Sabtu, 14 Februari 2015

JANGAN SUKA BERANDAI ANDAI



JANGAN SUKA BERANDAI ANDAI

Oleh : Azwir B. Chaniago

Jangan suka berandai andai untuk masa lalu atau keadaan yang sudah terjadi. Ada yang berkata :  Seandainya dulu aku melakukan seperti ini maka tentu tidak akan menjadi begini. Seandainya  dulu aku tidak melakukan seperti ini maka tentu akan jadi begini. Sungguh model berandai andai yang semakna dengan ini sangatlah banyak terjadi di masyarakat. 

Salah satu contoh  dalam berandai andai adalah seperti ucapan  seorang ayah menyesali kehidupan anaknya yang kurang beruntung.   Si ayah  berkata kepada anaknya :  Coba andaikata dulu kamu  mengikuti nasehat ayah untuk mau kuliah tentu kamu bisa dapat gelar sarjana dan tentu hidupmu lebih baik dari sekarang. Ini salah satu contoh berandai andai dalam kehidupan.

Ketahuilah bahwa berandai andai untuk masa lalu itu bisa bermakna atau mengandung penolakan terhadap apa yang telah Allah takdirkan bagi seseorang atau terhadap sesuatu yang telah terjadi.

Perhatikanlah contoh berandai andai dan penyesalan seorang ayah yang tersebut diatas tadi. Ayahnya mengatakan : 

Pertama : Kalau kamu kuliah tentu dapat gelar sarjana. Statement ini meninggalkan pertanyaan : Lalu siapa yang menjamin mesti dapat gelar sarjana jika kuliah. Bukankah ribuan orang yang kuliahnya terputus dengan berbagai sebab yang terkadang karena sebab yang sepele saja. Bahkan ada yang putus kuliahnya ketika sudah berada pada semester akhir.   

Kedua : Kalau kamu punya gelar sarjana maka hidupmu tentu lebih baik dari sekarang. Ini juga menyisakan pertanyaan : Lalu siapa yang menjamin jika punya gelar sarjana akan memiliki kehidupan  lebih baik. Bukankah banyak orang yang tidak bersekolah, bahkan tidak bisa baca tulis, tapi jika Allah berkehendak mereka memiliki kehidupan yang baik. 

Tolong jangan salah paham tulisan ini bukan untuk melemahkan semangat orang orang untuk belajar. Belajarlah terus selagi ada kesempatan  sampai dapat gelar  S1, S2 dan kalau bisa S3. Sungguh belajar  ilmu yang bermanfaat adalah sesuatu yang  sangat baik dan sangat ditekankan dalam syariat Islam. Bahkan belajar suatu ilmu yang akan memberi manfaat bagi kaum muslimin  adalah wajib dalam Islam. Bukankah Rasulullah telah bersabda : “Thalibul ‘ilmi faridhatun ‘ala kulli muslim”. Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim (H.R Imam Ahmad). Ini adalah salah satu dalil yang tegas tentang wajibnya belajar bagi seorang muslim baik laki laki maupun perempuan.

Tulisan ini hanyalah bertujuan untuk mengingatkan penulis dan pembaca agar tidak senantiasa berkata kalau seandainya melakukan ini hasilnya mesti begitu. Apalagi berandai andai terhadap yang telah terjadi.

Oleh karena itu wajiblah bagi kita untuk sungguh sungguh yakin bahwa sesuatu yang terjadi di langit dan di bumi adalah kehendak dan ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, termasuk apapun yang telah dan akan terjadi pada diri setiap orang. Allah berfirman : “Qul lan yushiibanaa illa maa kataballahu lanaa, huwa maulaanaa” Katakanlah (Muhammad) sekali kali tidak akan menimpa kami melainkan apa  yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami. (Q.S at Taubah 51).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di berkata : Maksud ayat ini adalah bahwa Dia yang menakdirkannya dan memberlakukannya di Lauhul Mahfudz. Dialah pelindung kami yang mengurusi perkara kami, baik urusan agama maupun dunia. Maka kita wajib ridha terhadap takdir-Nya dan kita tidak memiliki sedikitpun hak dalam perkara kita. (Kitab Tafsir Karimir Rahman).    
  
Seseorang yang suka berandai andai sebenarnya telah membuka salah satu pintu syaithan untuk menggoda dan menipu dirinya. Rasulullah Salallahu ‘alaihi  wasallam bersabda : “Ahrish ‘ala maa yanfa’uka, wasta’in billahi, walaa ta’jaz, wain ashabaka syai-un falaa taqul : Lau anni fa’altu kaana kadzaa wa kadzaa. Walakin Qul : qadarullahi wa maa syaa-a fa’ala, fainna lau taftahu ‘amalasy syaithaan” .

Lakukanlah perbuatan yang bermanfaat untuk dirimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan bersikap lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu janganlah berkata : Seandainya aku lakukan begini dan begitu, akan tetapi katakanlah : Semuanya adalah ketentuan Allah yang melakukan segala keinginan-Nya, karena kata seandainya akan membuka tipu daya syaithan. (H.R Imam Muslim).

Syaikh as Sa’di berkata :  Jika seorang hamba ditimpa sesuatu yang tidak dia sukai maka janganlah ia mengatakan bahwa hal itu disebabkan karena ia tidak melakukan beberapa sebab. Menurut prasangkanya bila hal itu ia lakukan, maka akan memberikan manfaat buat dirinya. Akan tetapi serahkanlah kepada ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala agar imannya bertambah, hatinya akan tenang dan jiwanya tidak goncang. Dalam kondisi seperti ini kata kata seandainya hanya akan membuka perbuatan syaithan yang akan mengurangi keimanannya terhadap takdir. Bahkan menolak takdir dan membuka pintu kebimbangan, rasa sedih dan kelemahan hati (Bajat Qulub al Abrar).   

Ketahuilah bahwa seorang hamba tidaklah akan mencapai hakikat iman yang sempurna sampai ia mengetahui dan menerima  bahwa segala segala sesuatu yang terjadi seperti musibah yang menimpa ataupun nikmat yang ia terima adalah takdir atau ketetapan Allah  Subhanahu wa Ta’ala.

Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam.  (209)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar