Sabtu, 14 Februari 2015

JABATAN DAN KEKAYAAN



TENTANG JABATAN DAN KEKAYAAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Dengan kehendak-Nya, Allah menciptakan manusia dalam berbagai keadaan. Diantaranya ada yang diberi pangkat dan jabatan yang tinggi  tapi banyak pula yang tidak memiliki pangkat atau jabatan apapun. Ada pula manusia yang diberi kekayaan yaitu harta yang banyak dan ada pula yang diberi harta secukupnya saja. Semua ini tentu memiliki hikmah yang banyak. Allahu A’lam.

Sungguh hampir semua orang menginginkan jabatan atau kekayaan. Ketahuilah bahwa pada hakikatnya  jabatan dan kekayaan tidaklah selamanya terpuji tapi tidak pula selamanya tercela. Terkadang bisa mendatangkan mudharat dan terkadang bermanfaat. 
Syaikh Abu Bakr Jabir al Jazairi, dalam Kitabnya Minhaaj al Muslim menyebutkan lima macam keadaan yang bisa membuat dan mendorong manusia menjadi sombong. Dua diantaranya adalah  pertama : Jabatan atau pangkat, kedua : Harta kekayaan.

Sekiranya pangkat dan kekayaan akan mendatangkan kesombongan bagi pemiliknya maka ini adalah musibah dan kerugian yang besar. Pangkat atau jabatan, kekayaan atau harta tentu akan mendatangkan kemaslahatan jika berada pada orang  yang benar benar beriman dan bertakwa. Diantara yang bisa kita jadikan ibrah atau pelajaran adalah :

Pertama : Utsman bin Affan adalah seorang sahabat yang kaya raya. Tapi kekayaannya tidaklah membuat dia menjadi sombong. Bahkan hartanya yang  berlimpah menjadi salah satu jalan baginya untuk mencari surga yang tinggi, karena digunakan untuk kemashlahatan kaum muslimin dan untuk membela agama Allah.  
    
Kedua : Umar bin Abdul Aziz. Dalam masa kurang dari tiga tahun menjadi khalifah ternyata dengan karunia Allah beliau bisa menjadikan negerinya makmur. Diriwayatkan bahwa pada tahun kedua pemerintahan Umar bin Abdul Aziz maka orang orang kaya mulai mendapat kesulitan untuk  membayar zakat karena  di negerinya  sudah tidak ada lagi orang  yang miskin dan  pantas menerima zakat. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan berkah terhadap negerinya karena keimanan dan ketakwaan dirinya sebagai khalifah dan juga ketakwaan rakyatnya.

Allah berfirman : “Walau anna ahlal quraa aamanuu wattaqau lafatahnaa ‘alaihim barakaatin minas samaa-i wal ardhi, wa laakin kadzdzabuu fa akhadznaa hum bimaa kaanu yaksibuun”. Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi. Tetapi ternyata (mereka) mendustakan (ayat ayat Kami) maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S al A’raaf 96).

Jadi masalahnya bukan pada jabatan atau pangkat. Bukan pada harta ataupun kekayaan tapi persolannya berada pada siapa yang memegang pangkat ataupun kekayaan tersebut.  Sungguh sebaik baik jabatandan sebaik baik harta adalah yang  digunakan untuk  mencari ridha Allah.

Mengenai jabatan dan harta, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : Adapun adanya jabatan dan harta bila dipergunakan untuk :

Pertama : Mencari ridha Allah.

Kedua : Menegakkan kebenaran

Ketiga : Mencari negeri akhirat

Keempat : Membantu terlaksananya ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Kelima : Tidak memperlambat jihad membela agama Allah, sebagaimana jabatan yang dipegang oleh Rasulullah, KKhalifah Abu Bakar dan Umar bin Khaththab.

Keenam : Tidak menghalangi dari mengingat perintah dan larangan Allah.
Maka jika demikian keadaanya, kata beliau,  ini termasuk paling besarnya nikmat yang Allah Ta’ala berikan kepada hamba-Nya. (Majmu’ Fatawa).    

Wallahu a’lam.   (210)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar