Minggu, 21 Februari 2016

KENAPA SEDIKIT YANG BERSYUKUR KEPADA ALLAH



KENAPA SEDIKIT  YANG BERSYUKUR KEPADA ALLAH TA’ALA

Oleh  : Azwir B. Chaniago

Salah satu perbuatan yang sangat tercela dan ternyata dilakukan oleh sebagian manusia adalah tidak mau bersyukur kepada Allah Ta’ala. Pada Allah telah memberi nikmat yang sangat banyak bahkan tidak terhitung.  Semestinya mereka mengetahui bahwa nikmat yang ada pada manusia adalah semata mata datang dari Allah.
  
Bahkan lebih tercela lagi yaitu sebagian manusia ada yang mengingkari nikmat Allah. Allah berfirman : “Mereka mengetahui nikmat-nikmat Allah, (tetapi) kemudian mereka meningkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” (Q.S  an Nahal  83)

Dalam menafsirkan ayat ini, Mujahid berkata bahwa maksudnya adalah kata-kata seseorang, ‘Ini adalah harta kekayaan yang diwariskan oleh nenek moyangku’. Aun bin Abdulloh mengatakan, “Yakni kata mereka, ‘Kalau bukan karena fulan tentu tidak akan menjadi begini’.” Dan menurut tafsiran Ibnu Qutaibah, “Mereka mengatakan, ‘Ini berkat syafaat sesembahan-sesembahan kita’.” (Kitaabut Tauhid, Syaikh Muhammad At-Tamimi)

Banyak sekali dalil-dalil yang terdapat di dalam al Qur-an maupun as-Sunnah yang memerintahkan kita untuk senantiasa bersyukur kepada Alloh ‘Azza wa Jalla dan melarang kita untuk kufur terhadap nikmat-Nya.

Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu kufur terhadap (nikmat)-Ku.” (Q.S al Baqarah 152).

Syaikh Abdurrahman Naashir as-Sa’di rahimahullah berkata : Yakni bersyukurlah kalian terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepada kalian dan juga terhadap tercegahnya adzab dari kalian. Di dalam syukur harus terkandung pengakuan dan kesadaran bahwa nikmat itu semata-mata dari Allah semata, dzikir dan pujian yang diucapkan melalaui lisannya serta ketaatan anggota badannya untuk semakin tunduk dan patuh dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Syaikh as Sa’di menambahkan : Dan karena lawan dari syukur adalah kufur, maka Allah Ta’ala telah melarang darinya: Dan janganlah kamu kufur terhadap (nikmat)-Ku. Yang dimaksud dengan kufur di sini adalah sesuatu yang menjadi lawan dari syukur, yakni kufur terhadap nikmat-Nya. Namun terkandung juga di dalamnya, makna kufur yang sifatnya umum, yang paling besar adalah kufur kepada Allah, kemudian berbagai macam dan jenis maksiat. (Kitab Tafsir Taisir Karimir Rahman)

Sungguh Allah Ta’ala telah menjelaskan dalam beberapa firman-Nya bahwa sedikit sekali manusia yang bersyukur, diantaranya adalah dalam surat al Mu’minun 78.  “Wa huwal ladzii ansya-alakumus sam’a wal abshaara wal af-idatun, qaliilan maa tasykuruuun”. Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur. 

Lalu kenapa sedikit sekali manusia yang bersyukur. Ada beberapa penyebabnya, diantaranya adalah :

Pertama :   Tidak mengetahui atau tidak mau  tahu nikmat itu datang dari mana.
Sungguh Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa tidak ada pemberi nikmat  kecuali  Dia saja. Allah berfirman : “Wamaa bikum min ni’matin fa minallahi” Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah. (Q.S an Nahl 53) 

Imam Ibnul Qayyim rahimahulloh berkata : Syukur itu menurut asalnya adalah adanya pengakuan akan nikmat yang telah Allah berikan dengan cara tunduk kepada-Nya, merasa hina di hadapan-Nya dan mencintai-Nya. Maka barangsiapa yang tidak merasakan bahwa itu adalah suatu kenikmatan maka dia tidak akan mensyukurinya. Barangsiapa yang mengetahui itu adalah nikmat namun dia tidak mengetahui dari mana nikmat itu berasal, dia juga tidak akan mensyukurinya. Barangsiapa yang mengetahui itu adalah suatu nikmat dan mengetahui pula dari mana nikmat itu berasal, namun dia mengingkarinya sebagaimana orang yang mengingkari Allah yang memberi nikmat, maka dia telah kafir.

Barangsiapa yang mengetahui itu adalah suatu nikmat dan dari mana nikmat itu berasal, mengakuinya dan tidak mengingkarinya, akan tetapi ia tidak tunduk kepada-Nya dan tidak mencintai-Nya atau ridha kepada-Nya, maka ia tidak mensyukurinya. Barangsiapa yang mengetahui itu adalah nikmat dan dari mana nikmat itu berasal, mengakuinya, tunduk kepada yang memberi nikmat, mencintai-Nya dan meridhai-Nya, dan menggunakan dalam kecintaan dan ketaatan kepada-Nya, maka inilah baru disebut sebagai orang yang bersyukur.

Kedua : Tidak pernah puas dengan nikmat yang telah ada.
Allah Ta’ala telah memberi nikmat yang sangat banyak. Allah berfirman : Wain ta’uddu ni’matallahi laa tuhsuuhaa, innal insaana lazhaluumun kaffar” Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya, sungguh manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).   Q.S Ibrahim 34.

Jadi memang ada manusia yang mengikari nikmat Allah karena selalu merasa nikmat Allah masih kurang baginya, tidak pernah puas dan tidak merasa cukup, tidak qana’ah.
Pada hal Rasulullah telah mengingatkan dalam sabdanya : “Wakum qani’an takun asykarannasi”. Dan jadilah kalian orang yang qana’ah niscaya engkau menjadi manusia yang bersyukur.  (H.R Ibnu Majah, dari Abu Hurairah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Ketiga : Selalu melihat orang yang diatas dalam urusan dunia.
Ini juga merupakan salah satu penyebab orang orang sedikit yang bersyukur. Dia selalu membandingkan dirinya dengan orang lain dalam hal harta dunia. Sungguh Rasulullah telah mengingatkan, dalam sabdanya : “Unzuruu ilaa man asfala minkum.  Walaa tanzuru ila man huwa fauqakum. Fahuwa ajdaaru alla tardaru ni’matallah” . Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan janganlah kalian melihat orang yang di atasmu, karena hal itu akan lebih menjadikan kamu tidak meremehkan nikmat Allah  (H.R. Iman Muslim).

Memang kita harus melihat yang diatas tapi bukan dalam urusan dunia tapi urusan akhirat. Kita sering melihat saudara kita sangat taat dan rajin beribadah maka ini harus kita perhatikan, kita inginkan dan kita contoh. Ini namanya fastabiqul khairat.

Keempat : Merasa nikmat itu sebagai hasil kepandaian dan usahanya sendiri.
Allah telah menerangkan tentang kisah Qarun yaitu seorang hamba yang tidak mau bersyukur atas nikmat yang diterimanya. Sungguh dia telah mengingkari bahwa nikmat itu datang dari Allah Ta’ala.  Dia merasa bahwa nikmat itu adalah karena kepandaiannya mengumpulkan harta.

Perhatikanlah firman Allah dalam surat al Qashash 78. “Dia (Qorun) berkata : "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasannya Alloh sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat darinya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka”.

Kelima : Melupakan kesusahan dan kesulitan dimasa lalu.
Jika pada satu saat mendapat banyak nikmat lalu sebagian manusia melupakan kesusahan dan kesulitannya dimasa lalu. Akibatnya mereka lalai atau tidak mau bersyukur. Perhatikanlah kisah tiga orang Bani Israil yang diceritakan oleh Rasulullah dan diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam satu hadits yang cukup panjang. Ada yang belang, botak dan buta. Ternyata setelah Allah beri anugerah dan kebaikan  kepada ketiganya maka yang bersyukur  hanyalah satu orang yaitu yang buta sedangkan yang dua lainnya tidak mau bersyukur.

Itulah sebagian penyebab kenapa manusia sedikit yang bersyukur. Dan kita berdoa kepada Allah agar tetap diberi kekuatan untuk menjadi ‘abdan syakuuraa.

Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (580).







Tidak ada komentar:

Posting Komentar