Senin, 16 Februari 2015

AGAR MUSIBAH TERASA RINGAN

 

AGAR MUSIBAH TERASA RINGAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah.
Pada waktunya, Allah Rabbul ‘Alamin akan menurunkan ujian, cobaan ataupun musibah kepada hamba hamba-Nya. Ujian itu bisa jadi kepada dirinya, keluarganya, hartanya ataupun yang lainnya.

Banyak ayat al Qur an dan Hadits yang  telah menjelaskan tentang hal ini, diantaranya adalah : Allah berfirman : “Ahasiban naasu an yutrakuu an yaquuluu aamannaa wa hum laa yuftanuun” Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan dengan hanya mengatakan : “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji ?  (Q.S al Ankabuut 2)

Rasulullah bersabda :  “Matsalul mu’mini kamatsaliz zar’i, laatazaalur riihu tamiiluhu, walaa yazaalul mu’minu yushiibuhul bala’. Perumpamaan seorang mu’min tak ubahnya seperti tanaman, angin akan selalu meniupnya, ia akan selalu mendapat cobaan (H.R Imam Muslim).

Nasehat ulama agar ujian atau musibah terasa ringan. 

Para ulama memberikan nasehat bagaimana   agar ujian atau musibah bisa terasa lebih ringan, diantaranya adalah :  

Pertama : Imam Ibnul Qayyim al Jauziah.
Beliau berkata : Meringankan derita satu cobaan dapat dilakukan dengan dua perkara :

1.   Dengan menghitung hitung nikmat dan pertolongan yang telah diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada dirinya. Jika dia tidak mampu menghitungnya, niscaya derita yang dialaminya pun akan terasa ringan. Dia akan mengerti bahwa cobaan yang sedang dialaminya jika dibandingkan dengan nikmat dan pertolongan Allah kepadanya, maka musibah itu tdak lebih dari setetes air hujan.

2.     Hendaklah dia mengingat nikmat nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang pernah diberikan kepadanya, yaitu nikmat nikmat terdahulu, yang pernah dia rasakan. Dan hendaklah dia menghitung hitung pertolongan Allah Subhanahu wa  Ta’ala yang pernah dia terima.    

Beliau juga berkata : Diantara yang bisa membuat ringan dalam menghadapi ujian adalah hendaknya orang yang mendapat ujian atau musibah mengetahui bahwa orang orang yang tertimpa musibah itu ada pada setiap lembah bani Sa’ad (yaitu ada pada orang orang yang mendapat kebahagiaan).
 Ketahuilah bahwa kebahagiaan dunia adalah bunga tidur. Jadi jika engkau mendapatkan kebahagiaan, kebahagiaan itu hanyalah bersifat sementara. Tidaklah suatu rumah dipenuhi dengan kebaikan kecuali juga ia dipenuhi dengan berbagai ‘ibrah atau pelajaran. Dan tidaklah suatu rumah dipenuhi dengan hari yang penuh kebahagian kecuali ia juga akan dipenuhi dengan hari yang banyak penderitaan. 

Ibnu Mas’ud berkata : Bagi setiap kesenangan ada kesedihan. Tidaklah suatu rumah dipenuhi kebahagiaan kecuali rumah itu juga akan dipenuhi dengan tarah atau kesedihan. Ibnu Sirin berkata :  Tidak ada seorangpun yang tertawa kecuali pada suatu waktu ia juga akan menangis (Kitab Zaadul Ma’aad, Ibnul Qayyim).

Kedua : Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin.
Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin memberikan tuntunan buat kita agar terus menerus  berbaik sangka kepada Allah atas segala perbuatan-Nya 

1.     Engkau wajib husnuzhan, berbaik sangka kepada Allah terhadap perbuatan Allah di muka bumi.
2.     Engkau wajib meyakini bahwa apa yang Allah lakukan adalah untuk suatu hikmah yang sempurna. Terkadang akal manusia memahaminya terkadang tidak.
3.     Maka janganlah ada yang menyangka bahwa jika Allah melakukan sesuatu di alam ini karena kehendakNya yang buruk.

Demikian nasehat Syaikh Utsaimi dan dengan berbaik sangka kepada Allah atas setiap musibah, insya Allah hati menjadi lapang dan musibah atau ujian ataupun cobaan akan terasa ringan, insya Allah.

Kisah ‘Urwah bin Zubair.
Abi Dun-ya menceritakan tentang bagaimana kesabaran menghadapi musibah dan bagaimana pula besar usaha Urwah bin Zubair untuk selalu mengingat nikmat nikmat Allah sebagai penghibur kesedihannya. Ringkasan  kisahnya adalah bahwa dalam suatu perjalanan kakinya terserang penyakit yang disebut akillah yaitu penyakit yang dapat menggerogoti seluruh tubuhnya. Dokter memutuskan untuk memotong satu kakinya hingga pertengahan betis. Pada perjalanan itu juga ia ditimpa musibah anak laki lakinya Muhammad meninggal karena ditendang hewan tunggangannya.

Dalam kesedihannya karena dua musibah tersebut dia berkata : Ya Allah, aku memiliki tujuh anak kemudian Engkau mengambilnya satu  dan Engkau masih sisakan bagiku enam anak. Ya Allah, dahulu aku memiliki empat anggota tubuh yang lengkap, dua tangan dua kaki. Kini Engkau telah mengambil salah satunya dariku dan Engkau masih sisakan tiga bagiku. 

Sungguh “Urwah bin Zubair berusaha melihat nikmat nikmat yang masih ada padanya selain nikmat yang telah diambil oleh Allah darinya. Ini yang membuatnya ringan dalam menerima musibah. 

Mudah mudahan bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam. (212).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar