Kamis, 26 Februari 2015

MENCARI KEBAHAGIAAN



MENCARI KEBAHAGIAAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Hampir tidak ada perbedaan  dikalangan manusia dari dahulu hingga sekarang bahwa salah satu yang dicari dan sangat didambakanya adalah kehidupan yang bahagia. Yang berbeda diantara manusia hanyalah dalam hal memberi makna atau memberi arti tentang kebahagiaan.  

Ada banyak manusia yang memberi makna kebahagian dengan harta yang berlimpah, pangkat yang tinggi ataupun popularitas. Mungkin ada yang mendapatkan kebahagiaan melalui harta, pangkat ataupun popularitas, tapi sifatnya sangat sangat sementara bahkan umumnya berupa kebahagiaan yang semu.

Pada hal tidak jarang pula kita temukan orang orang tidak memiliki harta yang banyak, tidak memiliki pangkat apapun dan tidak pula dikenal banyak  orang tapi menikmati kehidupan yang bahagia.
Sekiranya kebahagian itu berada pada harta tentu Qarun akan lebih berbahagia daripada Nabi Musa.  Sekiranya kebahagian itu berada pada pangkat maka tentu Namrud lebih mulia daripda Nabi Ibrahim. Sekiranya kebahagiaan itu berada pada popularitas maka tentu Uwais al Qarni tidak akan dipuji oleh Rasulullah sebagai orang yang doanya dikabulkan. 

Sungguh Islam telah menjelaskan kepada umatnya tentang apa yang dimaksud dengan kebahagian. Ternyata menurut Islam kebahagiaan  yang hakiki bukan seperti yang dibayangkan dan dikhayalkan banyak orang yaitu dengan harta, pangkat ataupun popularitas.  

Sungguh Allah telah menjelaskan makna kebahagiaan melalui firman-Nya. Perhatikanlah firman Allah dalam surat Ali Imran 185 : “Faman zuhziha ‘aninnaari wa udkhilal jannata faqad faaz. Wamal hayaatud du-yaa illaa mataa’ul ghuruur”. Barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga,  sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

Syaikh as Sa’di berkata : Ayat yang mulia ini mengandung penjelasan tentang :

Pertama : Zuhud dari dunia (zuhud bermakna seseorang meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat bagi akhiratnya, pen.) karena bersifat sementara dan tidak kekal. Dunia adalah perhiasan yang menipu, membuat fitnah dengan keindahannya, menipu dengan kecantikan dan kemolekannya. Kemudian dunia itu akan berpindah dan ditinggalkan menuju negeri yang abadi. Dan jiwa jiwa manusia akan dipenuhi dengan apa yang telah diperbuatnya di dunia berupa kebaikan maupun keburukan.

Kedua : Yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga maksudnya adalah dia memperoleh kemenangan yang besar dengan selamat dari siksa yang pedih dan sampai kepada surga yang penuh nikmat.  

Kalau begitu, apa yang bisa kita lakukan agar dapat memperoleh kebahagian ? 

Sungguh Allah telah memberikan petunjuk bagi manusia yang mau mendapatkan kebahagian itu. Perhatikanlah firman  Allah : “Man ‘amila shalihan min dzakarin au untsaa wahuwa mu’minun, fala yuhyiyannahuu hayaatan thaiyibah, wala najziyannahum ajrahum biahsani maa kaanuu ya’maluun”. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S.An-Nahl  97).

Sudah sangat tegas penjelasan Allah SWT pada surat  ayat ini bahwa  cara memperoleh kebahagiaan atau kehidupan yang baik itu hanya pada dua hal :

Pertama : Beriman. Diantaranya yang paling utama adalah beriman dengan rukun iman yang enam.

Kedua : Dengan melakukakan amal-amal shalih yaitu taat pada seluruh aturan-Nya dan menjalankan segala perintah serta larangan-Nya dan paling utama adalah yang disebut dalam rukun Islam yang lima.

Dua hal inilah yaitu (1) iman dan (2) amal shalih yang akan memberikan kabar gembira, berupa kebahagian, bagi seorang hamba sebagaimana dimaksud dalam surat al Baqarah ayat 25 : “Wabasysyiril ladziina aamanuu wa ‘amilush shalihaatii anna lahum jannaatin tajriimin tahtihal anhaar.  Dan berilah kabar gembira kepada orang orang yang beriman dan beramal shalih, bahwa untuk mereka (disediakan) surga surga yang mengalir dibawahnya sungai sungai. (Q.S al Baqarah 25)

Selain itu ketahuilah,  bahwa  Allah Subahanu wa Ta’ala telah memperingatkan pula dengan firman-Nya : “Waman a’radha ‘an dzikrii fainna lahuu ma’isyatan dankan wa nahsyuruhuu yaumal qiyaamati a’maa” Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. (Q.S Thaahaa 124).

Tentang ayat ini Syaikh as Sa’di berkata : Berpaling dari peringatan-Ku bermakna berpaling dari al Qur an. Maka dia akan mendapat kehidupan yang sempit, maksudnya sesungguhnya balasannya adalah Allah menjadikan penghidupannya sempit lagi susah. Dan tidaklah hal itu (terjadi) melainkan sebagai suatu siksaan. (Kitab Tafsir Karimir Rahman) 

Semoga bermanfaat. Allahu A’lam. (218)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar