Jumat, 25 November 2016

HATI MEREKA TELAH MATI ??



HATI MEREKA TELAH MATI ??

Oleh : Azwir B. Chaniago

Kalau kita perhatikan sebagian  manusia di zaman ini yang secara fisik kelihatan masih hidup tetapi sebenarnya  hatinya telah mati duluan sebelum badannya mati. Ketahuilah bahwa matinya hati itu mirip dengan matinya fisik atau badan bahkan bisa jadi lebih berbahaya.

Matinya fisik seseorang itu akan terjadi pada semua strata manusia kapan saja Allah berkehendak. Begitupun matinya hati juga berlaku terhadap semua strata. Matinya hati bisa terjadi pada orang berharta atau bukan, pada orang berpangkat atau yang tidak punya pangkat, berpendidikan tinggi dengan berbagai gelar atau yang berpendidikan rendah. 

Bahkan akhir akhir ini terlihat bahwa  sebagian orang orang yang berharta, BERPANGKAT dan berpendidikan  ternyata hatinya telah mati meskipun fisiknya masih bergerak kesana kemari. Lihatlah keadaan sekarang sebagian besar mereka berani bahkan terang terangan menentang kebenaran yang telah ditetapkan Allah Ta’ala. Mereka tidak memiliki rasa takut sedikitpun kepada adzab Allah Ta’ala.

Mereka seolah olah merasa pendapat mereka paling benar. Mereka memutar balikkan kebenaran menjadi kesalahan. Bahkan mereka menyalahkan, menista dan menzhalimi orang orang yang ingin menegakkan kebenaran. Mereka merasa lebih tahu tentang kebenaran dari Allah Ta’ala pencipta mereka. 

Sungguh kebenaran yang hakiki itu datang dari Allah Ta’ala.  Allah berfirman : “Al haqqu min rabbika, falaa takun  minal mumtariin” Kebenaran itu dari Rabbmu, maka janganlah engkau menjadi orang-orang yang ragu. (Q.S  Ali Imran 60).

Sebagian orang BERPANGKAT, berharta, berpendidikan tinggi  di zaman ini tidak mau patuh dengan kebenaran  yang Allah firmankan. Diantara contohnya yang sangat jelas, Allah Ta’ala  melarang memilih pemimpin kafir dalam banyak ayat al Qur an. Justru sebagian mereka dengan hartanya, dengan PANGKAT DAN KEKUASAANNYA, dengan ilmunya membela dan memperjuangkan orang orang  kafir menjadi pemimpin. INI TANDA YANG JELAS BAHWA HATI MEREKA TELAH MATI karena satu tanda hati yang telah mati adalah melihat kebenaran sebagai kesalahan dan melihat kesalahan sebagai kebenaran. Mereka mengerjakan apa yang dimurkai dan dilaknat oleh Allah seperti menipu, membenarkan orang orang yang berdusta dan khianat.

Bahkan Rasulullah telah mengingatkan dalam  sabdanya : “Akan datang pada manusia suatu tahun yang dipenuhi para penipu, yang pada masa itu DIBENARKANLAH ORANG ORANG YANG BERDUSTA DAN DIDUSTAKANLAH ORANG YANG JUJUR. Pada masa itu pula, ORANG YANG BERKHIANAT JUSTRU DIPERCAYA SEDANGKAN ORANG YANG TERPERCAYA MALAH DIKHIANATI. (H.R Imam Ahmad, Ibnu Majah dan al Hakim)

Dalam Kitab Mawaaridul Amaan, Imam Ibnul Qayyim menyebutkan tiga keadaan, hati manusia satu diantaranya adalah manusia yang hatinya  mati. Beliau menjelaskan beberapa  tanda hati yang telah mati,  yaitu :

Pertama : Tidak mengenal Allah dan berdiri diatas syahwat dan kelezatannya.

Kedua : Mengerjakan perkara perkara yang dibenci dan dimurkai Allah. Tidak peduli apakah Allah ridha atau murka.

Ketiga : Yang menyekutukan Allah, beribadah kepada selain Allah. Rasa cinta, takut, berharap dan tawakalnya bukan kepada Allah semata.

Keempat : Yang apabila mencintai maka ia mencintai karena hawa nafsunya. Apabila membenci maka ia membenci karena hawa nafsunya. Dan apabila mencegah maka ia mencegah karena hawa nafsunya. Maka jadilah ia mengutamakan hawa nafsunya dari pada mengutamakan keridhaan Allah.

Kelima : Menjadikan hawa nafsu sebagai imamnya, syahwat sebagai pemimpinnya, kebodohan sebagai kusirnya dan kelalaian sebagai kendaraannya. Oleh karena itu manusia yang telah mati hatinya maka tujuan hidupnya hanyalah dunia yang fana.

Imam Ibnul Qayyim melanjutkan : BERGAUL DENGAN PEMILIK HATI YANG TELAH MATI ADALAH SUATU PENYAKIT, MENDEKATINYA ADALAH RACUN DAN DUDUK BERSAMANYA MERUPAKAN KEBINASAAN.

Semoga Allah Ta’ala  menjadikan hati kita semua menjadi hati yang hidup dan selamat yaitu qalbun salim, serta selalu kokoh dalam  iman dan amal shalih. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (875).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar