Sabtu, 21 Februari 2015

BERLAKU BAIK KEPADA YANG BERSALAH



BERLAKU BAIK KEPADA YANG BERSALAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Berlaku baik kepada orang yang bersalah apalagi memaafkannya  adalah sangat tidak mudah untuk dilakukan. Mungkin mudah dalam ucapan. Kenapa, karena  memang umumnya manusia tidak suka diperlakukan tidak baik. Jika dizhalimi, maka kecendrungan manusia adalah membalas kalau perlu membalas dengan  yang lebih zhalim lagi. Apalagi jika dia mampu dan punya kekuasaan dan kekuatan untuk membalas.

Sungguh Rasulullah diutus membawa risalah Islam ini betul betul  rahmatan lil a’alamin. Ketahuilah bahwa di dalam Islam umatnya dianjurkan untuk tetap berlaku baik terhadap orang yang bersalah. Bahkan dianjurkan pula untuk memberi maaf. Wallahu A’lam, inilah salah satu makna dari Islam adalah agama rahmatin lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam. 
 
Sungguh sangatlah banyak contoh dari  Rasulullah dan para sahabat yang memberikan pelajaran bagi kita untuk senantiasa berbuat baik kepada orang orang yang bersalah. Diantaranya adalah :

Pertama : Kisah Rasul berdakwah ke Thaif. 
Sewaktu Rasulullah berdakwah ke Thaif ternyata penduduk Thaif menolak dakwah beliau. Bukan hanya menolak bahkan mereka memperlakukan Nabi dengan tidak baik, ada yang mencaci, berkata kasar bahkan menyakiti beliau.
Dalam keadaan demikian Malaikat Jibril datang dan berkata kepada beliau : Wahai Muhammad, Allah telah mendengar ucapan mereka kepada engkau. Ini ada malaikat penjaga gunung yang diutus Allah kepadamu untuk mentaati segala yang engkau perintahkan kepadanya. Jika engkau menghendaki niscaya malaikat penjaga gunung ini akan meratakan negeri Thaif dengan tanah. 

Terhadap tawaran Jibril  ini Rasulullah hanya menjawab : “Bal arjuu an yukhrijallahu  min ashlaabihim man ya’budhullaha wahdahu laa yusyriku bihi syai-an.” Tidak, bahkan aku berharap  dari keturunan mereka akan muncul orang yang beribadah kepada Allah yang tidak menyekutukannya dengan sesuatu. 

Didalam riwayat yang lain disebutkan  bahwa Rasulullah berdoa : “Rabbighfir li qaumii fa innahum laa ya’lamun.”   Ya Rabb beri petunjuk kepada kaumku, karena mereka tidak mengerti. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Kedua : Kisah seorang Arab Badui buang air kecil di masjid
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, beliau berkata : Seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia buang air kecil  di salah satu sisi masjid. Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang tindakan para sahabat tersebut. Tatkala orang tadi telah menyelesaikan hajatnya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas memerintahkan para sahabat untuk mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disirami. (HR. Bukhari no. 221 dan Muslim no. 284)
Atas kejadian ini para sahabat memang geram dan menghardik Badui ini. Tetapi  Rasulullah bersikap santun dan memberi nasehat dengan arif kepada orang Badui ini. Beliau bersabda : “Sesungguhnya Masjid adalah tempat beribadah kepada Allah dan bukanlah tempat membuang kotoran. (H.R Imam Muslim).

Diantara faedah dengan sikap santun Rasulullah dalam hal ini, disebutkan oleh  Syaikh Utsaimin  : Nabi shallallahu alaihi wa sallam memiliki sikap yang sangat bagus dalam menyikapi umatnya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam melarang para sahabat untuk menghardik orang ini karena ada bahaya yang ditimbulkan di balik itu. Di antara bahayanya adalah akan memudharatkan orang ini disebabkan kencing yang diperintahkan dihentikan seketika. Bahaya lainnya adalah aurat orang ini bisa terbuka karena kaget, sehingga berbalik, kemudian para sahabat kemungkinan bisa melihat auratnya. Kalau dia masih tetap kencing lalu dipaksa berhenti, maka  kemungkinan celananya bisa terkena najis. Bahkan najisnya akan meluas di tempat dia kencing, bahkan bisa mengena ke bagian masjid lainnya. (Syarah Bulughul Maram).

Ketiga : Kisah orang miskin mengumpuli istri ketika berpuasa.
Lihatlah bukti sikap baik Rasulullah terhadap orang yang bersalah dalam kisah ini. Abu Hurairah berkata : “Tatkala kami sedang duduk duduk di sekitar Rasulullah datanglah seorang laki laki. Dia berkata : Wahai Rasulullah, celakalah aku. Beliau bertanya : Ada apa denganmu ?. Dia menjawab saya telah mengumpuli istri saya pada hal saya sedang berpuasa. 

Rasulullah lalu bertanya : Apakah engkau memiliki seorang budak yang bisa engkau bebaskan ? Dia menjawab : Tidak. Rasulullah kembali bertanya : Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut turut  ?. Dia menjawab : Tidak. Rasulullah bertanya lagi : Apakah kamu mampu memberi makan kepada enam puluh orang miskin. ? Dia menjawab : Tidak wahai Rasulullah. 

Lalu Rasulullah diam sejenak. Tiba tiba dibawakan sekeranjang kurma kepada Rasulullah. Lalu beliau bertanya : Mana laki laki yang tadi bertanya ? Dia menjawab : Saya ya Rasulullah. Beliau berkata : Ambillah sekeranjang kurma ini dan bersedekahlah dengan kurma ini. Laki laki tadi malah berkata : Apakah kepada orang yang lebih miskin dari saya wahai Rasulullah ? Demi Allah tidak ada keluarga di daerah ini yang lebih miskin daripada saya.

Rasulullah akhirnya tertawa hingga gigi geraham beliau terlihat. Lalu bersabda : “Berikanlah kurma ini kepada keluargamu”. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).       
Keempat : Ali bin Abi Thalib memperlakukan pembunuhnya dengan baik.
Sungguh ini juga pelajaran yang sangat berharga bagi seorang hamba  yang ingin berbuat baik kepada orang berbuat salah meskipun akhirnya dia harus dihukum sesuai syariat karena kesalahannya.

Peristiwa  ini terjadi pada tahun 40 H. Ali bin Abi Thalib ditikam oleh Abdurrahman bin Muljam, seorang Khawarij tulen, pada waktu baru keluar dari rumah untuk melaksanakan shalat shubuh di Masjid. Ali bin Abi Thalib menderita luka parah kena tikaman pisau.  Ibnu Muljam mengatakan bahwa pisau itu sudah diberinya  racun selama tujuh hari  sehingga tidak ada kemungkinan Ali akan sembuh dari lukanya itu.
Dalam keadaan kritis tersebab tikaman pisau beracun itu Ali bin Abi Thalib masih memperlihatkan ketinggian dan kemuliaan akhlaknya yaitu akhlak yang dituntun oleh Islam. Beliau bertanya kepada orang orang : Apa tindakan yang kalian lakukan terhadap orang yang telah menikamku. Lalu ada yang menjawab : Kami sudah menangkapnya. 

Ali bin Abi Thalib meminta kepada orang orang agar memperlakukan Ibnu Muljam yang telah menikamnya itu dengan baik. Beliau berkata : Beri dia makan dengan makananku dan beri dia minum dengan minumanku. Jika aku masih hidup serahkan urusan orang itu kepadaku. Kalau aku mati bunuhlah dia dengan sekali tebasan pedang, jangan lebih. (DR. Utsman bin Muhammad al Khamis, Kitab Hiqbah Minat Taariikh).

Semoga ini menjadi i’tibar atau pelajaran bagi kita untuk berlaku baik kepada seseorang yang melakukan kesalahan.

Wallahu A’lam.  (215)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar