Sabtu, 13 Februari 2016

RASULULLAH MENGAJARKAN LEMAH LEMBUT



RASULULLAH MENGAJARKAN LEMAH LEMBUT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi  wasallam memiliki akhlak yang sangat luhur. Allah Ta’ala telah memuji akhlak beliau dalam firman-Nya : “Wa innaka la’alaa khuluqin ‘azhiim”. Dan sesungguhnya engkau benar benar berbudi pekerti yang luhur. (Q.S al Qalam 4).

Budi pekerti yang luhur dari Rasulullah sungguh tampak dengan jelas dalam kehidupan beliau sehari hari. Diantara budi pekerti atau akhlak  Rasulullah adalah mengutamakan sikap lemah lembut.  Sangatlah banyak kisah yang menjelaskan tentang sikap lemah lembut  dan kesabaran beliau dalam menghadapi berbagai peristiwa. Semuanya   merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi orang orang beriman. Diantaranya adalah sebagaimana terdapat dalam kisah yang shahih berikut ini :  

Pertama : Kisah  Yahudi memberi salam kepada Nabi.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dijelaskan bahwa pada suatu kali ada seorang Yahudi lewat dan mengucapkan salam kepada Rasulullah. Ucapan salamnya diplesetkan yaitu dengan ucapan : Assamu ‘alaikum, bukan Assalamu ‘alaikum. Assamu ‘alaikum bermakna semoga matilah engkau. Lalu Nabi menjawab : Wa ‘alaikum (bagi kamu juga demikian).

Mendengar ucapan yang buruk dari  si Yahudi ini, A’isyah yang ada disitu menjadi tersinggung lalu menjawab : Kematian dan laknat Allah bagimu, wahai anak keturunan kera. Rasulullah menegur Aisyah agar berlemah lembut dan tidak membalas keburukan dengan berlebihan.
Beliau bersabda : “Innar rifqa laa yakuunuu fi syai-in illa zanalu walaa yunza’u min syai’in illah syanah”. Sesungguhnya lemah lembut itu tidaklah ada pada sesuatu kecuali menghiasinya dan tidaklah dia dicabut dari sesuatu itu kecuali akan memburukkannya. (H.R Imam Muslim)

Rasulullah juga bersabda : “ Innallaha yuhibbu rifqa fil amri kullih” Sesungguhnya Allah mencintai lemah lembut dalam segala perkara. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Kedua : Kisah  seorang Arab Badui buang air kecil di masjid
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, beliau berkata : Seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia buang air kecil  di salah satu sisi masjid. Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang tindakan para sahabat tersebut. Tatkala orang tadi telah menyelesaikan hajatnya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas memerintahkan para sahabat untuk mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disirami. (H.R Imam Bukhari  dan Imam Muslim)

Atas kejadian ini para sahabat memang geram dan menghardik Badui ini. Tetapi  Rasulullah bersikap santun dan memberi nasehat dengan arif kepada orang Badui ini. Beliau bersabda : “Sesungguhnya Masjid adalah tempat beribadah kepada Allah dan bukanlah tempat membuang kotoran. (H.R Imam Muslim).

Diantara faedah dengan sikap santun Rasulullah dalam hal ini, disebutkan oleh  Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin  : Nabi shallallahu alaihi wa sallam memiliki sikap yang sangat bagus dalam menyikapi umatnya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam melarang para sahabat untuk menghardik orang ini karena ada bahaya yang ditimbulkan di balik itu.

Di antara bahayanya adalah akan memudharatkan orang ini disebabkan kencing yang diperintahkan dihentikan seketika. Bahaya lainnya adalah aurat orang ini bisa terbuka karena kaget, sehingga berbalik, kemudian para sahabat kemungkinan bisa melihat auratnya. Kalau dia masih tetap kencing lalu dipaksa berhenti, maka  kemungkinan celananya bisa terkena najis. Bahkan najisnya akan meluas di tempat dia kencing, bahkan bisa mengena ke bagian masjid lainnya. (Syarah Bulughul Maram).

Ketiga : Kisah orang miskin mengumpuli istri di bulan Ramadhan.
Lihatlah  sikap santun Rasulullah terhadap orang yang bersalah dalam kisah ini. Abu Hurairah berkata : “Tatkala kami sedang duduk duduk di sekitar Rasulullah datanglah seorang laki laki. Dia berkata : Wahai Rasulullah, celakalah aku. Beliau bertanya : Ada apa denganmu ?. Dia menjawab saya telah mengumpuli istri saya pada hal saya sedang berpuasa. 

Rasulullah lalu bertanya : Apakah engkau memiliki seorang budak yang bisa engkau bebaskan ? Dia menjawab : Tidak. Rasulullah kembali bertanya : Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut turut  ?. Dia menjawab : Tidak. Rasulullah bertanya lagi : Apakah kamu mampu memberi makan kepada enam puluh orang miskin. ? Dia menjawab : Tidak wahai Rasulullah. 

Lalu Rasulullah diam sejenak. Tiba tiba (ada) yang membawakan sekeranjang kurma kepada Rasulullah. Lalu beliau bertanya : Mana laki laki yang tadi bertanya ? Dia menjawab : Saya ya Rasulullah. Beliau berkata : Ambillah sekeranjang kurma ini dan bersedekahlah dengan kurma ini. Laki laki tadi malah berkata : Apakah kepada orang yang lebih miskin dari saya wahai Rasulullah ? Demi Allah tidak ada keluarga di daerah ini yang lebih miskin daripada saya.

Rasulullah akhirnya tertawa hingga gigi geraham beliau terlihat. Lalu bersabda : “Berikanlah kurma ini kepada keluargamu” (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Keempat : Kisah seorang pemuda minta izin berzina.

Abu Umamah  berkata: Sesungguhnya seorang pemuda datang kepada Nabi  seraya berkata: “Ya Rasulullah, izin aku  berzina”.
Maka para sahabat berpaling kepada pemuda ini sambil menahannya, dan  berkata: “Jangan, jangan (janganlah kamu  berkata seperti itu). Maka beliau bersabda :  “Bawa pemuda itu  mendekat denganku”. Maka pemuda itu telah mendekat kepada Rasulullah.

(Abu Umamah) berkata: maka (pemuda itu) lalu duduk dekat  Rasulullah.
Beliau bersabda: “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi pada ibumu ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi  tebusannya.

Rasulullah bersabda: “(Begitulah juga halnya) orang lain juga tidak suka hal itu (terjadi) kepada ibu-ibu mereka”.

Rasulullah  bersabda lagi : “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada anak perempuanmu ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya.  Rasulullah bersabda: “(Begitulah juga halnya) orang lain juga  tidak suka hal itu (terjadi) kepada anak-anak perempuan mereka”.

Rasulullah  bersabda lagi : “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada saudara perempuanmu ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya. Rasulullah bersabda: “(Begitulah juga halnya) orang lain juga tidak suka hal itu (terjadi) kepada saudara-saudara perempuan mereka”.

Rasulullah  bersabda lagi: “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada bibimu  (dari pihak ayahmu) ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak.  Diriku jadi tebusannya. Rasulullah bersabda : “(Begitulah juga halnya) orang lain tidak suka hal itu (terjadi) kepada bibi bibi (dari pihak ayah) mereka”.

Rasulullah  bersabda lagi: “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada bibimu  (dari pihak ibumu) ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya.
Rasulullah bersabda : “(Begitulah juga halnya) orang lain tidak suka hal itu (terjadi) kepada bibi bibi (dari pihak ibu) mereka”.

Abu Umamah berkata: Maka Rasulullah  meletakkan tangannya di atas tubuh pemuda itu, lalu berdoa: “Allahhummaghfir zanbahu, wa thahir qalbahu wa hassin farjahu”. Ya Allah ampunkanlah dosanya, sucikanlah hatinya (dari memikirkan sesuatu maksiat), dan jagalah kemaluannya (dari melakukan zina)

Semenjak  itu, dengan doa Rasulullah, pemuda tersebut tidak lagi condong untuk melakukan maksiat. (H.R Imam Ahmad,  dishahihkan oleh Syaikh al-Albani.  Kitab Silsilah Hadits  Shahih).

Meskipun pemuda ini meminta izin untuk melakukan perbuatan tercela namun Rasulullah tetap berlaku santun dan lemah lembut kepadanya. Beliau memberi nasehat yang sangat bijak  bahkan mendoakan kebaikan bagi pemuda ini.

Insya Allah bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam (571)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar