Sabtu, 16 Juli 2016

MUHASABAH BERMANFAAT BAGI ORANG BERIMAN



MUHASABAH  BERMANFAAT BAGI ORANG BERIMAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sangatlah baik dan terpuji jika seorang hamba yang beriman senantiasa melakukan muhasabah, evaluasi diri  atau introspeksi diri. Memeriksa diri terhadap apa yang telah dilakukan dan apa yang telah diucapkan pada setiap saat dalam hidup ini.

Bahkan Allah Ta’ala telah memerintahkan orang orang yang beriman agar melakukan muhasabah.  Sungguh Allah Ta’ala berfirman : “Yaa aiyuhal ladzina aamanut taqullaha wal tandzur nafsun maa qaddamat lighad, wattaqullaha, innalallaha khabiirun bimaa ta’maluun” Wahai orang orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S  al Hasyr 18).

Tentang ayat ini, berkata asy Syinqithi dalam Adhwa’ul Bayan : Tatkala telah memperhatikan yang telah lalu sehingga mengetahui kekuranganya dan pelanggarannya maka datang perintah yang kedua untuk bertakwa pada amalan amalan yang akan datang dan selalu muraqabah dalam berbuat.  
  
Rasulullah  bersabda : “Orang yang pandai adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala”. (H.R Imam at Tirmidzi). 

Ketahuilah bahwa sangatlah banyak keutamaan dan  manfaat bagi seorang hamba yang melakukan muhasabah, diantaranya adalah :

Pertama : Hisab di akhirat menjadi ringan.
Seorang hamba yang senantiasa melakukan muhasabah terhadap apa yang telah diucapkan dan apa yang telah diperbuatnya akan memiliki potensi yang kuat untuk selalu menjaga diri dari berbagai keburukan. Ini akan meringankan bebannya menghadapi hisab di akhirat kelak.

Umar bin Khaththab berkata : Hisablah (evaluasilah, introspeksilah, periksalah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab dirinya di dunia.

Kedua : Mengetahui aib dan kesalahan dirinya.
Seseorang terkadang lupa dengan aib dan kekurangan dirinya. Dan yang lebih buruk lagi adalah jika dia tidak pernah lupa dengan aib orang lain. Sungguh ini adalah musibah besar. Diantara cara agar terhindar dari musibah ini adalah dengan senantiasa melakukan introspeksi, evaluasi diri atau muhasabah.

Berkata Imam Ibnul Qayyim : Membenci jiwa dan menundukkannya karena Allah termasuk sifat ash shiddiqin dan seorang yang mendekat kepada Allah dengan cara seperti itu berlipat kali lebih baik dari pada ia mendekat kepada Allah dengan amalannya (Ighatsul Lahfan).

Ketiga : Menumbuhkan sifat malu.
Seorang yang selalu melakukan muhasabah maka akan muncul sifat malu kepada Allah atas keburukan yang pernah diucapkan dan pernah diperbuatnya. Diantara manfaat lain adalah bahwa jika seseorang membiasakan diri menjaga rasa malu kepada Allah Ta’ala maka rasa malu itu akan menghalanginya untuk melakukan perbuatan buruk. Pada gilirannya rasa malu itu akan menjadi kebiasaan, tabiat dan perangainya sehingga menjadikannya juga malu kepada manusia dan akhirnya mencegah dirinya  melakukan perbuatan buruk terhadap sesama.

Keempat : Membuat seseorang sibuk dengan urusan akhirat.
Seorang hamba haruslah menyibukkan diri di dunia ini untuk persiapan akhiratnya. Ini adalah buah dari muasabah yang senantiasa dilakukannya. Berkata Ibnu Mas’ud : Barangsiapa yang ingin akhirat maka ia akan disusahkan oleh dunia. Dan siapa yang ingin dunia maka dia akan disusahkan oleh akhirat. Maka susahlah untuk sesuatu yang fana (dunia) untuk mendapatkan yang baqa (akhirat).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (717).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar