Sabtu, 30 April 2016

IBARAT SESEORANG MEMEGANG BARA API



IBARAT SESEORANG MEMEGANG BARA API

Oleh : Azwir B. Chaniago

Zaman sekarang disebut sebagai akhir zaman karena sudah semakin dekat berakhirnya dunia ini beserta segala isinya. Dan dizaman ini pula akan semakin banyak fitnah atau ujian. Oleh karena itu, jika seorang hamba tidak mau jatuh kepada kerugian dan kebinasaan maka dia harus semakin kokoh berdiri di atas agamanya yang lurus meskipun sangatlah berat. 

Rasulullah telah mengingatkan umatnya tentang hal ini dalam sabda beliau :  “Ya’tii ‘alannaasi zamaanul qaabidhu ‘alaa diinihi kalqaabidhi ‘alal jamr”. Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api. (H.R at Tirmidzi, dishaihkan oleh Syaikh al Albani).

Itulah perumpamaan yang diberikan oleh Rasulullah tentang betapa beratnya memegang agama yang benar di akhir zaman ini yaitu bagaikan memegang bara api. Memegang bara api tentulah sangat berat karena panasnya dan jika dilepaskan berarti seseorang melepaskan agamanya. 

Imam al Munawi rahimahullah dalam menjelaskan hadits ini beliau berkata : Nabi Shallallahualaihi wasallam mengibaratkan dengan perumpamaan yang bisa dicerna secara inderawi. Maksudnya orang yang bersabar dalam berpegang pada hukum Al Qur’an dan As Sunnah, akan mendapatkan perlakuan keras dan kesulitan-kesulitan dari ahlul bid’ah dan orang-orang menyimpang. (Mereka) dianalogikan bagai memegang bara api dengan genggaman tangannya, bahkan lebih dahsyat dari itu.(Faidhul Qadir).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di berkata : “Pada akhir zaman akan sedikit kebaikan dan sebab-sebabnya, merajalela keburukan dan sebab-sebabnya dan pada saat itu orang yang berpegang teguh dengan agama sangat sedikit jumlahnya. Yang sedikit ini berada dalam keadaan kesusahan (karena banyaknya fitnah) sebagaimana orang yang mengenggam bara api karena banyak yang menentang dan banyak fitnah yang menyesatkan, fitnah syubhat, keraguan, berpaling dari kebenaran, fitnah syahwat dan condongnya makhluk kepada dunia dan tenggelam dengan kemilau dunia baik zhahir dan batin.”(Bahjah Qulubil Abrar)

Sungguh tentulah tidak nyaman  menggenggam bara api yang memang panas dan bisa membahayakan diri dan agama seseorang. Lalu bagaimana seseorang bisa menjaga dan menyelamatkan agama  dizaman ini meskipun menghadapi finah atau ujian yaitu ibarat  memegang bara api yang membakar. Diantaranya adalah :

Pertama : Ikhlas dalam memegang dan menjalankan agama ini.
Makna   ikhlas adalah  niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niat dari segala sesuatu  yang bisa merusaknya. Ketahuilah bahwa  fitnah atau ujian dalam agama itu di akhir zaman memang berat tetapi keikhlasan dalam memegangnya untuk mencari ridha Allah maka insya Allah akan menjadi lebih ringan.

Allah Subhanahu Ta’ala berfirman : “Wamaa umiruu illaa liya’budullaha mukhlishiina lahuddiin. Padahal mereka hanya diperintah untuk menyembah Allah dengan ikhlas mantaatiNya semata mata karena (menjalankan) agama. (Q.S al Baiyinah 5).
   
Kedua : Memegang agama ini dengan kaffah.
Diantara yang bisa membuat ringannya ujian dan cobaan dalam beragama adalah dengan memegang dan menjaga agama ini  secara kaffah. Pegang keseluruhan, tidak setengah setengah. Fitnah dalam agama ini diibaratkan dengan bara api maka ketahuilah kalau bara api itu kita pegang dengan kuat maka dia akan lumat dan apinya bisa mati. Wallahu A’lam.
    
Allah Ta’ala berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuudkhulu fiis silmi kaaffah” Wahai orang orang yang beriman !. Masuklah kedalam Islam secara keseluruhan.  (Q.S al Baqarah 208).

Syaikh as Sa’di berkata : Ini adalah perintah Allah Ta’ala kepada orang orang yang beriman untuk masuk “ke dalam Islam kaffah, keseluruhan” maksudnya dalam seluruh syariat syariat agama. Mereka tidak meninggalkan sesuatu pun dari agama. Bahkan menjadi satu hal yang wajib yang mana nafsunya tunduk pada agama. Ia melakukan segala perbuatan baik dengan segala kemampuannya. Dan apa yang tidak mampu dia lakukan maka dia berusaha dan berniat melakukannya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman). 

Ketiga : Sabar dalam menanggung kesusahan.
Fitnah atau ujian di zaman ini terasa sangatlah berat bahkan diibaratkan oleh Rasulullah seperti memegang bara api. Jika dipegang sangatlah panas dan jika dilepaskan berarti melepaskan agama. Sungguh keadaan ini membutuhkan kesabaran yang luar biasa. 

Syaikh al Mubarakfuri menukil perkataan al Qari : Tidak mungkin menggenggam bara api kecuali dengan kesabaran yang amat sangat dalam menanggung kesusahan. Ini bisa terjadi pada zaman yang tidak bisa terbayangkan lagi bagaimana bisa menjaga agama kecuali dengan kesabararan yang besar. (Tuhfatul Ahwadzi).

Imam Hasan al Bashri berkata : Mereka diperintahkan agar bersabar di atas agama yang telah Allah Ta’ala ridhai untuk mereka yaitu agama Islam. Jangan sampai mereka meninggalkannya dengan sebab senang atau susah, sengsara atau sejahtera, sehingga mereka mati dalam keadaan sebagai orang Islam. Dan agar mereka menambah kesabaran menghadapi musuh musuh yang menyembunyikan agama mereka (Tafsir Ibnu Katsir).

Keempat : Memiliki ilmu tentang agama ini.
Seorang hamba yang hidup di zaman fitnah ini haruslah tegar di atas kebenaran. Untuk itu haruslah berusaha memiliki ilmu yang cukup sehingga bisa mengetahui mana yang benar mana yang salah, mana yang halal dan mana yang haram.  Ini adalah salah satu pagar menghadapi fitnah sehingga bara api nya tidak menjadi jadi.

Rasulullah bersabda : “Innamal ‘ilm bit ta’allum, wa innamal huluma bit tahallum. Waman yatahararal kahira yu’tihi waman yatawaqqay syarra yuuqah” Sesungguhnya ilmu didapat dengan belajar dan sesungguhnya hilm (ketenangan, kesabaran) didapat dengan melatihnya. Barangsiapa yang berusaha untuk mendapatkan kebaikan maka Allah akan memberikannya. Barang siapa yang berusaha untuk menghindari keburukan niscaya akan terhindar darinya. (H.R ath Thabrani, dihasankan oleh Syaikh al Albani).

Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (652)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar