Selasa, 09 Februari 2016

APA HAKIKAT BERUNTUNG DI AKHIRAT



APA HAKIKAT BERUNTUNG DI AKHIRAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Setiap orang yang berakal (sehat) tentu mengharapkan sangat agar bisa beruntung di dunia dan beruntung pula di akhirat. Oleh karena itu seorang hamba senantiasa  berdoa  sebagaimana kalimat doa yang disebut dalam surat al Baqarah ayat 201 yakni : “Rabbanaa aatinaa fid dun-yaa hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaban naar”. Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari adzab neraka.

Ketahuilah bahwa  tentang keberuntungan yang hakiki, sungguh telah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah terangkan dengan sangat jelas bagi hamba hamba-Nya,  yaitu sebagaimana firman-Nya : Kullu nafsin dzaa-iqatul maut, wa innama tuwaffauna ujuurakum yaumal qiyaamah, faman zuhziha ‘anin naari wa udkhilal jannata faqad faaz. Wamal hayaatad dun-yaa illaa mataa’ul ghuruur” Tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdayakan (Q.S Ali Imran 185).

Syaikh as Sa’di menjelaskan bahwa ayat yang mulia ini mengandung penjelasan tentang zuhud dari dunia karena bersifat sementara dan tidak kekal. Dan bahwa dunia itu adalah perhiasan yang menipu, membuat fitnah dengan keindahannya, menipu dengan kecantikan dan kemolekannya. Kemudian dunia itu akan berpindah dan ditinggalkan menuju negeri yang abadi. Jiwa jiwa manusia akan dipenuhi dengan dengan apa yang telah diperbuatnya di dunia ini berupa kebaikan maupun keburukan. 

Selanjutnya dijelaskan pula oleh beliau bahwa : Maka barang siapa dijauhkan, artinya dikeluarkan, dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka sungguh dia telah beruntung,  maksudnya dia telah memperoleh kemenangan yang besar dan selamat dari yang siksa yang pedih dan sampai kepada surga yang penuh nikmat. (Surga) yang berisikan segala keindahan yang tak pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas pada pikiran dan hati seseorang.

Pemahaman terbalik dari ayat ini adalah bahwa barangsiapa yang tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak masuk kedalam surga maka ia tidaklah beruntung bahkan dia celaka dengan kesengsaraan yang abadi dan disiksa dengan hukuman yang kekal.  (Kitab Tafsir Kariimir Rahman)

Jadi hakikat  keberuntungan di akhirat itu adalah dimasukkan Allah Ta’ala kedalam surga-Nya. Ketahuilah bahwa Rasulullah telah menjelaskan dalam sabdanya bahwa semua umat beliau akan masuk surga yang taat dan tidak melakukan maksiat. Beliau bersabda : (H.R Imam Bukhari).

Oleh karena itu maka hamba hamba yang beriman  haruslah berusaha  dengan sungguh sungguh untuk mendapatkan keberuntungan yang hakiki itu. Jangan lalai sedikitpun. Diantara cara mendapatkannya adalah :

Pertama : Memiliki ilmu.
Ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i yaitu terutama dalam hal aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah.  Kenapa  harus dengan ilmu ?.  Supaya segala sesuatu bisa diketahui dengan benar dan bisa dilakukan dengan cara yang paling  baik sehingga hasilnya juga sempurna. Misalnya dalam beribadah harus dengan ilmu supaya sesuai dengan yang disyari’atkan yaitu ikhlas dan ittiba’ sehingga bernilai disisi Allah Ta’ala.
Benarlah apa yang dikatakan Imam Bukhari agar (seseorang itu haruslah) : Berilmu sebelum berkata dan berbuat.

Kedua : Melakukan amal shalih
Setelah seorang hamba yang beriman memiliki ilmu syar’i yaitu tentang apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang Allah Ta’ala dan Rasul-Nya maka wajiblah baginya untuk mengamalkan.

Mengamalkan ilmu adalah kewajiban seorang yang telah mengetahui suatu ilmu. Ilmu tidak bermanfaat jika tidak diamalkan. Sesungguhnya buah ilmu adalah amal. Dan Allah hanya akan memberikan balasan berdasarkan amal yang dilakukan. Allah berfirman : “Innama tujzauna ma kuntum ta’malun.” Sesungguhnya kamu diberi balas terhadap apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Ath Thuur 16).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan makna ayat ini bahwa Allah tidak akan pernah menzhalimi seorangpun. Bahkan sebaliknya. Dia senantiasa memberikan balasan kepada setiap orang sesuai dengan amalnya. Sungguh Allah Ta’ala hanya akan  membalas apa yang engkau kerjakan (bukan apa yang engkau ketahui).  

Allah berfirman : “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. Dan sesungguhnya usahanya itu akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan yang paling sempurna”. (Q.S an Najm 39-41).

Allah Ta’ala berfirman : “Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama dengan orang orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu para Nabi, Shiddiqin, orang orang yang syahid dan orang orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik baiknya” (Q.S an Nisa’ 69)

Insya Allah bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam. (566)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar