Minggu, 31 Juli 2016

HILANGNYA SEMANGAT BERIBADAH SETELAH RAMADHAN



HILANGNYA SEMANGAT BERIBADAH SETELAH RAMADHAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Syaikh Abdul Aziz as Sadhan dalam Kitabnya Tentang Shaum, menyebutkan enam kelompok manusia menghadapi Ramadhan. Satu diantaranya adalah kelompok yang (seolah olah) tidak mengenal Allah kecuali pada bulan Ramadhan.

Beliau lebih lanjut menjelaskan bahwa bila Ramadhan datang maka mereka yang termasuk kelompok ini akan ikut puasa, ruku’ dan sujud serta melakukan ibadah lainnya bersama orang banyak. Tapi setelah Ramadhan berlalu mereka kembali pada kondisi mereka sebelum Ramadhan. Tidak lagi ruku’ dan sujud atau beribadah yang lainnya. Mereka kembali kepada kebiasaan sebelumnya.

Ketahuilah bahwa kelompok manusia seperti ini bukan hanya ada pada dewasa ini. Bahkan pada zaman Imam Ahmad bin Hambal juga sudah ada. Sampai sampai Imam Ahmad berkomentar tentang mereka. Imam Ahmad berkata : Mereka adalah seburuk buruk  kaum lantaran (mereka seolah olah) tidak mengenal Allah kecuali pada bulan Ramadhan. 

Kelompok ini perlu diingatkan bahwa sesungguhnya nikmat Allah yang dia peroleh dan dia butuhkan bukan pada bulan Ramadhan saja tapi setiap detik dari umurnya. Dan tentu sangatlah tidak pantas kalau bersyukur dan mengingat Allah hanya pada bulan Ramadhan saja, demikian uraian Syaikh as Sadhan.

Kalau kita perhatikan  semangat beribadah dari sebagian besar kaum muslimin  setelah Ramadhan ternyata memang kendor. Jadi apa yang dikatakan Syaikh as Sadhan memang ada benarnya. Lihatlah faktanya di masyarakat kita, diantaranya dapat kita saksikan :

Pertama : Bukankah setelah Ramadhan sangat banyak orang Islam yang tidak lagi melakukan shalat malam. Pada hal selama Ramadhan kita telah menjadi orang orang yang rajin menegakkan shalat taraweh. Adalah sangat terpuji jika kebiasaan shalat taraweh (shalat malam di bulan Ramadhan) diganti dengan shalat lail di luar ramadhan.

Ketahuilah bahwa  shalat ini menjadi kebiasaan orang orang shalih dari dahulu hingga sekarang. Mereka dengan sungguh sungguh dan istiqamah melaksanakannya karena ingin mendapat kemuliaan dan keutamaannya yang banyak. Rasulullah bersabda : … Wa afdhalush shalaati ba’dal faridhati shalaatul laili” … Dan sebaik baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam. (H.R Imam Muslim).

Ingatlah bahwa Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mencela  orang yang dahulu rajin shalat malam, namun kemudian ia meninggalkannya.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku : “Yaa ‘abdullah, laa takun mitla fulaanin, kaana yaquumul lailil laila fa taraka qiyaam”. Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si Fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.” (H.R Imam Bukhari).
 
Kedua : Bukankah puasa sunnah tidak dikerjakan lagi oleh sebagian besar umat Islam setelah Ramadhan. Pada hal selama Ramadhan mereka begitu bersemangatnya melaksanakan puasa. Praktek puasa selama sebulan penuh seolah olah tidak bisa memberi dampak yang baik untuk bisa melakukan puasa sunnah pada bulan berikutnya, meskipun tiga atau lima hari saja dalam sebulan.

Sangatlah banyak jenis puasa sunnah. Salah satu puasa yang bisa dilakukan adalah puasa enam hari di bulan Syawal. Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Man shaama ramadhaana tsumma atba’ahu sittan min syawwaalin kaana kashiyaamid dahri”  Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh. (H.R Imam Muslim).

Juga merupakan keutamaan puasa  adalah : Mendapat perisai sebagai benteng terhadap api neraka. Rasulullah bersabda : Ash shiyamu junnatun yastahjinnu bihal ‘abdu minnaar. Puasa merupakan perisai yang digunakan seorang hamba untuk membentengi diri dari neraka (H.R Imam Ahmad).

Oleh karena itu tentulah merugi orang orang yang meninggalkan puasa sunnah setelah ramadhan. 

Ketiga : Bukankah setelah Ramadhan sebagian besar umat Islam telah lalai dalam membaca, mentadaburi dan mempelajari makna ayat ayat al Qur-an. Ini adalah fakta.
Memang Ramadhan disebut juga sebagai bulan al Qur-an.  Sehingga  selama ramadhan umat Islam sepertinya berlomba membaca dan mempelajari al Qur an. Bahkan ada yang sempat mengkhatamkan beberapa kali.  Ketahuilah bahwa al Qur-an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia tidaklah untuk dibaca dan dipelajari pada bulan Ramadhan saja tapi pada setiap waktu dan keadaan. 

Rasulullah pernah mengadu kepada Allah tentang kaumnya yang lalai terhadap al Qur an yaitu sebagaimana disebut dalam surat al Furqan 30 : “Wa qaalar rasuulu yaa rabbi inna qaumiit takhdzuu haadzaal qur-aana mahjuuraa”.  Wahai Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan al Qur-an ini sesuatu yang tidak diacuhkan.

Sungguh membaca al Qur an mendatangkan manfaat yang sangat banyak bagi pembacanya, diantaranya :

(1) Mendapat syafaat di akhirat kelak. Rasulullah bersabda : Rasulullah bersabda : “Aqraul qur’ana fainnahu yakti yaumal qiyamati syafi’an li ashhabih.” Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafa’at kepada sahabatnya. (H.R. Muslim, dari Abu Umamah).

Para ulama menjelaskan bahwa makna sahabatnya dalam hadits ini adalah orang membacanya, mentadaburi dan mengamalkannya. 

(2) Mendapat sepuluh pahala dari setiap huruf yang dibaca. Rasulullah bersabda :  Rasulullah bersabda : “Man qara-a harfan min kitaabillah falahu bihi hasanatun. Wal hasanatun bi’asyri amtsalihaa. Laa aquulu “aliflammim” harfun. Walakin alifun harfun, wa laamun harfun wa miimmun harfun” .Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf. (H.R Imam at Tirmidzi).

Perhatikanlah saudaraku, berapa banyak huruf yang ada dalam setiap ayat, setiap surat dan setiap juz dari al Qur an. Diantara surat yang pendek dalam al Qur an adalah surat al Kautsar yang terdiri dari 42 huruf. Untuk membacanya membutuhkan waktu hanya kira kira 13 detik dan mendatangkan 420 pahala. Kemudiaan surat al Ikhlas. Surat ini terdiri dari 47 huruf dan untuk membacanya butuh waktu kira kira 15 detik. Ini akan mendatangkan 470 pahala bagi yang membacanya. Lalu bagaimana dengan membaca surat surat   yang lebih panjang. Tentu akan mendatangkan pahala yang lebih banyak lagi.

Keempat : Ini fakta yang lebih memprihatinkan lagi. Bukankah sehabis Ramadhan masjid masjid menjadi sepi. Sebagian orang sudah jarang ke masjid. Mereka lebih banyak disibukkan oleh urusan harta dunia dan segala perhiasannya. Shalat berjamaah sering dilalaikan. Pada hal Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan orang beriman untuk melakukan shalat berjamaah. 

Allah berfirman : “Wa aqimush shalata wa aatuz zakaata war ka’u ma’ar raaki’in. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang yang rukuk. (Q.S al Baqarah 43).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat ini bahwa : Hendaklah kalian bersama orang orang beriman dalam berbagai perbuatan mereka yang terbaik. Dan yang paling utama dan sempurna dari semua itu adalah shalat. Dan banyak ulama yang menjadikan ayat ini sebagai dalil bagi diwajibkannya shalat berjamaah. 

Syaikh Abdurrahman  bin Nashir as Sa’di dalam kita Tafsirnya menjelaskan : “Dan rukuklah bersama orang  yang rukuk” maksudnya shalatlah bersama orang orang yang shalat. Dalam hal ini ada suatu perintah untuk shalat berjamaah dan kewajibannya.

Ketahuilah bahwa sungguh Rasulullah senantiasa shalat berjamaah di masjid bersama para sahabat. Dan kita sebagai pengikut beliau haruslah berusaha dengan sungguh sungguh untuk  melazimkannya pula sebagaimana yang dicontohkan beliau dan para sahabat serta orang orang shalih sesudahnya.  
         
Dalam sebuah riwayat disebutkan : “Inna Rasulullahi shalallahu ‘alaihi wasallam ‘allamnaa sunanul huda, wa inna min sunanil huda shalata fil masjidil ladzi yuadzdzanu fiih.”  (Dari Ibnu Mas’ud) Sesungguhnya Rasulullahi salallahu ‘alaihi wasallam telah mengajarkan kepada kami jalan-jalan petunjuk. Dan diantara jalan jalan petunjuk itu adalah shalat di masjid yang dikumandangkan adzan didalamnya. (H.R Muslim).

Itulah beberapa fakta tentang semangat sebagian manusia yang mulai kendor setelah Ramadhan. Ketahuilah saudaraku bahwa Rabb kita di bulan Ramadhan dan di luar Ramadhan adalah Rabb yang satu. Nikmat dan rizki yang diberikan Allah kepada kita datang terus menerus apakah bulan Ramadhan atau bulan selainnya. Oleh sebab itu tidaklah pas kalau semangat kita beribadah hanya di bulan Ramadhan saja dan bulan yang lain kita abaikan.

Ketahuilah bahwa kewajiban beribadah tidaklah pernah gugur terhadap seorang mukallaf yakni semenjak dia baligh sampai ajal menjemputnya. Allah berfirman : Wa’bud rabbaka hattaa ya’tiyakal yaqiin”. Dan beribadahlah kepada Rabb-mu  sampai datang kepadamu yang diyakini, yaitu ajal. (Q.S al Hijr 99).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (736)


     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar