Jumat, 15 April 2016

SUNGGUH MERUGI ORANG YANG MENCINTAI DUNIA



SUNGGUH MERUGI ORANG YANG MENCINTAI DUNIA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Aslinya, manusia adalah penduduk surga. Mereka ditetapkankan Allah Ta’ala  untuk menghuni dunia adalah  sementara supaya bisa  mempersiapkan bekal agar bisa kembali ke tempat asal yaitu surganya Allah yang penuh kenikmatan. Jadi sangatlah merugi orang orang yang mencintai dunia apalagi berlebihan karena dunia ini adalah sementara bahkan fatamorgana. Allah berfirman : “Walal aakhiratu khairul laka mina uula”  Dan sungguh yang kemudian itu lebih baik bagimu dari pada yang permulaan (Q.S ad Duhaa 4). 

Ada beberapa sebab yang membuat rugi pencinta dunia sehingga lalai dalam urusan akhirat. Diantaranya adalah :  
   
 Pertama : Prof. DR. Hamka, dalam Kitab Tafsir al Azhar mengatakan bahwa tidak ada kegunaan yang lain manusia ini diciptakan Allah kecuali hanya untuk beribadah kepada-Nya. Allah berfirman : “Wa maa khalaqtul jinna wal insa illaa li ya’buduun” Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzaariat 56). 

Oleh karena itu manusia wajib menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Janganlah seorang muslim mau ditipu oleh dunia sehingga lalai dalam beribadah kepada Allah. Akibatnya adalah kerugian yang besar dan tidak bisa kembali ke negeri asalnya yaitu surga.

Seseorang yang mencintai dunia biasanya adalah  karena  dia  disibukkan dalam mengurus usaha, pekerjaan, harta dan keluarga secara berlebihan. Sehingga membuatnya lalai dalam mengingat Allah dan beribadah kepada-Nya.

Allah berfirman :  “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu laa tulhikum amwaalukum walaa aulaadukum ‘an dzikrillahi wa man yaf’al dzaalika faulaa-ika humul khaasiruun” Wahai orang orang yang beriman. Janganlah harta bendamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang orang yang rugi.  (Q.S al Munaafiquun 9).  

Kedua :  Mencintai dunia berarti mengagungkannya.  Mengagungkan sesuatu yang hina dimata Allah adalah termasuk dosa besar. Pada hal dunia sangat hina di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah telah mengingatkan dalam sabdanya tentang kehinaan dunia. “Fa wallahi laddun-yaa ahwanu ‘alallahi min hadzaa ‘alaikum” Demi Allah, sungguh dunia itu lebih hina bagi Allah dari pada (bangkai anak kambing) ini bagi kalian (H.R Imam Bukhari).  

Ketiga : Ketahuilah saudaraku, bahwa manusia yang mencintai dunia menjadikan dunia sebagai cita cita  yang ingin dikejarnya. Sungguh, seseorang yang menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya maka Allah akan mencerai beraikan urusannya dan kedua tangannya akan dipenuhi dengan kesibukan untuk urusan dunia sehingga kerugianlah yang akan didapatnya.

Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah dunia maka Allah akan mencerai beraikan urusannya. Menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya dan dia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah negeri akhirat, Allah Ta’ala akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan dihatinya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina” (H.R Imam Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah Hadits ash Shahihah).

Rasulullah bersabda : “Wahai anak keturunan Adam. Curahkanlah waktumu untuk beribadah kepadaKu, niscaya akan Aku penuhi dadamu dengan kekayaan (kecukupan) dan Aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya maka Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan tutup kefakiranmu” (H.R Imam at Tirmidzi dan Imam Ahmad, Lihat Silsilah Hadits Shahih Syaikh al Albani). 
   
Oleh karena itu maka seorang hamba yang berakal (sehat) hanya akan mengambil atau mencari dunia ini sekedar kebutuhan  untuk menopang dirinya agar bisa beribadah dengan baik kepada Allah Ta’ala. Dengan demikian maka dia akan menjadi orang yang beruntung dan dengan rahmat Allah Ta’ala dia bisa kembali ke negeri asalnya yaitu surga dengan selamat.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (638)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar