Kamis, 05 Februari 2015

JANGAN SUKA BURUK SANGKA



JANGAN SUKA BURUK SANGKA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh buruk sangka termasuk perangai yang perlu dijauhi. Tidaklah patut seorang muslim mengikuti prasangka buruknya kepada sesama muslim. Tidak boleh bagi siapapun merusak harga diri saudaranya sesama muslim apalagi hanya berdasarkan dugaan dan prasangka yang belum tentu benar.

Allah berfirman : “Wa maa yattabi’u aktsaruhum illaa zhanna, innazh zhanna laa yughnii minal haqqi syai-a, innallaha ‘alimun bimaa yaf’aluun” Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sungguh persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang mereka kerjakan (Q.S Yunus 36)

Allah juga berfirman : Yaa aiyuhal ladzina aamanuj tanibuu katsiran minazh zhaani, inna ba’dhazh zhanni itsmun” Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan) karena sebagian prasangka itu adalah dosa”. (Q.S al Hujurat 12)

Berkenaan dengan ayat ini al Imam Ibnu Katsir berkata : Allah melarang para hamba-hambaNya yang beriman, dari perbuatan curiga, prasangka, dan dugaan, baik kepada keluarganya, kerabat atau manusia pada umumnya jika tidak pada tempatnya. Sebab pada sebagian prasangka dan curiga itu terdapat dosa, maka jauhilah perbuatan banyak curiga sebagai pencegah dari dosa.

Seorang muslim adalah orang yang selalu memberi udzur kepada orang lain sehingga batinnya selamat. Sedangkan orang munafik adalah orang yang selalu mencari-cari kesalahan dan aib orang lain karena batinnya buruk.

Rasulullah bersabda:“Iyyaakum wazh-zhan. Fainnazh zhanna ahdzabul haditsi” Waspadalah kalian terhadap prasangka karena prasangka adalah seburuk buruk perkataan (H.R Imam Bukhari dan Imam  Muslim).

Umar bin Khaththab mengatakan: “Janganlah kamu curiga terhadap suatu ucapan yang terlontar dari saudaramu sesama muslim, melainkan lihatlah kebaikan, selagi dirimu masih mendapatkan celah kebaikan dalam ucapan tersebut (Kitab al Zuhd, Imam Ahmad).

Ketahuilah bahwa buruk sangka sering terjadi karena seseorang itu tidak mengetahui suatu keadaan secara benar sehingga muncul prasangka yang tidak jelas arahnya. Oleh karena itu seorang hamba semestinya takut kepada Allah dan selalu berhati hati jika muncul perasaan buruk sangka dalam dirinya. 

Sungguh Allah telah mengingatkan dalam firman-Nya :“Walaa taqfu maa laisa laka bihii ‘ilmun, innas sam’a wal bashara wal fu-aada kullu ulaaika kaana ‘anhu mas-uulaa.   Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya. (Q.S al Isra 36)

Imam asy Syaukani, dalam Kitab Fathur Rabbani menceritakan : “Pernah dikisahkan bahwa ada seorang penguasa yang hendak menghukum dengan hukuman mati seorang rakyatnya karena kesalahan yang tidak seberapa. Lalu ada seorang ulama yang berusaha dan berupaya melobi penguasa agar memaafkan dan tidak menghukum mati orang itu. Akhirnya terjadilah kesepakatan bahwa hukuman mati dibatalkan dan diganti dengan hukuman cambuk. Tentu ulama ini sangat senang karena usahanya orang yang bersalah ini bisa diselamatkan. 

Tapi penguasa memberi syarat bahwa hukuman beberapa kali cambukan itu harus dilaksanakan di depan orang banyak dan yang melakukan cambukan haruslah ulama tadi. Pada saat pelaksanaan cambukan orang orang mencela, mencemooh bahkan ada yang menghina ulama tadi yang telah bekerjasama dengan penguasa untuk menzhalimi manusia dengan hukuman cambuk tersebut”.

Andaikata orang orang tahu fakta dan jalan cerita yang sesungguhnya tentu mereka akan sangat berterima kasih dan mendoakan kebaikan bagi ulama itu, bukan mencela dan menghinanya. Sungguh ini adalah satu contoh akibat berburuk sangka, tanpa mengetahui kejadian yang sebenarnya.  

Wallahu A’lam. (200)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar