Senin, 23 Februari 2015

MENGHADIRKAN HATI ORANG LAIN



MENGHADIRKAN HATI ORANG LAIN
Oleh : Azwir B. Chaniago

Judul tulisan ini sepintas mungkin sedikit membingungkan. Akan menimbulkan berbagai pertanyaan. Dimana hati orang lain mau dihadirkan ?. Bagaimana caranya menghadirkan hati orang lain ?. Siapa yang bisa menghadirkan hati orang lain ?. Ketahuilah bahwa yang dimaksud disini adalah bagaimana dalam keadaan tertentu  kita bisa menghadirkan hati atau perasaan  orang lain pada diri kita. Lebih jelasnya adalah bagaimana kita berusaha  memahami hati dan perasaan  orang lain pada pada diri kita. Ini memang tidak mudah.

Rasulullah pernah mengajarkan metode tarbiyah menghadirkan hati atau perasaan  orang lain kepada seorang pemuda yaitu sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits dari  Abu Umamah.

Abi Umamah telah berkata: Sesungguhnya seorang pemuda datang kepada Nabi  seraya berkata: “Ya Rasulullah, izin aku  berzina”.
Maka para sahabat berpaling kepada pemuda ini sambil menahannya, dan  berkata: “Jangan, jangan (janganlah kamu  berkata seperti itu). Maka beliau bersabda :  “Bawa pemuda itu  mendekat denganku”. Maka pemuda itu telah mendekat kepada Rasulullah.

(Abu Umamah) berkata: maka (pemuda itu) lalu duduk dekat  Rasulullah.
Beliau bersabda: “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi pada ibumu ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi  tebusannya.
Rasulullah bersabda: “(Begitulah juga halnya) orang lain juga tidak suka hal itu (terjadi) kepada ibu-ibu mereka”.

Rasulullah  bersabda lagi : “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada anak perempuanmu ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya.  Rasulullah bersabda: “(Begitulah juga halnya) orang lain juga  tidak suka hal itu (terjadi) kepada anak-anak perempuan mereka”.

Rasulullah  bersabda lagi : “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada saudara perempuanmu ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya. Rasulullah bersabda: “(Begitulah juga halnya) orang lain juga tidak suka hal itu (terjadi) kepada saudara-saudara perempuan mereka”.
Rasulullah  bersabda lagi: “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada bibimu  (dari pihak ayah) ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak.  Diriku jadi tebusannya. Rasulullah bersabda : “(Begitulah juga halnya) orang lain tidak suka hal itu (terjadi) kepada bibi bibi (dari pihak ayah) mereka”.

Rasulullah  bersabda lagi: “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada bibimu  (dari pihak ibu) ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya.
Rasulullah bersabda : “(Begitulah juga halnya) orang lain tidak suka hal itu (terjadi) kepada bibi bibi (dari pihak ibu) mereka”.

Abu Umamah berkata: Maka Rasulullah  meletakkan tangannya di atas tubuh pemuda itu, lalu berdoa: “Allahhummaghfir zanbahu, wa thahir qalbahu wa hassin farjahu”. Ya Allah ampunkanlah dosanya, sucikanlah hatinya (dari memikirkan sesuatu maksiat), dan jagalah kemaluannya (dari melakukan zina)

Semenjak  itu, dengan doa Rasul, pemuda tersebut tidak lagi condong untuk melakukan maksiat. (H.R Imam Ahmad, dinilai Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani.  Kitab Silsilah Hadits  Shahih).

Lihatlah dari hadits diatas bagaimana Rasulullah telah mengajarkan pemuda itu agar maun memahami hati dan perasaan  orang lain. Diantara pertanyaan beliau adalah : Apakah kamu suka jika ibumu, anak perempuanmu, saudara perempuanmu dan bibimu diperlakukan tidak baik. Pemuda itu menjawab tidak. Disini Rasulullah mengingatkan bahwa kalau kamu tidak suka maka orang lain juga tidak suka. Dan inilah pelajaran berharga. Hadirkanlah hati dan perasaan  orang lain pada diri anda. Kalau anda tidak suka diperlakukan tidak baik maka orang lain juga tidak suka diperlakukan tidak baik. Begitupun sebaliknya.

Sungguh sangatlah  bermanfaat kalau kita selalu berusaha dan mampu menghadirkan hati dan perasaan  orang lain dalam diri kita, diantaranya :

Pertama : Terjaga dari perbuatan buruk karena kita paham kalau kita diperlakukan buruk kita merasa sakit orang lainpun demikian. Dengan demikian kita akan terhindar dari perbuatan menzhalimi orang lain.

Kedua : Kita akan berusaha membantu dan berbuat baik kepada orang lain karena kita tahu bahwa kalau kita dibantu dan diberikan kebaikan kita merasa senang begitupun pula orang lain. Dengan demikian kita termotivasi berbuat kebaikan bagi orang lain.

Rasulullah Bersabda : “La yu’minu ahadukum hatta yuhibba liakhihi maa yuhibbu linafsih (minal khairi). Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya  segala apa yang ia cintai untuk dirinya (berupa kebaikan) H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Jadi seseorang yang beriman harus mencintai untuk kaum yang beriman apa yang ia cintai untuk dirinya dan tidak menyukai untuk mereka apa yang tidak ia sukai untuk dirinya.

Saudaraku, inilah kesimpulan makna menghadirkan hati dan perasaan orang lain yaitu jika kita suka kebaikan maka ketahuilah orang lain juga ingin kebaikan. Jika kita tidak suka keburukan dan kezhaliman maka orang lain juga demikian.

Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk mampu menghadirkan hati dan perasaan orang lain dalam diri kita.

Wallahu A’lam. (216)
   
     


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar