Minggu, 13 November 2016

TIDAK MEMPEROLEH PAHALA SEMPURNA DARI SHALAT



TIDAK MEMPEROLEH PAHALA SEMPURNA DARI SHALAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Shalat fardhu lima kali sehari semalam adalah kewajiban paling utama bagi seorang muslim. Seorang hamba tidaklah berani melalaikannya sedikitpun walau  dalam keadaan bagaimanapun.

Diantara keutamaan shalat adalah sebagaimana disebutkan Nabi dalam sabda beliau dari   Abdullah bin Qurath, dia   berkata bahwa  Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :   “Awwalu maa yuhaasabu bihil ‘abdu yaumal qiyaamatish shalatu, faiin shaluhat shaluha lahu saa-iru ‘amalihi wain fasadat fasada  saa-iru amalih” Pertama kali yang akan dihisab pada hari kiamat dari seorang hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik maka baik pula seluruh amalannnya, jika shalatnya buruk maka buruk pula seluruh amalannya. (H.R Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Demikian penting dan utamanya kewajiban shalat maka ketika Umar bin Khaththab  menjadi Khalifah, beliau telah mengeluarkan suatu peringatan yang dikirim kepada setiap Kepala Daerah. Kata beliau : Saya memandang shalat sebagai kewajiban yang paling penting. Seseorang yang menjaga shalatnya dengan penuh perhatian, maka akan menjaga juga perintah-perintah yang lain dalam agama Islam, tetapi jika kalian meninggalkan shalat maka dengan mudah kalian akan meninggalkan ajaran-ajaran yang lainnya.

Sungguh ini adalah peringatan yang sangat berharga dari seorang Kepala Negara kepada para pejabat dibawahnya dan pastilah  juga menjadi nasehat bagi kita yang hidup di zaman  penuh fitnah ini.

Ketahuilah seorang hamba yang telah berusaha melaksanakan shalat dengan sebaik baiknya maka dia tetap harus khawatir kalau kalau ibadah shalatnya tidak memberikan pahala yang sempurna seperti  yang di inginkannya. 

Sungguh  Rasulullah Shalallahu Alaihi wasalam telah mengingatkan bahwa seseorang bisa jadi  tidak memperoleh pahala shalat dengan sempurna. Beliau bersabda : “Sesungguhnya seorang lelaki selesai menunaikan shalat, namun tidak ditulis pahala untuknya melainkan sepersepuluh, sepersembilan, seperlapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga atau seperdua”. (H.R Imam Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Hibban dari ‘Ammar bin Yasir.   Imam as-Suyuti berkata :  Hadis ini shahih. Lihat al Jami’ as Saghir no. 1978).

Berdasarkan zhahir hadits diatas dapat diketahui bahwa ternyata sebagian  orang beriman  tidak menerima pahala sepenuhnya dari shalat yang dia lakukan bahkan   bisa jadi ada yang tidak mendapat pahala sama sekali. Sungguh Allah Ta’ala mempunyai  takaran yang sangat akurat untuk mengukur kualitas shalat fardu setiap hamba-Nya.

Oleh karena itu maka seorang hamba yang sudah melaksanakan shalat secara tertib mestinya tetap khawatir akan nilai pahala shalatnya. Dengan demikian dia akan terus berusaha melaksanakan shalat dengan cara yang paling baik yaitu ikhlas karena Allah Ta’ala dan ittiba’ yaitu mengikuti contoh yang diajarkan Nabi dan praktek atau pelaksanaannya oleh para sahabat dan orang  orang shalih sesudahnya.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita seemua. Wallahu A’lam. (865)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar