Jumat, 19 Juni 2020

HARAM MELAKUKAN TIPU DAYA DALAM JUAL BELI


HARAM MELAKUKAN TIPU DAYA DALAM JUAL BELI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Berdagang atau usaha jual beli adalah sesuatu kegiatan yang mubah. Kalau dibarengi dengan niat yang baik maka bisa pula menjadi ibadah. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam menjelaskan bahwa berdagang adalah salah satu dari sumber penghasilan yang sangat baik.

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa  Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

إن أطيب الكسب كسب التجار الذي إذا حدثوا لم يكذبوا و إذا ائتمنوا لم يخونوا و إذا وعدوا لم يخلفوا و إذا اشتروا لم يذموا و إذا باعوا لم يطروا و إذا كان عليهم لم يمطلوا و إذا كان لهم لم يعسروا).

Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya.

Apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan (dalam harga), apabila berhutang tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan. (H.R  al Baihaqi dalam Syu’abul Iman). 

Bahkan pedagang yang jujur dan amanah, mereka akan bersama para Nabi, orang orang yang benar dan para syuhada. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: «التاجر الأمين الصدوق المسلم مع الشهداء - وفي رواية: مع النبيين و الصديقين و الشهداء - يوم القيامة

Dari Abdullah bin Umar  radhiallahu 'anhu itu  Rasulullah  Shallallahu' alaihi wa Sallam  bersabda :  Seorang pedagang muslim yang jujur ​​dan amanah (percaya) akan (dikumpulkan) bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang yang mati syahid pada hari kiamat. (H.R Ibnu Majah, al Hakim dan ad Daraquthni. Dinyatakan baik sanadnya oleh Imam adz Dzahabi dan Syaikh al Albani).  

Maksud sifat jujur ​​dan aman di dalam berdagang adalah di dalam penjelasan yang disampaikan dengan membeli di atas dan menjelaskan tentang cacat atau kekurangan pada barang dagangan yang dijual jika memang ada cacatnya. (Faidhul Qadir).

Oleh karena itu sangatlah beruntung para pedagang yang menjaga SIFAT JUJUR DAN AMANAH dalam menjual dan membeli barang dagangannya.

Cuma saja ternyata ada pula diantara pedagang yang suka berbuat buruk, merusak dirinya dengan  melakukan TIPU DAYA DALAM MENJUAL. Diantara kelakuan  buruk sebagian pedagang  adalah :

Pertama : Menyembunyikan cacat barang yang dijual.

Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu, dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ بَاعَ مِنْ أَخِيهِ بَيْعًا فِيهِ عَيْبٌ إِلَّا بَيَّنَهُ لَهُ

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak halal bagi seorang muslim untuk menjual barang yang ada cacatnya kepada temannya, kecuali jika dia jelaskan. (H.R Ibnu Majah dan al Hakim dalam Mustadrak).

Ada sebuah kisah yaitu pada suatu hari Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  lewat di samping sebuah gundukan makanan (sejenis gandum). Lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam gundukan makanan tersebut sehingga jari-jarinya basah. Beliau bertanya : Apa ini wahai pemilik makanan ?. Ia menjawab : Kehujanan, wahai Rasulullah !. Rasulullah bersabda : “Kenapa tidak engkau letakkan di (bagian) atas makanan sehingga orang-orang dapat melihatnya ?. Barangsiapa menipu maka dia tidak termasuk golongan kami." ( HR. Imam Muslim).

Kedua : Mengurangi takaran dan timbangan.
Sungguh Allah Ta’ala telah memberi predikat curang kepada orang yang mengurangi takaran dan timbangan bahkan disebut sebagai ORANG YANG CELAKA, sebagaimana firman-Nya :

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ

Celakalah bagi orang orang yang curang. (yaitu) Orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan. Dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain) mereka mengurangi. (Q.S al Mutaffifin 1-3)

Kebiasaan  buruk yang sangat tercela yaitu mengurangi takaran dan timbangan adalah warisan suku Madyan kaum Nabi Syu’aib. Nabi Syu’aib mendakwahi mereka agar menyembah Allah saja dan meninggalkan kebiasaan buruk  yang merugikan manusia.

Allah Ta’ala berfirman : 

وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ وَلَا تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ ۚ

Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu’aib. Dia (Syu’aib) berkata : Hai kaumku sembahlah Allah sekali kali tiada Ilah bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi  takaran dan timbangan.  (Q.S Hud 84).

Disebabkan kedurhakaan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah Nabi Syu’aib maka mereka ditimpa azab yang besar. Allah Ta’ala berfirman :

فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ

Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat mayat yang bergelimpangan di dalam rumah rumah mereka. (Q.S al A’raf 91).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.010) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar