Selasa, 12 April 2016

JANGAN DUDUK DI MAJLIS YANG MENYIA NYIAKAN WAKTU



JANGAN IKUT DUDUK DI MAJLIS 
YANG MENYIA NYIAKAN WAKTU

Oleh : Azwir B. Chaniago

Seorang hamba yang baik keislamannya tentu akan selalu berusaha menggunakan waktunya untuk yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya. Sunguh Rasulullah telah bersabda : “Min husni islamil mar’i tarkuhu ma laya’niih” Paling baiknya Islam seseorang (ialah) meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat. (H.R Ibnu Majah, dalam Shahihul Jami’).

Imam Ibnu Rajab antara lain menjelaskan : Maksud hadits ini,  salah satu tanda  bagusnya keislaman seseorang adalah meninggalkan apapun yang tidak perlu baginya baik itu berupa perkataan dan perbuatan. Ia hanya akan berkata dan berbuat apa yang perlu baginya. Keperluan yang dimaksud adalah perkara yang ia butuhkan sehingga ia mencari dan mengharapkannya.

Selanjutnya Ibnu Rajab berkata : Para ulama salaf sangat memuji orang diam yang ingin meninggalkan keburukan dan perkara yang tidak perlu baginya. Mereka selalu membina dan memperjuangkan diri untuk diam dari hal-hal yang tidak perlu bagi mereka. (Jami’ul Ulum wal Hikam).

Imam Hasan al Bashri berkata : Salah satu tanda jauhnya Allah dari hamba-Nya adalah Allah menjadikan orang tersebut sibuk dengan perkara-perkara yang tidak perlu baginya. Hal itu sebagai bentuk penghinaan terhadapnya.

Sungguh waktu kita di dunia  sangatlah terbatas dan kita tidak tahu kapan kita akan meninggalkan dunia ini sedangkan perbekalan kita masih sedikit. Oleh karena itu seorang hamba tidak akan mau tertipu dengan nikmat waktu yang diberikan Allah Ta’ala kepadanya. 

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda : “Nikmataani maghbunun fihima kasyirum minannasish shihatu wal faragh”  Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang (H.R. Imam Bukhari). 

Ibnu Baththaal rahimahullah mengatakan: “Makna hadits ini, bahwa seseorang tidaklah menjadi orang yang longgar (punya waktu luang) sehingga dia tercukupi (kebutuhannya) dan sehat badannya. Barangsiapa dua perkara itu ada padanya, maka hendaklah dia berusaha agar tidak tertipu, yaitu meninggalkan syukur kepada Allah terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Dan termasuk syukur kepada Allah adalah melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Barangsiapa melalaikan hal itu, maka dia adalah orang yang tertipu”. (Fathul Bari).

Diantara penyebab seseorang tertipu dengan waktu adalah suka duduk duduk di majlis yang menyia nyiakan waktu seperti berkumpul dengan teman teman lalu membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Mereka saling berebut berbicara, berkomentar dalam hal hal yang sepele dan tidak bermanfaa karena tidak ada hubungan dengan kepentingan mereka. Ada pula yang berbicara dan berkomentar terhadap sesuatu yang sebenarnya dia tidak tahu. Bahkan ada pula  yang bersenda gurau, mengeluarkan cerita bohong dan koleksi lelucon sehingga suasana menjadi ramai.

Memang di zaman ini banyak manusia yang suka berkumpul kumpul di satu tempat lalu banyak membicarakan hal hal yang tidak bermutu dan tidak pula bermanfaat. Bahkan terkadang pembicaraan mereka jatuh kepada perkara perkara yang dilarang seperti ghibah, namimah, memfitnah dan yang lainnya. Mereka mengobrol tentang ini dan itu serta bersenda gurau, banyak tertawa yang semuanya bisa  membuat hati menjadi keras. 

Padahal Rasulullah telah memberikan tuntunan yaitu ketika beliau ditanya oleh Uqbah bin Amir : Apa itu keselamatan ?. Maka Rasulullah bersabda : “Amsik ‘alaika lisaanaka, wal yasa’ka baituka, wabki ‘ala khati-atika”. Jagalah olehmu lisanmu, hendaklah engkau tetap di rumahmu (dengan melaksakan ketaatan kepada Allah) dan tangisilah dosa dosamu. (H.R at Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh al Albani).  

Ketahuilah bahwa duduk duduk di majlis yang menyia nyiakan waktu adalah kerugian karena disitu biasanya dibicarakan hal hal yang tidak bermanfaat dan dihadiri oleh orang orang yang suka melalaikan waktu. Sungguh orang yang cerdas adalah yang bergaul dengan orang orang yang dapat membantunya untuk selamat dari kemurkaan dan siksa Allah. Dia bergaul dengan orang orang shalih yang akan membawa dirinya kepada ketaatan. Oleh sebab itu pandai pandailah memilih teman untuk bergaul.

Rasulullah bersabda : “Al mar-u ‘alaa diini khaliilihi, fal yanzhur ahadukum man yukhaalil”. Seseorang itu tergantung dari agama sahabat karibnya maka hendaklah salah seorang di antara kalian memperhatikan dengan siapa ia bersahabat karib. (H.R Abu Dawud, at Tirmidzi, Imam Ahmad dan al Hakim).

Syafiyuddin al Huliy memberi nasehat dalam syairnya : Berkumpul dengan manusia tidak ada manfaatnya. Selain berbicara tidak karuan dan desas desus. Maka sedikitkanlah berkumpul dengan manusia. Kecuali jika untuk menuntut ilmu atau memperbaiki keadaan.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.  (634)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar