Rabu, 13 Juli 2016

MENJAGA DIRI DARI HARTA YANG HARAM



MENJAGA DIRI  DARI HARTA YANG HARAM

Oleh : Azwir B. Chaniago

Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan  : Bahwa ayahnya,  Abu Bakar ash-Shiddiq radliallahuanhu memiliki seorang budak yang setiap hari memberikan  setoran (berupa harta atau makanan)  kepada Abu Bakar radliallahu ‘anhu.   Beliau memakan harta atau makanan dari budak tersebut.

Suatu hari (sebagaimana biasa) budak tersebut membawa sesuatu (makanan), maka Abu Bakar ash Shiddiq memakannya. Lalu budak itu berkata kepada beliau: Apakah anda mengetahui apa yang anda makan ini ?. Abu Bakar ash Shiddiq  balik bertanya : Makanan ini (dari mana) ?. Budak itu menceritakan : Dahulu di jaman Jahiliyah, aku pernah melakukan praktek perdukunan untuk seseorang (yang datang kepadaku) padahal aku tidak bisa melakukannya.  Sebenarnya aku hanya menipu orang tersebut. 

Kemudian aku bertemu orang tersebut, lalu dia memberikan (hadiah) kepadaku berupa makanan yang anda makanan ini. Setelah mendengar pengakuan budaknya itu Abu Bakar segera memasukkan jari tangan beliau ke mulut, lalu beliau memuntahkan semua makanan dalam perut beliau”. (H.R Imam Bukhari)

Kisah ini menggambarkan (betapa) hebatnya ketakwaan dan keimanan Abu Bakar ash-Shiddiq. Beliau sangat berhati-hati dalam menjaga anggota badan beliau dari mengkonsunmsi makanan yang tidak halal, dan inilah aplikasi dari sifat wara’ yang sebenarnya. (Lihat Bahjatun Nadzirin)

Kalau kita perhatikan sebagian manusia di zaman ini banyak yang tidak berusaha menjaga diri dari harta ataupun makanan yang haram. Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya : “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halalagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah langkah syaithan, karena sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagimu”  (Q.S al Baqarah 168).

Di zaman sekarang  ada diantara manusia  yang berkomentar : Sekarang ini mencari yang haram saja susah apalagi mencari yang halal. Jika ditimbang dengan ukuran syariat maka komentar seperti ini tentu tidak terpuji bahkan sangat batil. Seolah olah mereka tidak yakin dengan rizki yang telah disediakan Allah bagi setiap makhluk termasuk dirinya.
Pada hal Allah berfirman : “Wa maa min daabbatin fil ardhi illaa ‘alallahi rizquhaa” Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya. (Q.S Huud 6). 

Syaikh as Sa’di antara lain menafsirkan ayat ini bahwa semua (makhluk)  yang merayap dimuka bumi baik manusia, binatang didaratan atau dilautan maka Allah telah menjamin rizki dan makan mereka. Rizki mereka menjadi kewajiban Allah. Semuanya diliputi oleh ilmu Allah dicatat oleh pena-Nya. Berlaku padanya kehendak Allah dan manusia tetap harus yakin kepada Allah yang menjamin rizkinya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Oleh karena itu, maka tidaklah pantas bagi seorang hamba khawatir dengan rizkinya sehingga dia terjatuh kepada sumber rizki yang haram. Seorang yang beriman wajiblah baginya mencari harta  halal meskipun harta  yang haram  terkadang menggoda dirinya.
Ketahuilah bahwa harta yang haram tidak akan pernah bisa mendatangkan kenyamanan dan kebaikan sedikitpun bagi kehidupan  seorang hamba. Perhatikanlah beberapa pesan Rasulullah, diantaranya :

Pertama :  Rasulullah Salalllahu ‘alahi Wasallam  bersabda : “Ketahuilah bahwa suapan haram jika masuk ke dalam perut salah seorang dari kalian, maka amalannya tidak diterima selama 40 hari.” (H.R at-Thabrani).

Kedua : Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada Rasulullan, Ya Rasulullah, doakan saya kepada Allah agar doa saya terkabul.” Rasulullah bersabda : “Wahai Sa’ad, perbaikilah makananmu, maka doamu akan terkabulkan.” (HR at-Thabrani).

Ketiga :  Disebutkan juga dalam hadis  bahwa Rasulullah  bersabda :  “Seorang lelaki melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut, mukanya berdebu, menengadahkan kedua tangannya ke langit dan mengatakan, “Wahai Rabbku! Wahai Rabbku!” Padahal makanannya haram dan mulutnya disuapkan dengan yang haram, maka bagaimanakah akan diterima doa itu?” (H.R Imam Muslim).

Keempat : Rasulullah bersabda : “Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram, kecuali neraka lebih utama untuknya.”. (H.R at Tirmidzi).

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa pada saat Imam Ahmad ditanya  tentang  apa yang harus dilakukan agar hati mudah menerima kesabaran, maka beliau menjawab : “Dengan memakan makanan halal.” (Thabaqat al Hanabilah).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (712)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar