Rabu, 24 Februari 2016

KHUSYU' DALAM IBADAH TERUTAMA SAAT SHALAT



KHUSYU’ DALAM  IBADAH TERUTAMA SAAT SHALAT

Oleh : Azwir B. Chaniago  
 
Khusyu’ secara bahasa bermakna merendahkan diri, tunduk dan tenang (Lisanul Arab). Imam Ibnul Qayyim berkata : Ada yang menyebutkan bahwa khusyu’ adalah patuh dan  tunduknya hati di hadapan Allah Ta’ala. Ada pula yang mengatakan bahwa khusyu’ adalah taat pada kebenaran. Tanda tandanya adalah jikalau seorang hamba senang menerima nasehat  dan menaatinya. Yang lain berpendapat khusyu’ adalah padamnya nafsu yang membara, tenangnya gejolak hati serta memancarnya cahaya pemuliaan dalam hati. Ada juga yang mengatakan bahwa khusyu’ adalah merendahkan hati untuk akhirat. (Madarijus Saalikin).

Dari makna makna tersebut maka bisa diambil pemahaman bahwa khusyu’ itu ada didalam hati dan selanjutnya akan berpengaruh kepada seluruh anggota badan. Oleh karena itu perasaan khusyu’ adalah merupakan kondisi yang bersifat umum yang ada pada manusia saat beribadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Jadi kalau demikian maka seorang hamba dituntut untuk khusyu’ dalam segala  ibadah. Tidak hanya dalam shalat, meskipun tidak ada perbedaan pendapat bahwa shalat adalah merupakan tempat yang utama untuk menunjukkan kekhusyu’-an. 
  
Dalam shalat yang khusyu’seorang hamba merasa lebih dekat dengan Rabb-nya karena khusyu’ merupakan ruh shalat. Bahkan khusyu’ adalah merupakan etika terbaik dalam shalat. 

Khusyu’dalam shalat merupakan suatu hal penting yang ingin dicapai oleh setiap hamba. Tapi ketahuilah bahwa khusyu’ di dalam shalat tidak bisa dipisahkan dengan ketenangan hati atau khusyu’ di luar shalat. Ketika seorang hamba selalu lalai di luar waktu shalat lalu ingin khusyu’ dalam shalat tentulah akan sulit baginya mencapai khusyu’ di dalam shalat.

Allah berfirman : “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (yaitu) Orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya”.  (Q.S al Mu’minun 1-2).
Dalam ayat ini disebutkan bahwa mereka beriman lebih dahulu karena itulah hati mereka bisa khusyu’. Dalam Tafsir al Qurthubi disebutkan tentang perkataan Imam Mujahid bahwa : Orang orang yang bisa khusyu’ itulah yang bisa dikatakan sebagai mukmin sejati.

Mengenai khusyu’ dalam shalat, Imam Ibnul Jauzi sebagaimana disebutkan dalam Kitab Mukhtashar Minhaajul Qaashidin berkata tentang makna atau sesuatu yang bisa menuju kepada shalat khusyu’ yaitu :

Pertama : Mengosongkan hati dari segala sesuatu yang bisa mengacaukan fikiran Hal ini bisa dilakukan dengan kesungguhan. Ketika seseorang bersungguh sungguh dalam melakukan suatu hal  maka secara otomatis hati akan menjadi khusyu’. Tidak ada cara lain untuk bisa khusyu’ kecuali dengan sungguh sungguh dalam melaksanakan shalat
Kesungguhan atau ketetapan hati hati bisa berubah menjadi lebih kuat dan bisa berubah menjadi lebih lemah. Semua itu tergantung kepada keimanan terhadap akhirat dan kebencian terhadap dunia.  

Ketika seseorang melihat bahwa dia tidak bisa khusyu’ ketika melaksanakan shalat maka ketahuilah bahwa hal itu karena lemahnya iman yang ada dalam hatinya Oleh karena itu berusahalah dengan sekuat tenaga untuk menguatkan keimanan. 

Kedua : Memahami lafal shalat. Sesungguhnya hal itu bisa menumbuhkan rasa khusyu’ dalam hati karena barangkali hati lebih fokus pada lafalnya bukan pada maknanya. 

Jika demikian hendaknya ia mengalihkan perhatian untuk mengenali makna sehingga seseorang bisa membuang pikiran yang mengacaukan. Hendaknya dia juga membuang hal hal yang bisa mengacaukan pikiran karena jika hal hal yang bisa mengacaukan pikiran tersebut masih ada dalam hati maka hati tidak akan bisa berpaling darinya.  

Ketiga : Mengagungkan dan memuliakan Allah Ta’ala yaitu : (1) Mengenal kebesaran dan keagungan Allah Ta’ala. (2) Menyadari kerendahan jiwanya dan menyadari bahwa jiwanya jauh dari Rabb-nya. 

Dengan memahami kedua hal ini maka hati menjadi lebih khusyu’ dan tenang. Selain itu masih perlu ditambah dengan harapan. Bagaimanapun juga harapan bisa menambah rasa takut. Berapa banyak malaikat yang memuliakan Allah  karena takut akan kekuasaan-Nya dan berharap untuk mendapat kebaikan-Nya. Oleh karena itu orang yang mengerjakan shalat hendaknya mengharapkan pahala sebagaimana dia takut hukuman karena meninggalkannya.  
  
Demikianlah beberapa makna dan jalan menuju kepada shalat khusyu’. Insya Allah bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam. (585)
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar