Sabtu, 13 Juni 2020

TAK BAIK MENYEBARKAN BERITA QIILA WA QAALA


TAK BAIK  MENYEBARKAN BERITA QIILA WA QAALA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Setelah terjadi kemajuan sarana informasi dan komunikasi yang hebat seperti sekarang ini maka untuk mendapatkan berbagai berita berupa lisan maupun tulisan SANGATLAH MUDAH. Perhatikanlah, setiap waktu, kapan dan dimana saja, begitu kita membuka laptop, smartphone,  dan yang semacamnya lalu di-klik satu atau dua tombol maka muncullah berbagai berita atau informasi. 

Satu hal yang pasti adalah  bahwa TIDAKLAH SEMUA berita atau informasi itu mengandung kebenaran. Banyak diantaranya yang tak layak  dipercaya. Cuma qiila wa qaala, testimoni de auditu, jerene tur jarena, kata orang orang, radio lutut, kabar burung, kabar angin dan berbagai istilah yang menggambarkan bahwa sebagian berita itu dusta. Tak jelas sumbernya.

Sungguh Allah Ta’ala  membenci kabar burung atau qiila wa qaala, yaitu sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :

وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَ قَالَ

(Dan Allah Ta’ala) membenci bila kalian qiila wa qaala (H.R. Imam Muslim).
Ketahuilah bahwa qiila wa qaala adalah menyebarkan suatu berita hanya berlandaskan pada KATANYA tanpa lebih dahulu mengetahui dan mengecek sumber serta kebenaran beritanya. Ini adalah peringatan keras bagi setiap muslim terlebih lagi  di zaman modern seperti sekarang ini dimana setiap berita dapat menyebar begitu cepat melalui berbagai media sosial dan sarana komunikasi. (Syarah Kitabul Jami’).

Dengan demikian maka hamba hamba Allah haruslah memiliki kehatian hatian ekstra dalam menyebarkan suatu berita karena besar kemungkinan hanya qiila wa qaala. Paling tidak ada dua hal yang perlu menjadi perhatian kita sebelum menyampaikan atau re share suatu berita :

Pertama : Periksa dan cari informasi tentang kebenaran berita tersebut. Pastikan sumbernya dari orang orang yang amanah. Kalau tidak jelas maka pelihara diri untuk tidak menyebarkannya. Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Wahai orang orang yang beriman !. Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa berita maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu. (Q.S al Hujurat  6).

Kedua : Pertimbangkan, apakah dengan re share berita tersebut akan memberi  manfaat bagi diri dan  orang lain. Jangan jangan sebaliknya. Bukankah Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan kita semua, dalam sabda beliau :

بِءْسَ مَطِيّةُ الرِجَلِ زَعَمُوا

Sungguh buruk (seburuk buruk) tunggangan seseorang adalah perkataan menduga duga. (H.R Abu Dawud).

Maksudnya adalah seseorang menukil suatu berita namun tak jelas sumbernya. Dia sekedar mengatakan : Katanya begini, menurut dugaan begini.

Ketahuilah bahwa jika seseorang menyebarkan setiap berita yang tidak jelas sumbernya yang bisa jadi berisi kedustaan, ghibah, namimah,  menghasud, menakut nakuti dan mendatangkan kegelisahan maka dia termasuk menyebarkan sesuatu yang mendatangkan keburukan. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: كَفَى بِالْمَرْءِ كَذَبًا أَنْ يَحْدُثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda : Cukuplah seorang (dikatakan) berbohong jika dia menyampaikan seluruh apa yang dia dengar. (H.R Imam Muslim)

Seseorang disebut melakukan kebohongan jika ia menyampaikan semua yang telah ia dengarkan, tanpa memastikan kebenarannya. Karena biasanya, ia akan mendengar berita yang  jujur atau bohong. Jika ia menyampaikan semua yang ia dengar maka tentu ia tidak akan terhindar dari kebohongan.(Faidhul Qadir).

Ketahuilah bahwa di zaman ini ada banyak orang yang mencari harta dengan bekerja sebagai pembuat dan pengedar berita berita bohong atau hoax sesuai kepentingan dan pesanan dari pihak atau kelompok tertentu. Sungguh inilah seburuk buruk pekerjaan dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yaitu dengan berbuat buruk kepada orang lain.  

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah menahan diri untuk TIDAK IKUT MENYEBARKAN  berita berita yang tidak jelas sumbernya dan hanya sekedar qiila wa qaala ataupun berita berita yang tidak mendatangkan manfaat.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.004).    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar