Rabu, 19 Desember 2018

RASULULLAH TIDAK MERAYAKAN ULANG TAHUN KELAHIRAN


RASULULLAH TIDAK MERAYAKAN 
ULANG TAHUN KELAHIRAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sebagian saudara kita, ada yang  bersemangat merayakan maulid atau hari kelahiran Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Menurut mereka ini adalah bagian dari cinta kita kepada Rasulullah. Bahkan ada yang mengatakan : Anak kita umur lima tahun saja dirayakan hari lahirnya setiap tahun (siapa yang suruh, pen.), apalagi Nabi yang kita cintai. 

Dari Abu Qatadah Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab :

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ

Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku. (H.R Imam Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa. (H.R at Tirmidzi).

Inilah diantara hadits yang menjelaskan tentang di syariatkan puasa sunnah hari Senin dan Kamis.

Sebagian orang berpendapat bahwa hadits dari Abu Qatadah diatas dijadikan sandaran untuk merayakan hari lahir atau maulid Rasulullah.

Ternyata tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  pernah merayakan maulid atau hari kelahiran  selama hidup beliau baik di Makkah maupun di Madinah. Demikian juga para sahabat serta tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Pada hal mereka adalah generasi YANG PALING MENCINTAI DAN MENGHORMATI NABI. 

Ketahuilah bahwa tatkala Nabi berpuasa pada hari kelahirannya, beliau tidak menambah dengan perayaan maulid sebagaimana dilakukan sebagian saudara saudara kita di zaman ini. Beliau hanya berpuasa dan itupun bukan hari Senin saja tapi dibarengkan dengan hari Kamis.

Syaikh Shalih Fauzan berkata : Dan alasan beliau berpuasa bukan hanya hari maulid (lahir) beliau tetapi ada alasan lain yaitu HARI TURUNNYA WAHYU KEPADA BELIAU DAN JUGA HARI DILAPORKANNYA AMALAN KEPADA ALLAH TA’ALA. Lalu kenapa yang diambil satu alasan saja ?.

Rasulullah TIDAK mengkhususkan pada hari kelahiran beliau dengan puasa atau amalan lainnya SETIAP TAHUN. Beliau hanya berpuasa pada hari Senin yang datang setiap pekan dan ditambah dengan hari Kamis. Dan puasa Senin dan Kamis ini  perlu diteladani dan diamalkan sesuai kemampuan.

Oleh karena sangatlah baik kalau kita mengikuti apa yang beliau lakukan yaitu tidak merayakan hari kelahiran beliau. Dan beliau juga tidak pernah merayakan hari lahir istri istri dan anak anak yang semuanya sangat beliau cintai. Sungguh beliau adalah suri tauladan yang sempurna bagi orang orang yang beriman.

Allah Ta’ala berfirman : 

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S al Ahdzab 21)

Ketahuilah bahwa ibadah itu sifatnya tauqifiyah yaitu paten dan baku. Oleh karena itu tidaklah tepat kalau ditambah dengan sesuatu yang tidak diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. bahwa salah satu syarat diterimanya suatu amal adalah ittiba’ yaitu dicontohkan atau diajarkan oleh Rasulullah. Beliau bersabda :

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Barang siapa melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan petunjuk kami maka amalan itu tertolak. (H.R Imam Muslim).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.484)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar