Sabtu, 16 Juli 2016

KEUTAMAAN DAN KEWAJIBAN BERTAUBAT



KEUTAMAAN DAN KEWAJIBAN BERTAUBAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Makna dan hakikat taubat.
Prof. DR Shalih Ghanim as Sadlan menjelaskan : Secara syar’i  taubat adalah meninggalkan dosa karena takut kepada Allah, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya dan terus memperbaiki apa yang bisa diperbaiki dari amalnya.

DR Shalih menjelaskan lebih lanjut bahwa hakikat taubat adalah perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang sudah terjadi. Lalu mengarahkan hati kepada Allah Ta’ala pada sisa usianya serta (selanjutnya) menahan diri dari dosa. Berbuat dosa. Melakukan amal shalih dan meninggalkan larangan adalah wujud nyata dari taubat.
Taubat mencakup penyerahan diri seorang hamba kepada Rabb-nya, inabah yaitu kembali kepada Allah Ta’ala dan konsisten menjalankan ketaatan. Jadi, sekedar meninggalkan perbuatan dosa namun tidak melaksanakan amalan yang dicintai Allah Ta’ala maka itu belum dianggap bertaubat. (Kitab At Taubatu Ilallah).

Manusia wajib bertaubat.
Sungguh setiap hamba wajib bahkan butuh untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala, karena : 

Pertama : Manusia banyak berbuat salah.
Tidak ada manusia yang terbebas dari dosa dan kesalahan.  Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa Allah berfirman : “Ya ‘ibaadi, innakum tukhti-una bil laili wan nahar”. Wahai hamba hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa (kesalahan)  malam dan siang.

Rasulullah menjelaskan pula dalam  sabda beliau  : “Kullubni aadam  khaththa’un, wa khairul khaththainat tauwabun” Setiap Bani Adam banyak berbuat salah dan sebaik baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat. (H.R at Tirmidzi).  

Kedua : Rasululah mengajarkan doa memohon agar taubat diterima.
Demikian pentingnya bertaubat maka  Rasulullah secara khusus mengajarkan umatnya sebuah doa agar taubat diterima, yakni : “Allahummaghfirlii, watub ‘alaiyaa, innaka antal tawwabur rahiim”. Ya Allah, ampunilah dosaku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat dan Maha Kasih Sayang. (H.R Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani). 

Ketiga : Bertaubat adalah perintah Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman :  “Wa tuubuu ilallahi jamiian aiyuhal mu’minuuna, la’allakum tuflihuun”. Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung.  (Q.S an Nuur 31).

Bahkan Allah Ta’ala mengingatkan bahwa orang yang tidak bertaubat adalah orang orang zhalim. Allah Ta’ala berfirman : “Wa man lam yatub fa ulaa-ika humuzh zhaalimuun”.  Dan barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang orang yang zhalim. (Q.S al Hujuraat 11).

Imam Ibnul Qayyim berkata : Dalam ayat ini Allah Ta’ala membagi para hamba-Nya menjadi dua yaitu : (1) Golongan  orang yang bertaubat dan (2) Golongan  orang yang zhalim. Tidak ada golongan yang ketiga sama sekali. 

Allah Ta’ala menyematkan sebutan zhalim pada diri orang yang tidak (mau) bertaubat. Dan tidak ada orang yang lebih zhalim daripada orang yang tidak bertaubat. Hal itu lantaran kebodohan atau ketidaktahuannya terhadap Allah dan hak Allah. Juga lantaran kebodohannya terhadap aib dirinya dan terhadap cacat amal perbuatannya. (Madaarijus Saalikin).

Keutamaan bertaubat.
Sungguh sangatlah banyak keutamaan dan keuntungan bagi orang orang yang senantiasa memohon ampun dan bertaubat, diantaranya adalah :

Pertama : Keburukannya diganti dengan kebaikan.
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, Maka Sesungguhnya Dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya”. (Q.S. al Furqaan 70-71).

Syaikh as Sa’di berkata : “Maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan”. Maksudnya segala perbuatan dan perkataan yang disiapkan untuk amal keburukan akan diganti, yaitu dengan kebajikan kebajikan. Maka syirik mereka berubah menjadi iman. Kemaksiatan mereka diganti menjadi ketaatan. Kejahatan  yang  pernah mereka lakukan diganti kemudian ditumbuhkan bagi mereka satu taubat inabat dan ketaatan untuk setiap  dosa. Dari dosa dosa tersebut yaitu diganti dengan kebajikan kebajikan sebagaimana tampak dari zhahir ayat.

Dalam hal ini ada sebuah hadits (dari Abi Dzarr yang diriwayatkan oleh Imam Muslim) tentang seorang laki laki yang dihisab oleh Allah Ta’ala karena sebagian dosa dosanya, lalu dihitung dihadapannya. Kemudian Allah mengganti untuk setiap dosa dengan satu kebajikan. Lalu orang itu berkata : Ya Rabbi, sesungguhnya aku mempunyai beberapa dosa lagi yang tidak aku lihat disini. Wallahu A’lam. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Kedua : Mendapat kenikmatan yang baik di dunia dan di akhirat.
Allah berfirman : “Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Rabb-mu dan bertaubat kepada-Nya. Niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang ditentukan”. (Q.S Huud 3).

Imam Ibnu Katsir berkata : Maksudnya, dan aku (Muhammad) memerintahkan kalian untuk memohon ampun kepada Allah atas dosa dosa yang telah berlalu serta bertaubat darinya dan melakukan hal tersebut (taubat) secara berkesinambungan. Kenikmatan yang baik maksudnya adalah kenikmatan di dunia dan di akhirat. (Tafsir Ibnu Katsir).

Ketiga : Mendapat surga ‘Adn.
Allah berfirman : “Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan shalat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dizhalimi (dirugikan) sedikitpun. Yaitu surga ‘And yang telah dijanjikan oleh Rabb Yang Maha Pengasih kepada hamba hamba-Nya sekalipun (surga itu) tidak tampak. Sungguh (janji Allah) itu pasti ditepati”. (Q.S Maryam 60-61).

Itulah sebagian keutamaan dan kebaikan yang akan didapat oleh orang orang yang bartaubat dengan sebenar benar taubat lalu mengerjakan kebajikan.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (720)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar