Selasa, 16 Februari 2016

WAJIB IKHLAS DAN ITTIBA' DALAM BERSHALAWAT




WAJIB IKHLAS DAN ITTIBA’ DALAM BERSHALAWAT  

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh bershalawat kepada Rasulullah adalah   merupakan salah satu ibadah mulia karena bershalawat itu disyariatkan. Allah Ta’ala memerintahkan orang orang yang beriman untuk bershalawat kepada Nabi. Bahkan Allah dan para malaikat-Nya juga bershalawat kepada Rasulullah. 

Allah berfirman : “Innallah wal malaaikatahuu yushalluuna ‘alannabiyi. Ya aiyuhalladzina aamanuu shallu ‘alaihi wa sallimuu  tasliimaa”  Sesungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya. (Q.S al Ahzaab 56).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam Kitab Tafsirnya tentang maksud ayat ini adalah bahwa : Allah Ta’ala memberitahu para hamba-Nya akan kedudukan Rasulullah di sisinya dan dihadapan para malaikat. Dimana Allah memuji beliau dihadapan malaikat. Begitu pula para malaikat bershalawat kepada beliau. Lalu Allah Ta’ala memerintahkan kepada para penghuni bumi untuk bershalawat dan mengucapkan salam kepada beliau agar berpadu pujian penghuni langit dan para penghuni bumi semuanya untuk beliau.

Syaikh as Sa’di berkata : Ayat ini mengandung pemberitahuan akan kesempurnaan Rasulullah dan ketinggian derajatnya serta kemuliaan kedudukannya di sisi Allah dan di sisi makhluk-Nya dan juga ketinggian kemasyhurannya. Allah dan malaikat malaikatnya bershalawat untuk Nabi, maksudnya adalah Allah memujinya dihadapan para malaikat-Nya dan malaikat muqarrabun (dekat dengan Allah) yang paling tinggi kedudukannya karena kecintaan Allah Ta’ala kepada Rasulullah dan para malaikat yang muqarrabun pun memuji dan mendoakannya.

“Wahai orang orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. Yaitu : (1) Dengan meneladani Allah dan para malaikat-Nya dan sebagai balasan baginya atas sebagian haknya pada diri kalian. (2) Sebagai pelengkap iman kalian untuk menghormati, mencintai  dan memuliakannya. (3) Dan untuk menambah amal kebajikan kalian serta penghapus bagi dosa dosa kalian. (Tafsir Karimir Rahman). 

Tidaklah ada khilaf atau perbedaan pendapat diantara ulama bahwa ibadah memiliki dua syarat supaya diterima Allah dan bermanfaat bagi yang melakukannya yaitu (1) Dilakukan dengan ikhlas karena Allah dan (2) Ittiba’ yaitu sesuai dengan tuntunan dari Rasulullah.

Bershalawat kepada Nabi adalah sesuatu yang disyariat sehingga memiliki  nilai ibadah dan berpahala disisi Allah Ta’ala bagi yang mengamalkannya. Oleh karena itu shalawat harus dilakukan dengan dua syarat tadi yaitu ikhlas dan ittiba’. Jadi, setiap shalawat yang kita baca haruslah :

Pertama : Tidak mengharapkan dari amalan tersebut kecuali ridha Allah Ta’ala dan berharap pahala dari-Nya. 

Kedua : Ittiba’ dalam shalawat yaitu : (1) Mencontoh atau mengikuti redaksi shalawat yang diajarkan oleh Rasulullah sehingga tidak sampai berlebih lebihan atau ghuluw. (2)  Tidak membuat redaksi shalawat sendiri karena Rasulullah telah mengajarkan bagaimana cara bershalawat kepada beliau. (3) Bershalawat pada moment atau waktu waktu yang diajarkan dan dicontohkan beliau.

Kita memang terkadang menyaksikan pada zaman ini ada sebagian orang yang bershalawat kepada Nabi dengan shalawat yang memuat unsur ghuluw bahka ada yang bisa jatuh kepada kesyirikan. Shalawat tersebut (barangkali dikarang sendiri atau dikarang oleh gurunya?) tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah. 

Oleh karena itu, ada baiknya,  sama sama kita periksa kembali  shalawat yang kita amalkan selama ini apakah (1)  Sudah betul betul ikhlas karena Allah Ta’ala dan (2) Dengan redaksi shalawat serta waktu waktu bershalawat yang telah diajarkan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. 

Insya Allah bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam. (576)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar