Selasa, 26 Juli 2016

RAGAM MANUSIA MEMAKNAI RIZKI



RAGAM MANUSIA MEMAKNAI RIZKI

Oleh : Azwir B. Chaniago

Rizki adalah nikmat dan ketahuilah bahwa semua nikmat itu datang dari Allah Ta’ala, bukan datang dari selain-Nya.  Allah berfirman : “Wa maa bikum min ni’matin fa minallah”. Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari  Allah. (Q.S an Nahl 53)

Sungguh Allah menjamin rizki dari setiap makhluknya. Allah berfirman :  “Wa maa min daabbatin fil ardhi illaa ‘alallahi rizquhaa” Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya. (Q.S Huud 6).
Namun demikian hendaklah dimaklumi bahwa rizki adalah amanah Allah kepada hamba hamba-Nya. Oleh karena namanya amanah maka manusia tidak boleh menggunakan rizki sesukanya tapi adalah untuk segala sesuatu yang Allah ridha. Dengan kata lain harus digunakan sesuai petunjuk pemberi amanan. Pada waktunya rizki berupa harta akan ditanya. 

Rasulullah bersabda : La tazalu qadama ‘abdin yaumal qiyamati hatta  yus’ala ‘an umurihi fiima afnah, wa ‘an ‘ilmihi fima fa’ala, wa’an  maalihi min ‘aina tasabahu wa fima anfaqahu wa’an jismihi fima ablaa”. Tidak akan beranjak kaki seorang hamba pada hari Kiamat sampai menjawab tentang umurnya untuk apa digunakan, ilmunya untuk apa diamalkan, hartanya dari mana dia dapatkan dan untuk apa dibelanjakan dan badannya untuk apa digunakan. (H.R at Tirmidzi).

Lalu bagaimana manusia memahami dan memaknai rizki yang dianugerahkan Allah kepadanya. Tentu dalam hal ini berbagai keadaannya, diantaranya :

Pertama : Sebagian manusia menganggap bahwa rizki yang diperolehnya adalah semata mata karena hasil usaha, kerja keras, kepandaian dan keahliannya. Dia mungkin lupa bahwa semua adalah dari Allah. Usaha, kerja keras dan kepandaiannya adalah sekedar sebab.
Sungguh orang ini sangat pantas diberi nasehat agar tidak terus menerus salah dalam memaknai dan memahami rizki.

Kedua : Sebagian manusia ada yang mengakui dan meyakini bahwa rizkinya berasal dari Allah Ta’ala yang memberi nikmat kepadanya. Ketika diberi nikmat rizki maka dia merasa boleh menggunakan untuk apapun yang dia mau. Ini  kesalahan dalam memaknai rizki. Ketahuilah bahwa rizki yang diberikan adalah nikmat yang wajib digunakan sebagai sarana agar bisa beribadah kepada Allah Ta’ala. 

Ketiga : Sebagian manusia meyakini betul bahwa rizki yang ada padanya adalah semata mata karena kasih sayang Allah kepadanya. Dia yakin bahwa rizki itu adalah amanah atau titipan. Kalau sewaktu waktu diambil maka dia ridha karena dia yakin akan diganti dengan yang lebih baik. Penggunaannya haruslah sesuai dengan apa yang diridhai oleh pemberi titipan yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dia meyakini pula bahwa sekiranya tidak digunakan sebagaimana tujuan maka sewaktu waktu rizki atau diambil kembali oleh pemberi amanah. Bisa diambil secara fisik atau materinya bahkan yang lebih ditakutkan adalah ketika diambil berkahnya. Akhirnya orang ini akan selalu berhati hati dalam menggunakan rizki, karena dia khawatir akan mendatangkan kerugian jika salah dalam menggunakan rizkinya.

Inilah tipe manusia yang memaknai rizki secara bijak. Insya Allah akan mendatangkan keselamatan baginya  duniawi wa ukhrawi. Wallahu A’lam (733).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar