Minggu, 20 November 2016

EMPAT KEADAAN NASIB MANUSIA DI DUNIA



EMPAT KEADAAN NASIB MANUSIA DI DUNIA

Oleh : Azwir B. Chaniago 

Kalau kita perhatikan  keadaan  nasib manusia di dunia ini, maka kita akan melihat beragam keadaannya.  Ada yang taat dan banyak pula yang bermaksiat. Ada pula yang hidup senang dan banyak pula yang hidup susah. Hal itu dapat digambarkan dalam empat keadaan yaitu :

Pertama : Seorang yang taat dan mendapat kesenangan dalam hidupnya.
Sungguh keadaan ini adalah seperti yang Allah sebutkan dalam firman-Nya. "Barangsiapa melakukan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami Berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami Beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S an Nahl 97).

Keadaan inilah yang didambakan seorang hamba. Dia taat dan dapat kehidupan yang baik di dunia. Sementara itu dia berharap kepada Allah agar diberi pula kenikmatan akhirat. 

Kedua :  Seorang yang taat tapi mendapat kesusahan dalam hidupnya.
Sungguh Allah Ta’ala terkadang memberikan ujian berupa kesusahan atau kesulitan kepada hamba hamba-Nya yang taat. Ini bisa jadi karena ada hikmah dan kebaikan  yang banyak dibalik ujian berupa kesusahan hidup tersebut. Diantaranya  :

(1)   Bisa jadi,  Allah mencintainya  dan ingin menaikkan derajat dengan menguji kesabaran melalui cobaan di dunia sesuai dalam Firman-Nya : "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”. (Q.S al-Baqarah 155). 

(2) Bisa jadi, Allah ingin meninggikan   derajat seorang hamba-Nya meskipun amalnya tidak mungkin mencapai derajat yang tinggi tersebut, lalu Allah berikan kesusahan hidup sebagai ujian. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya seseorang itu untuk memperoleh kedudukan (tinggi) di sisi Allah, ia tidak akan dapat mencapainya dengan amal perbuatannya. Allah akan memberikannya ujian berupa sesuatu yang dibencinya, hingga ia dapat mencapai kedudukan (yang tinggi) tersebut. (H.R Ibnu Hibban dan Abu Ya’la, dihasankan oleh Syaikh al Albani). 

(3) Bisa jadi pula, Allah ingin menghapus sebagian dosanya lalu Allah mendatangkan kesusahan hidup sebagai ujian baginya, sehingga dia semakin banyak beristighfar dan bertaubat. Allah berfirman : "Dan pasti Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Q.S as Sajdah 21.

Ketiga : Seorang yang bermaksiat dan mendapat kehidupan yang susah.
Keadaan ini adalah sesuai dengan firman Allah bahwa seseorang yang tidak taat, berpaling dari peringatan Allah maka dia akan mendapatkan kesusahan dalam hidupnya. Allah berfirman : “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta".”  (Q.S Thaahaa 124).

Jadi keadaan hidup yang susah dan sempit yang dialami seseorang adalah disebabkan karena mereka tidak melakukan ketaatan kepada Allah bahkan berpaling dari peringatan Allah Ta’ala. 

Keempat : Seorang yang bermaksiat tapi mendapat  kesenangan  hidup.
Sungguh ini keadaan yang semestinya paling ditakuti oleh seorang hamba. Bisa jadi ini adalah istidraj. Lalu, apa itu istidraj. Istidraj secara bahasa diambil dari kata da-ra-ja yang artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya.

Secara istilah istidraj dari Allah kepada hamba dipahami sebagai hukuman yang diulur  atau tidak diberikan langsung. Untuk sementara waktu Allah membiarkan orang ini dan tidak disegerakan adzab baginya bahkan diberikan kenikmatan dan kesenangan yang sebenarnya semu. Pada waktunya Allah akan menimpakan adzab yang sangat berat.

Tentang istidraj ini Allah sebutkan dalam firman-Nya : “Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”. (Q.S al An’am 44).

Rasulullah bersabda :   “Apabila engkau melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.” Kemudian beliau membacakan surat al Qalam ayat 44.  Allah berfirman : “Sanastadriju hum  min haitsu laa ya’lamun”  Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.

Dalam sebuah hadits juga disebutkan bahwa Rasulullah bersabda :  “Jika ada orang yang berbuat dosa tetapi mendapat kesenangan dan tidak mendapat adzab dari Allah maka bisa jadi itu adalah istidraj. Kesenangan tersebut hanyalah kesenangan sesaat di dunia yang akan dibalas  dengan adzab oleh Allah baik segera di dunia atau di akhirat.” (H.R Imam Ahmad dan ath Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)

Ali bin Abi Thalib  berkata : Wahai anak Adam !.  Ingat dan waspadalah bila engkau melihat Rabbmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya.

Oleh karena itu seorang hamba akan selalu berusaha menjaga ketaatannya kepada Allah Ta’ala  dan sementara itu dia terus berdoa untuk mendapat kehidupan yang baik. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.

Wallahu A’lam. (869)
  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar