Jumat, 20 Oktober 2017

MENGELUH KETIKA SAKIT TAK MENDATANGKAN KEBAIKAN



MENGELUH KETIKA SAKIT TAK MENDATANGKAN KEBAIKAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Setiap saat, kapan saja Allah berkehendak maka Dia akan memberikan berbagai ujian atau cobaan kepada manusia. Jadi orang beriman dari segala strata pasti akan diuji. Mereka akan diuji dengan dirinya, keluarganya, hartanya dan yang lainnya.

Sungguh ujian itu adalah sunnatullah, ketetapan Allah bagi hamba hamba-Nya. Allah Ta’ala befirman : ”Ahasibannaasu aiyutrakuu aiyaquuluu amannaa wahum laa yuftanuun”   Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja mengatakan kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji. (Q.S al Ankabuut 2).

Allah Ta’ala berfirman : “Qul lan yushiibanaa illa maa kataballahu lana, huwa maulaanaa wa ‘alallahi falyatawakkalil mu’minuun”. Katakanlah, tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakkal orang orang yang beriman. (Q.S at Taubah 51).

Ketahuilah bahwa ketika seorang hamba memilihat sesuatu yang tidak disukainya bisa jadi itu baik baginya. Begitu pula sebaliknya. 

Allah Ta’ala  berfirman : “Wa ‘asaa an takrahuu syai-an wa huwa khairul lakum. Wa ‘asaa-an tuhibbuu syai-an wa huwa syarrul lakum. Wallahu ya’lamu wa antum laa ta’lamuun”. Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu pada hal itu tidak baik bagimu. Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S al Baqarah 216).

Diantara ujian yang kerap mendatangi hamba hamba Allah adalah sakit secara fisik. Sakit itu bisa jadi hanya beberapa haris saja dan bisa juga agak lama. Bisa penyakit yang tergolong ringan dan bisa  pula tergolong berat.

Kalau kita perhatikan   ada sebagian  orang yang  selalu mengeluh dengan penyakitnya. Sebenarnya kita tidak boleh cengeng dan mengeluh. Sebelum mengeluh, paling tidak ada dua keadaan yang patut kita sadari : 

(1) Mengeluh atau tidak mengeluh penyakit itu sudah pasti datang karena itulah ketetapan Allah Ta’ala. 

(2) Ketika mengeluh, maka itu seolah olah kita tidak ridha dengan apa yang telah Allah tetapkan. 

(3) Sekiranya kita banyak mengeluh ketika  sakit, artinya tidak bisa bersabar maka keutamaan yang disediakan Allah bagi orang yang sakit tak dapat diraih.

(4) Sakit itu terkadang hanya    dua tiga   hari saja. Lalu  mengeluh kemana mana. Jangan lupa Allah Ta’ala  pernah memberimu sehat 40 tahun bahkan lebih. 

Kewajiban seorang hamba yang didatangi sakit adalah : (1) Bersabar dan menerima dengan ridha. (2) Berusaha untuk berobat dengan cara yang halal. (3) Berdoa agar diberi kesembuhan. (4) Bertawakal atau berserah diri kepada Allah. 

Lihatlah bagaimana keutamaan dan faedah yang akan diperoleh seseorang jika dia sabar dan ridha dengan penyakitnya, diantaranya adalah :

Pertama : Menghapuskan sebagian  dosa dan kesalahannya.
Inilah salah satu berita gembira bagi yang sakit yaitu sebagaimana Rasulullah bersabda  : “Maa yushibul muslima min nashabin walaa washabin walaa hammin walaa huznin walaa adzan walaa ghammin hattasy syaukati yusyakuha illa kaffarallahu bihaa ‘anhu min khathaayaah.”
 
Tidaklah menimpa seorang muslim berupa kelelahan, sakit, gelisah, kesedihan, gangguan dan kesusahan –sampai sampai duri duri yang menusuknya- melainkan Allah akan menghapus kesalahannya (dosa-dosanya). H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Rasulullah bersabda : “Maa min muslimin yusyaaku syaukatan famaa fauqaha illaa kutibat lahu bihaa darajatun wa muhiiyat ‘anhu bihaa khatii-atun” Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu yang lebih dari itu, melainkan hal itu akan dicatat sebagai satu derajat (kebaikan) bagi dirinya, dan akan dihapuskan kesalahan dari dirinya. (H.R Imam Muslim). 
 
Kedua : Allah menghendaki kebaikan baginya.
Sakit atau cobaan yang diderita seorang hamba merupakan pertanda bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya. Rasulullah bersabda : “Man yuridillahu bihi khairaan yushib minhu” Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah akan memberinya cobaan. (H.R Imam Bukhari)

Abu ‘Ubaid berkata : Makna dari hadits ini adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencobamu dengan berbagai musibah (termasuk sakit yang diderita) untuk mencurahkan pahala kepadamu.  

Oleh karena itu jangan suka mengeluh seberat apapun ujian berupa penyakit  yang diterima. Jika seseorang terus menerus mengeluh maka akan jatuh pada sikap putus asa dari rahmat Allah. Pada hal orang yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah :

(1) Orang orang kafir. Allah berfirman : “Innahu laa yaiasu min rauhillah illal qaumul kaafiruun” Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang orang yang kafir. (Q.S Yusuf 87).

(2) Orang orang yang sesat. Allah berfirman : “Qaala waman yaqnathu min rahmati rabbihii illadh dhaalluun. Dia (Ibrahim) berkata, tidak ada yang berputus asa dari rahmat Rabb-nya kecuali orang yang sesat. (Q.S al Hijr 56).

Ketiga :  Mendapat derajat yang  tinggi.
Sakit atau cobaan yang diderita seseorang adalah merupakan kabar gembira baginya karena Allah menjanjikan kedudukan yang tinggi disisiNya.
Rasulullah bersabda : “Innar rajula takuunu lahul manzilatu ‘indallahi famaa yablughuhaa bi’amalin falaa yazaalullahu yabtaliihi bimaa  yakrahu hatta  yuballighahu dzalika” Ada  seorang hamba yang mendapat kedudukan  mulia di sisi Allah bukan karena amalannya. Allah memberi cobaan dengan sesuatu yang  tidak menyenangkan hingga ia meraih derajat mulia tersebut. (H.R Abu Ya’la dan Al Hakim, di shahihkan oleh Syaikh al Albani).

Keempat : Balasan sesuai dengan musibah.
Ganjaran pahala yang akan diterima oleh seorang yang  mendapat cobaan adalah sebagaimana  berat ujian termasuk beratnya penyakit yang menimpanya.
Ini adalah  kabar baik bagi seorang hamba yang sedang mengalami sakit ataupun yang mendapat ujian dalam bentuk yang lain.

Rasulullah bersabda : “Inna ‘izhamal jazaa’ ma’a ‘izhamil balaa’. Wa innallaha idza ahabba qaumab talaahum. Faman radhiya falahum radha waman sakhitha falahus sukhthu”. Sungguh  besarnya balasan seimbang dengan besarnya musibah. Apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya. Barangsiapa yang ridha maka dia mendapat keridhaan (Allah) dan barang siapa yang benci maka baginya kebencian. (H.R Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh al Albani).

Kelima : Pahala tetap ditulis dalam keadaan sakit.
Juga merupakan salah satu berita gembira bagi yang ditimpa sakit bahwa pahala amal yang biasa dia kerjakan tetap akan dicatat sebagaimana ketika sehat. 

Rasulullah bersabda : “Maridhal ‘abdu au saafara kutiba lahu mitslu maa kaana ya’malu muqiman shahihan”  Apabila seorang hamba sakit atau sedang bepergian, akan tetap ditulis pahalanya seperti ketika dia mukim atau sehat. (H.R Imam Bukhari).
Sebagai penutup tulisan ini maka kami nukilkan satu hadits tentang perkara orang beriman yang selalu dalam keadaaan baik, sehingga tak ada ruang untuk mengeluh meskipun dalam keadaan sakit.  

Rasulullah bersabda : “Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin itu. Seluruh keadaan yang menimpa dirinya dianggap sebagai sebuah kebaikan bagi dirinya. Hal seperti ini tidak akan dapat ditemui pada siapapun kecuali pada seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan kemudian dia bersyukur maka hal itu akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya. Jika dia mendapatkan kesusahan kemudian dia bersabar maka hal itu akan mendatangkan kebaikan baginya”. (H.R Imam Muslim).

Oleh karena itu maka kepada seorang hamba yang sakit sangatlah dianjurkan banyak berdzikir, membaca al Qur an dan ibadah ibadah lain semampunya. Dengan demikian, insya Allah   keinginan untuk mengeluh bisa terhalang. Wallahu A’lam. (1.151)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar