Rabu, 19 September 2018

JANGAN SALAH MEMAHAMI MAKNA NIKMAT


JANGAN SALAH MEMAHAMI MAKNA NIKMAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sangatlah banyak manusia di zaman ini berharap nikmat yang besar. Diantaranya yang sangat didambakan adalah  berupa : (1) Harta yang banyak. (2) Kekuasaan yang luas. (3) Pangkat dan jabatan yang tinggi. (4) Kecerdasan yang hebat plus gelar di depan dan dibelakang namanya. 

Dengan nikmat yang demikian mereka MERASA MULIA dihadapan orang banyak. Tetapi ternyata semua itu adalah kemuliaan yang sementara bahkan semu. Bisa jadi juga fatamorgana jika tak digunakan untuk mencari ridha Allah. Ini adalah tersebab kesalahan memahami makna nikmat yang sebenarnya

Ketahuilah bahwa sekiranya harta yang banyak sebagai ukuran kemuliaan maka tentu Qarun salah satu orangnya. Dia memiliki harta yang luar biasa banyaknya. Tetapi Allah hinakan dia dengan menenggelamkannya kedalam bumi beserta rumah dan seluruh hartanya. Allah berfirman :

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ

Maka Kami benamkan Qarun beserta rumahnya kedalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap adzab Allah dan tiadalah dia termasuk orang (yang dapat) membela (dirinya). Q.S al Qashash 81.

Begitu pula, jika pangkat dan kedudukan serta kekuasaan yang menjadi ukuran kemulian tentu Fir’aun salah satu orangnya. Dia mempunyai kekuasaan yang amat besar dan luas dan berbuat sesukanya. Dia membunuh anak laki laki. Dia  menantang Musa yang berdakwah kepada jalan yang lurus. Bahkan berani mengaku sebagai tuhan. Tetapi Allah hinakan dan hancurkan dia dengan menenggelamkannya di Laut Merah bersama pengikut pengikutya.

Allah Ta’ala berfirman :

وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ

Dan (ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, sehingga kamu dapat Kami selamatkan dan Kami TENGGELAMKAN (FIR’AUN dan) pengikut pengikut Fir’aun, sedang kamu menyaksikan. (Q.S al Baqarah 50).

Selanjutnya, jika pangkat, jabatan dan keahlian yang menjadi ukuran kemuliaan tentu Haman adalah  salah satu orangnya. Dia adalah seorang ahli yang menjadi penasehat utama  Fir’aun. Dia juga ahli konstruksi dan dipercaya Fir’aun membangun menara yang tinggi. Sebagaiman dijelaskan Allah dalam firman-Nya :

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَىٰ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ

Dan Fir’aun berkata : Wahai para pembesar kaumku !. Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah tanah liat untukku wahai Haman (untuk membuat batu bata). Kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat melihat Tuhan-nya Musa dan aku yakin bahwa dia (Musa) termasuk pendusta.  (Q.S al Qashash 38).  

Tetapi Allah menghinakan Haman si penasehat utama Fir’aun ini dengan menenggelamkannya bersama Fir’aun di Laut Merah.  

Sungguh kemuliaan yang harus kita kejar  adalah KEMULIAAN MENURUT PENILAIAN ALLAH TA’ALA. Dan Allah Ta’ala telah menjelaskan tentang manusia yang mulia yaitu sebagaimana firman-Nya :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha teliti. (Q.S al Hujurat 13).

Jadi seorang hamba tak boleh salah paham dalam memaknai nikmat Allah. Sungguh nikmat Allah terbesar adalah mendapat petunjuk untuk menjadi orang yang bertakwa.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.388).

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar