Rabu, 27 Juli 2016

KENAPA MEREKA ENGGAN BERJILBAB



KENAPA MEREKA MASIH ENGGAN BERJILBAB

Oleh : Azwir B. Chaniago

Wanita Muslim diperintahkan Allah Ta’ala untuk menutup auratnya. Perintah ini sangatlah jelas dan tegas disebutkan dalam al Qur-an. 

Pertama : Surat an Nuur 31. “Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya”.

Kedua : Surat al Ahzaab 59.   Wahai Nabi !. Katakanlah kepada istri istrimu, anak anak perempuanmu dan isteri isteri orang Mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.  

Kalau kita perhatikan masyarakat muslim di negeri kita dan kita bandingkan dengan keadaan 25 atau 30 tahun yang lalu ternyata pemakaian jilbab atau menutup aurat bagi muslimah saat ini semakin populer. Bukan hanya di acara acara kajian tapi dimana mana sangatlah banyak muslimah yang jilbaban. Di kantor, di sekolah, di Universitas, bahkan di mall atau dipasar. Ini tentu membanggakan bagi kaum muslimin umumnya. 

Namun demikian saat ini masih ada muslimah yang belum memperhatikan perintah Allah untuk menutup aurat mereka. Kalau kita mencoba menilik alasan alasan yang keluar dari mulut mereka kenapa masih enggan berjilbab ternyata banyak yang mengemukakan alasan yang lemah dan  sepele. Bahkan diantaranya terkesan menyebut alasan yang dicari cari. 

Kunci paling utama sebenarnya adalah rendahnya tingkat iman dan ilmu mereka terhadap agamanya. Jika seseorang memiliki iman yang kuat dan tahu ilmu yang benar tentang syariat tentu dia akan sami’naa wa atha’naa, kami dengar dan kami taat, karena menutup aurat adalah perintah Allah Ta’ala.

Mari kita lihat apa saja alasan mereka yang belum mau berjilbab, diantaranya adalah :

Pertama : Jilbab kan pakaian wanita Arab dan saya  bukan wanita Arab lalu kenapa harus ikut ikutan.
Ketahuilah bahwa sebelum turun perintah menutup aurat  ternyata pemakaian jilbab ataupun hijab tidaklah sesuatu yang masyhur dikalangan wanita Arab. Kalaupun ada sebagiannya yang berjilbab tapi jilbab mereka tidaklah memenuhi syarat sebagai penutup aurat sebagaimana yang diperintahkan Allah Ta’ala kepada kaum mukminah.

Imam Ibnu Katsir juga  mengatakan : Perempuan pada zaman Jahiliyah biasa melewati laki-laki dengan keadaan  dada terbuka, tanpa ada selimut sedikitpun. Bahkan kadang-kadang mereka memperlihatkan lehernya untuk memperlihatkan semua perhiasannya.

Imam Zarkasyi memberikan komentarnya mengenai keberadaan perempuan pada masa jahiliyah : Mereka mengenakan pakaian yang membuka leher dan bagian dadanya, sehingga tampak jelas seluruh leher dan urat-uratnya serta anggota sekitarnya. Mereka juga menjulurkan kerudungnya ke arah belakang, sehingga bagian muka tetap terbuka. Oleh karena itu, maka segera diperintahkan untuk mengulurkan kerudung di bagian depan agar bisa menutup dada mereka.

Ketika ayat dalam surat al Ahdzab 59   turun, para wanita muslimah bersegera menutupi kepala mereka. Mereka yang tidak memiliki penutup kepala merobek kain sarung untuk digunakan sebagai penutup kepala. Ini membuktikan bahwa sebelum ayat ini turun, menutup kepala bukanlah merupakan budaya yang umum di kalangan wanita Arab ketika itu.

Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa wanita Arab Jahiliyah umumnya tidak berjilbab karena bukan kebiasaan atau budaya mereka sedangkan   muslimah dari turunan bangsa manapun, dimanapun diperintahkan Allah Ta’ala untuk berjilbab termasuk menutupkan kain kerudungnya ke dadanya.

Kedua : Dalam berpakaian saya tidak mau diatur atau dikendalikan orang lain.  
Ketahuilah wahai muslimah, saat ini hampir semua model pakaian wanita langsung atau tidak langsung ternyata  diatur atau dikendalikan orang lain. Bukankah model pakaian wanita kebanyakan diatur (mengikuti) trend di televisi, artis, sinetron, majalah fashion serta para model dan iklan busana wanita.

Nah kalau semua ini telah  mengatur model dan cara berpakaian kebanyakan  wanita  maka tidak pas kalau ada yang mengatakan bahwa saya tidak mau diatur orang lain dalam urusan pakaian. Lalu bagaimana  menjelaskan dan mempertanggung jawabkannya, sekiranya mau diatur manusia dalam cara berpakaian tetapi tidak mau diatur oleh Allah yang Mahatahu segala kebaikan bagi manusia.   

Ketiga : Kalau pakai jilbab maka lapangan kerja buat semakin sempit bahkan ada perusahaan yang mensyaratkan tidak berjilbab.
Iya memang ada yang mensyaratkan demikian tapi tidak semua. Bahkan ada perusahaan  atau lembaga yang mensyaratkan karyawatinya harus berjilbab yang syar’i. Ketahuilah bahwa rizki itu bukan dari perusahaan atau lembaga tempat kerja. Sungguh rizki itu seluruhnya dari Allah Ta’ala. Rizki adalah nikmat Allah dan semuanya datang dari Allah Ta’ala. 

Bukankah Allah berfirman :  “Wamaa bikum min ni’matin fa minallahi” Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah. (Q.S an Nahl 53).
Dan Allah juga berfirman : “Wama min daabbtin fil ardhi illa ‘alallahi rizquhaa”. Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) dibumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya (Q.S Hud 6).

Kalau Allah Ta’ala yang menyediakan berbagai nikmat dan menjamin rizki lalu apalagi yang perlu dicemaskan. Memang ada yang perlu dicemaskan oleh seorang hamba yaitu kalau Allah tidak ridha kepadanya karena dia tidak patuh kepada perintah-Nya.

Keempat : Saya merasa risih berjilbab, belum siap, belum berpengalaman.
Memang demikian kenyataan. Jika seseorang baru berjilbab dan merubah penampilan akan berasa risih di awalnya. Risih tersebut  terkadang perasaan sementara. Jika sudah terbiasa tidak ada masalah. Kenapa harus risih, semestinya merasa senang dan bersyukur kepada Allah  karena telah diberi hidayah untuk menutup aurat, memenuhi perintah-Nya.

Kalau dikatakan merasa belum siap mungkin ada benarnya. Ketahuilah dalam banyak hal kita sering merasa belum siap dan jelas tak punya pengalaman. Namun demikian jika seseorang bersungguh sungguh untuk melakukan kebaikan semua yang sulit akan menjadi mudah. Insya Allah. 

Kelima : Saya memang tidak selalu berjilbab, tapi untuk menghadiri acara yang Islami saya selalu jilbaban.
Ini anti (engkau) sudah melangkah kepada kebaikan. Tinggal bagaimana membiasakan menutup aurat pada setiap keadaan bukan hanya pada acara acara tertentu. Memulai memang terkadang sulit tapi kalau sudah dimulai meskipun belum terus menerus maka lebih mudah untuk istiqamah.

Lalu bagaimana caranya agar bisa istiqamah dalam menutup aurat, bukan pada event tertentu saja. Caranya mudah. Ikhlaskan niat menutup aurat itu karena mencari ridha Allah maka Allah akan menolong anti (engkau) untuk istiqamah. Sekiranya berjilbab bukan karena memenuhi perintah Allah, tapi karena tidak enak sama orang orang maka sulit untuk bisa jilbaban terus menerus.

Ketahuilah bahwa perintah menutup aurat atau berjilbab yang ada pada dua ayat diatas, tidak ada menyebutkan atau mengecualikan untuk acara acara tertentu saja tapi pada setiap keadaan.

Keenam : Saya mau jilbaban tapi bagaimana ya, bisa jadi nggak ada yang mau menikah dengan saya.
Ketahuilah bahwa ratusan juta orang berjilbab dan ternyata mereka mendapat suami sebagaimana yang tidak jilbaban. Bahkan di zaman ini banyak laki laki yang mensyaratkan berjilbab kepada calon istrinya.

Lalu datang lagi alasan, kalau saya jilbaban bisa jadi calon suami saya tidak suka. Jika calon suami tidak suka karena alasan berjilbab itu berarti dia tidak layak untuk dijadikan suami. Bagaimana mungkin dia menjadi suami yang baik kalau di awal awal saja sudah melarang berjilbab yang berarti menentang perintah Allah. Kalau perintah Allah saja ditolak lalu perintah siapa yang akan dia amalkan.

Ketujuh : Kalau pakai jilbab bisa bisa dianggap nggak gaul. Saya akan kehilangan banyak  teman.
Ini perasaan anti (engkau) saja. Kenyataan tidak demikian. Kalau kehilangan beberapa  teman yang belum jilbaban insya Allah akan ada penggantinya yaitu teman yang jilbaban, suka ibadah dan suka ngaji. Jadi akan mendapat teman yang lebih baik dan shalihah.

Kalau anti belum mau jilbaban maka agak sulit mendapat teman yang shalihah. Pada hal berteman dengan orang yang shalihah akan mendatang manfaat yang banyak. Diantaranya : (1) Pertemanan dengan orang shalihah itu karena Allah bukan karena yang lain. (2) Pertemanan dengan orang shalihah insya Allah akan langgeng dari dunia sampai akhirat (3) Pertemanan dengan orang shalihah  akan selalu saling mendoakan untuk kebaikan. (4) Pertemanan dengan orang shalihah  akan selalu saling ingat mengingatkan tentang kebaikan.

Selain itu, tidaklah pantas seorang muslimah mengutamakan teman bergaul bahkan takut kehilangan teman sementara itu dia melanggar apa yang diperintahkan Allah kepadanya.  

Kedelapan : Jilbaban belum tentu baik. Bahkan yang jilbaban ada yang mencuri dan korupsi lalu tampil di pengadilan sebagai terdakwa.

Mencuri, korupsi dan berlaku buruk sebenarnya bukan soal jilbab tapi soal orangnya secara pribadi. Terkait dengan pribadi masing masing. Orang yang tidak berjilbab juga sangat banyak yang berkelakuan buruk.

Cuma saja orang yang berjilbab dengan niat memenuhi perintah Allah Ta’ala berarti dalam dirinya ada perasaan takut kepada Allah sehingga kalau mau melakukan keburukan dia akan berfikir lebih dua kali.

Demikianlah diantara alasan kenapa sebagian manusia masih enggan untuk berjilbab. Mudah mudahan penjelasan yang diberikan bagi setiap alasan tersebut bermanfaat buat kita semua. Wallahu A’lam. (734)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar