika melakukan maksiat. Beliau  mengatakan : Ilmu adalah cahaya yang Allah masukkan ke dalam hati, sedangkan maksiat adalah pemadam cahaya tersebut.  (Kitab ad Daa’ wa ad Dawaa’).

Sebagian  orang di zaman   sekarang mengeluh karena lupa dengan ilmunya ataupun hafalannya. Misalnya jika ia menghafal ayat al Qur an. Dia mulai menghafal ayat pertama dari satu surat, lalu ayat kedua, ketiga dan keempat. Setelah empat ayat ini dihafal lalu dilanjutkan dengan ayat kelima. Setelah ayat kelima hafal ternyata ayat pertama atau kedua yang tadi sudah dihafal jadi lupa. Begitu juga dengan hafalan hadits dan ilmu ilmu lainnya yang telah pelajari bahkan kita hafal.

Jadi kemaksiatan yang dilakukan oleh seseorang akan menghambat masuknya ilmu kedalam dirinya. Bahkan sedikit atau banyak ilmu yang telah ada pada dirinya bisa hilang karena lupa. Begitulah dahsyatnya keburukan maksiat.  
  
Untuk keadaan ini haruslah ada introspeksi atau muhasabah terhadap diri sendiri.   Ketahuilah bahwa ilmu agama itu adalah cahaya yang membutuhkan beberapa syarat dan cara untuk bisa masuk kehati seorang hamba terutama dalam menghafalkannya. Diantaranya adalah :

Pertama : Niat yang ikhlas, sungguh niat yang ikhlas karena Allah semata, adalah kunci utama yang harus dipasang pada saat akan melakukan sesuatu kebaikan. Oleh karena itu jagalah niat ini, baik sebelum beribadah, sedang beribadah bahkan setelah beribadah termasuk dalam mempelajari dan menghafal ilmu.

Kedua : Selalu mengingat Allah Ta’ala dalam berbagai keadaan bahkan mengingat Allah adalah satu tanda orang yang berakal. Allah berfirman : “Alladziina yadzkuruunallaha qiyaaman, wa qu’uudan, wa ‘alaa junuubihim wa yatafakkaruuna fii khalqis samaawaati wal ardh. (Orang orang yang berakal, yaitu) orang orang yang mengingat Allah pada saat berdiri, pada saat duduk dan pada saat berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (Q.S Ali Imran 191).

Imam Ibnul Qayyim berkata : Maksiat menyebabkan  kehampaan hati dari mengingat Allah Ta’ala. (Ad Da' wa ad Dawaa’)

Sungguh kita harus menyadari  bahwa bagaimana mungkin ilmu sebagai karunia Allah akan kita peroleh jika kita sedikit sekali mengingat Allah Ta’ala yang telah memberi ilmu kepada kita.

Ketiga : Berusaha menjauhi dosa sekecil apapun. Ibnu Mas’ud berkata : Saya menyangka bahwa orang itu lupa ilmunya karena suatu dosa yang dilakukannya.
Pada saat Imam Malik melihat kecerdasan  Imam asy Syafi’i  maka beliau memberi nasehat : Sesungguhnya aku memandang bahwa Allah telah memasukkan cahaya kedalam hatimu maka janganlah kamu memadamkan cahaya itu dengan kegelapan maksiat. 

Imam asy Syafi’i berkata : Aku mengadu kepada Waki’ (salah satu guru Imam asy Syafi’i tentang buruknya hafalanku. Lalu Waki’ menasihatiku agar aku meninggalkan kemaksiatan. Beliau berkata kepadaku : Ketahuilah, sesungguhnya ilmu itu karunia. Dan karunia Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat. (Lihat Diwaan asy Syafi’i).

Jadi kemaksiatan yang dilakukan oleh seseorang akan menghambat masuknya ilmu kedalam dirinya. Bahkan sedikit atau banyak ilmu yang telah ada pada dirinya pun bisa hilang karena dilupakan. Begitulah dahsyatnya keburukan maksiat terhadap ilmu.  Oleh sebab itu seorang hamba wajiblah  berusaha menjauhi dosa dan maksiat sekecil apapun karena pasti membahayakan dirinya baik di dunia maupun di akhirat.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.160)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar