Minggu, 10 April 2016

INGIN MENJADI BAGIAN DARI ORANG ORANG YANG SEDIKIT



INGIN MENJADI BAGIAN DARI ORANG ORANG YANG SEDIKIT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Banyak sekali dalil-dalil yang terdapat di dalam al Qur-an maupun as-Sunnah yang memerintahkan kita untuk senantiasa bersyukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan melarang kita untuk kufur terhadap nikmat-Nya.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu kufur terhadap (nikmat)-Ku.” (Q.S al Baqarah 152).

Syaikh Abdurrahman Naashir as-Sa’di rahimahullah berkata : Yakni bersyukurlah kalian terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepada kalian dan juga terhadap tercegahnya adzab dari kalian. Di dalam syukur harus terkandung pengakuan dan kesadaran bahwa nikmat itu semata-mata dari Allah semata, dzikir dan pujian yang diucapkan melalaui lisannya serta ketaatan anggota badannya untuk semakin tunduk dan patuh dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya”.

Syaikh as Sa’di menambahkan : Dan karena lawan dari syukur adalah kufur, maka Allah Ta’ala telah melarang darinya: Dan janganlah kamu kufur terhadap (nikmat)-Ku. Yang dimaksud dengan kufur di sini adalah sesuatu yang menjadi lawan dari syukur, yakni kufur terhadap nikmat-Nya. Namun terkandung juga di dalamnya, makna kufur yang sifatnya umum, yang paling besar adalah kufur kepada Allah, kemudian berbagai macam dan jenis maksiat. (Kitab Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Sungguh ternyata bahwa sedikit sekali dari hamba hamba Allah yang bersyukur.
Ini sebagaimana dijelaskan Allah Ta’ala dalam banyak ayat al Qur-an. Diantaranya adalah seperti berikut ini :

Pertama : Allah berfirman : “Wa laqad makkannaa kum fil ardhi wa ja’alnaa lakum fiihaa ma’aabits. Qaliilan maa tasykuruun”. Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan disana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikir sekali kamu bersyukur.  (Q.S al A’raf 10). 

Kedua : Allah berfirman : “Innallaha ladzuu fadhlin ‘alan naasi wa lakin aktsaran naasi laa yasykuruun”. Sesungguhnya Allah memberikan karunia kepada manusia tetapi kebanyakan mereka tidak bersyukur.(Q.S al Baqarah 243).

Ketiga : “Wa huwal ladzii ansya-alakumus sam’a wal abshaara wal af-idatun, qaliilan maa tasykuruuun”. Dan Diala yang telah menciptakan bagimu pendengaran,penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.   (Q.S al Mu’minun 78). 

Dari ayat ayat ini diketahui dengan jelas bahwa kebenaran atau kebaikan bukan ditentukan oleh orang banyak yang mengamalkannya.  Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah berkata: “Orang yang berakal sehat jangan tertipu dengan kebanyakan manusia, karena kebenaran tidak ditentukan karena banyak orang yang berbuat, akan tetapi kebenaran adalah syariat Allah ‘Azza wa Jalla yang diturunkan kepada Rasulullah”. 

Jadi  jelas sekali  bahwa sedikit  manusia yang bersyukur. Oleh sebab itu sangatlah baik menjadi bagian dari orang orang yang sedikit ini yaitu selalu bersyukur atas nikmat yang dianugerahkan  Allah Ta’ala. 

Az Zamakhsyari menyebutkan  dalam kitab tafsirnya tentang Umar bin Khaththab yang mendengar doa seseorang.  Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar seseorang memanjatkan doa : Ya Allah jadikanlah aku bagian dari  orang-orang yang sedikit. Umar terheran dan berkata, “Doa apa ini ?” Orang tersebut menjawab : Aku pernah mendengar firman Allah (yang artinya): Sedikit di antara hamba-Ku yang mau bersyukur. Aku pun berdoa pada Allah agar aku termasuk yang sedikit.” Umar pun berkata : Ternyata setiap orang lebih tahu dari Umar.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (630)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar